39.

352 80 13
                                    

Rumah Shin-hye

Shin-hye meringkuk di atas kasurnya. Menangis sejadi-jadinya. Tidak peduli dengan orang-orang yang khawatir dibalik pintu. Mengingat masa lalu yang membuatnya hancur. Teman yang sudah dianggap sebagai kakak justru membuatnya hancur. Tidak pernah dia berfikir hal itu sedetikpun.

Bahkan saat Jung-shin memperingatinya, dirinya tetap mencoba yakin sebelum dirinya sendiri mendengar atau melihat langsung. Sayangnya yang tidak ingin dia dengar justru terdengar jelas di telinganya.

"Shin-ah... Katakan sesuatu... Apa dia menyentuhmu? Dia berbuat tidak-tidak? Katakan padaku. Aku akan membunuhnya sekarang juga." Hae-jin menggedor pintu dan mencoba membujuk adiknya. Sayangnya Shin-hye tidak merespon sama sekali.

"Samchon, katakan apa yang terjadi pada eomma." Shin-hwa frustasi dengan keadaan ini. "Bagaimana jika eomma sakit lagi seperti waktu itu? Ah... Aku rasa akan mati jika hal itu benar-benar terjadi."

"Aku juga tidak tau apa yang terjadi. Tiba-tiba dia menangis dengan memakai kemeja pria. Lalu meminta pulang. Saat aku tanya apa yang terjadi, dia justru semakin keras menangis. Aku bisa apa?"

Ketiganya membuang nafas pasrah. Tidak tau lagi apa yang harus dilakukan. Ketiganya bersandar pada pintu kamar Shin-hye hingga... Gubrak!

Shin-hye membuka pintu dan mereka bertiga terjungkal kebelakang. "Kalian sedang apa?"

"Ah... Sakit. Kenapa kau baru buka pintu?" Hae-jin menggosok punggungnya yang terasa ngilu. Lalu menolong Shin-hwa bangun. "Yya... Jungshin-ah, bangun. Kenapa kau masih tiduran."

"Aku merasa dejavu." Jung-shin menatap Shin-hye. "Kenapa kau suka sekali membuatku terjungkal?" Shin-hye hanya meringis.

"Oppa..."

"Hm... Wae?"

"Pertemukan aku dengan Yong-hwa." Ketiganya menatap Shin-hye tidak percaya. "Dan juga Jong-suk." Ketiganya semakin tidak percaya. "Dan Seo-hyun eon-" Shin-hye mencoba mengontrol nafasnya. "Dan Seo-hyun. Tolong atur pertemuan kami. Lebih cepat lebih baik."

"Yya... Yya... Yya... Kau yakin kau sudah siap? Apa terjadi sesuatu yang tidak kami ketahui? Katakan. Aku akan mengurusnya dengan cepat." Hae-jin memegang pundak Shin-hye.

"Aniya. Aku hanya ingin meluruskan sesuatu. Dan itu harus kami berempat yang harus membicarakannya. Aku tidak ingin masalah ini berlarut-larut." Ketiga namja itu mengangguk mengerti.

"Besok aku akan merancang semuanya. Jadi kau tenang saja." Shin-hye mengangguk.

"Gumawo kalian semua."

"Tapi kau sudah ganti baju?" Jung-shin memperhatikan.

"Eoh. Aku tidak suka baunya. Jadi aku langsung ganti tadi."

"Berikan!" Perintah Jung-shin, Hae-jin dan Shin-hwa bersamaan.

"Untuk apa?"

"Berikan saja." Lagi-lagi ketiganya memaksa. Shin-hye hanya menunjuk ke dalam kamar. Ketiganya berlari masuk dan mencari kemeja yang di maksud.

"Biar aku saja yang bakar." Suara Hae-jin.

"Ani, Hyung. Aku saja." Suara Jung-shin.

"Aku saja, samchon." Suara Shin-hwa.

Sreeekkkk...

"Ah... Sobek." Suara Jung-shin.

"Bukankah ini adil? Kemejanya menjadi tiga bagian. Kau bakar satu, kau bakar satu dan aku bakar satu. Beres." Suara Hae-jin. Tidak ada sahutan dari dua orang lainnya.

The Killer MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang