37.

335 76 11
                                    

Panti Asuhan

Jong-gun memberikan banyak hadiah pada anak-anak panti. Semua kebutuhan Jong-gun berikan dengan senyum ramah. "Kamsahamnida. Semoga seluruh kebaikan anda dibalas oleh maha kuasa." Doa ibu kepala panti.

"Aamiin. Katakan saja semua keperluan anda. Saya dengan senang hati membantu." Jawab Jong-gun.

"Anda benar-benar berhati mulia, tuan."

Shin-hye memperhatikan dari jauh dengan membawa surat keluhan tulisan tangannya sendiri. Dia menulis semua ketidakadilan di sekolah. Berharap akan berjalan sesuai harapannya. Melihat Jong-gun masuk mobil. Shin-hye berlari dan menyusul.

"Maaf, siswa. Kau tidak boleh masuk." Pengawal Jong-gun menahan Shin-hye.

"Tunggu, saya ingin menyampaikan keluhan. Saya mohon." Pinta Shin-hye.

"Ada apa?" Jong-gun mengeluarkan kepalanya dari jendela mobil.

"Mr. Lee. Saya ingin mengajukan keluhan. Saya mohon dengarkan saya."

"Biarkan dia masuk." Pengawal itu mengangguk dan membukakan pintu agar Shin-hye bisa masuk.

"Kamsahamnida."

"Apa keluhanmu, siswa?" Shin-hye memberikan suratnya lalu menjelaskan semua yang terjadi. Jong-gun terkejut sambil membaca setiap kata di surat Shin-hye. "Ini benar-benar tidak masuk akal."

"Nde. Jadi saya mohon untuk mengurus hal ini."

"Kau jangan khawatir. Aku akan langsung turun tangan. Kau hanya perlu belajar dengan tekun." Jong-gun mengusap kepala Shin-hye.

"Kamsahamnida. Saya benar-benar mengucapkan terimakasih." Shin-hye bertulang kali menunduk.

"Sudah-sudah. Kau harus segera ke sekolah."

"Nde." Shin-hye turun dari mobil dengan perasaan gembira. "Akhirnya..."

Jong-gun meminta untuk langsung diantar ke rumah. Dengan kasar dia melonggarkan dasinya yang menurutnya mencekik dan sesekali mengumpat.

Kediaman Keluarga Lee

Jong-gun melempar surat-surat Shin-hye ke hadapan Jong-suk. "Kau ini bisa mengurus anak sekolah tidak?!" Teriaknya. Jong-suk yang bingung hanya diam. "Urus mereka! Tutup mulut mereka dan jangan biarkan mereka merengek seperti bayi!"

"Ada apa, Abeoji?" Jong-suk mulai bertanya.

"Anak haram itu benar-benar! Aish... Kau urus anak SMA JYH. Jangan biarkan merengek lagi seperti ini." Sambil menunjuk surat tadi. Jong-suk mengambil suratnya dan membaca isinya. Jong-suk paham.

"Saya akan mengurusnya, abeoji." Paham betul sifat ayahnya yang tidak suka mengurus hal-hal sepele seperti ini akan membuatnya naik darah. Jong-gun berjalan menuju ruangannya. "Hah... Jika sudah tau menyusahkan, kenapa tidak dimusnahkan?"

Sementara itu...

Malam harinya

"Ini... Alamatnya?" Min-hyuk meneliti tempat itu. "Club malam?" Sebenarnya, Min-hyuk mencoba menemui orang tua Shin-ji yang tak lain adalah Jung-shin. Untuk berjaga-jaga jika besok Shin-ji tidak memiliki wali untuk datang ke sekolah. Min-hyuk mengeluarkan ponsel dan menghubungi nomor Jung-shin sesuai data yang dia dapat. Sambil melangkah Min-hyuk menghubungi Jung-shin.

Disisi lain, Jung-shin berjalan dengan penuh gaya mengantar Shin-hye keluar dari club. "Ah... Kenapa aku sangat tampan?" Sambil memandangi diri pada cermin kecil di tangannya.

"Yya! Berkaca yang benar." Sela Shin-hye.

"Putriku, kau harusnya bangga memiliki ayah yang tampan seperti aku ini." Drrrrtttttt... Sebelum Shin-hye membuka mulut, ponsel Jung-shin berdering. Jung-shin yang masih tersenyum mangambil ponsel dan mengangkatnya. "Yoeboseyo?"

The Killer MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang