41.

343 80 7
                                    

Keduanya menatap terkejut pada Shin-hwa. Shin-hye merebut ponsel Shin-hwa dan memastikannya. Benar saja. Tertera nama Hye-jung sedang memanggil. Shin-hye memberikan ponsel itu pada Tn. Yoo.

"Hy- Hyejung-ah..." Tn. Yoo menahan air mata. "Ini... Ini appa..."

"Yeoboseyo? Maaf tapi ini bukan Hye-jung." Tn. Yoo melepaskan ponselnya. Ternyata dia terlalu berharap. Air matanya jatuh. Hae-jin mengambil alih ponsel itu.

"Yeoboseyo? Saya bicara dengan siapa?"

"Ah... Ini tim SAR yang membantu runtuhnya gedung baru." Jelas ahjussi paramedis.

"Ah... Nde. Tapi kenapa menghubungi nomor ini?"

"Begini, kami menemukan siswa bernama Ji Soo. Kami mencoba menghubungi walinya dan menemukan ponsel ini. Saya menekan dial nomor 1 dan tersambung nomor ini." Jelas paramedis itu.

"Ji Soo? Apa dia baik-baik saja? Dimana dia sekarang?" Shin-hwa, Shin-hye dan Yong-hwa menyimak Hae-jin serius dan khawatir.

"Dia koma karena tubuhnya tertimpa reruntuhan yang cukup besar."

"Baiklah. Saya akan segera kesana. Terimakasih." Har-jin mematikan sambungan. "Kita ke rumah sakit. Ini cukup mengherankan. Kenapa ponsel Hye-jung ada di tangan Ji Soo?"

"Kita akan segera mengetahuinya." Yong-hwa bangun dan disusul oleh Shin-hye dan Shin-hwa.

"Mereka mulai kompak." Gumam Hae-jin. "Mari." Ajak Hae-jin pada Tn. Yoo.

Rumah Sakit Seoul

"Dia benar-benar kuat." Puji Shin-hwa.

"Tentu saja. Aku melatihnya untuk seperti itu." Jawab Yong-hwa. Shin-hye menggenggam jerami Ji Soo. "Gwencana. Dia pasti akan segera bangun."

Shin-hwa melihat ponsel Hye-jung di atas nakas. Shin-hwa membukanya dan melihat-lihat galeri. Disana banyak foto Hye-jung yang dia ambil. Shin-hwa tersenyum mengingat kenangan bersama itu. Hingga pada suatu video yang belum pernah dilihat Shin-hwa sebelumnya. Shin-hwa memutar video itu.

"Mencariku? Yoo... Hye... Jung?" Suara Jong-hyun membuat semua orang di ruangan itu melihat Shin-hwa.

"Tolong aku... Hiks... Toloooong... Siapapun tolong aku... Hiks... Tolooongggg..." Teriak Hye-jung. Shin-hye ikut melihat video itu.

"Percuma saja kau berteriak, Hyejung-a... Tidak ada siapapun orang disini selain kita berdua."

"Saya mohon lepaskan saya, Sansenim. Tolong lepaskan saya, hiks... Hiks..." Semua orang membeku mendengar jeritan dan teriakan Hye-jung.

"SEHARUSNYA KAU TIDAK IKUT CAMPUR, DASAR SIALAN! JIKA KAU MENJADI PENURUT SAMPAI SEKARANG, AKU TIDAK AKAN REPOT-REPOT SEPERTI INI! ARRA?!"

"Tolong lepaskan saya, Sansenim."

"Berikan itu padaku! BERIKAN!" Jong-hyun merebut ponsel itu dan terlihat Hye-jung jatuh tergambar jelas di kamera. Shin-hye merebut ponsel itu dan memeluk Shin-hwa agar tidak melihatnya lagi.

"Tidak! Jangan!" Teriakan terkahir hingga Shin-hye benar-benar mematikan ponsel itu. Shin-hwa semakin erat dalam pelukannya. Isakan pelan terdengar jelas.

Tn. Yoo memegangi dadanya yang sesak. Lalu semuanya gelap. Tn. Yoo pingsan karena tidak sanggup menerima kenyataan bahwa putrinya dibunuh. Hae-jin segera memanggil suster untuk merawat Tn. Yoo.

Semuanya penuh dengan luka. Tidak ada suara hanya isakan. Awan cerah tiba-tiba menggelap dan itu terjadi bukan hanya untuk Shin-hwa dan Shin-hye. Namun juga untuk Jong-hyun yang saat ini berada di balik jeruji dikarenakan harus bertanggung jawab atas insiden runtuhnya gedung baru.

The Killer MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang