30

336 94 10
                                    

Night Club

"Hyung... Kenapa tiba-tiba menghubungi ku?" Yong-hwa masuk ke ruangan private yang biasa mereka pesan berdua. Tiba-tiba Bugh

Hae-jin memukul Yong-hwa dengan sangat keras. Membuat Yong-hwa tersungkur dan berdarah diujung bibirnya. "Hyung... Wae-" Bugh

Lagi-lagi Hae-jin memukul Yong-hwa yang belum sepenuhnya berdiri. Hae-jin menarik krah Yong-hwa lalu memukulinya bertubi-tubi. Yong-hwa melawan lalu mendorong Hae-jin hingga ketembok. "Aku tidak ingin berkelahi karena aku menghormati mu. Tapi tolong jelaskan dulu apa yang terjadi."

"Bangsat kau Yong-hwa!" Hae-jin berteriak. "Kau yang menyebabkan adikku pergi. Kau yang menghancurkan hidupnya! Kau!" Yong-hwa mematung. "Aku selalu mendukungmu. Aku selalu percaya padamu. Bahkan saat kau hancur setelah Shin-hye pergi, aku percaya kesedihan mu. Tapi aku kecewa karena itu bukan kesedihan melainkan rasa bersalah!" Yong-hwa lemas hingga jatuh berlutut.

"Wae? WAE! Kau boleh menyiksaku... Hiks... Kau boleh melakukan apapun padaku! Tapi kenapa harus Shin-hye? WAE?!" Hae-jin memukulnya lagi hingga tergeletak dilantai. "Rasanya aku bisa membunuhmu sekarang juga." Yong-hwa masih diam. Hae-jin menangis. Terngiang jelas saat ini pasti Shin-hye menangis di kamar. Itu menyiksanya.

"Aaaaaaaaaaargh..." Hae-jin berteriak sekuat tenaga meluapkan sesuatu yang menyesakkan dadanya. Namun tak dapat menghentikan air matanya. "Katakan Yong... Kenapa kau lakukan ini?" Gumam Hae-jin.

"Mianhae, Hyung. Aku memang bersalah. Aku... Aku bersalah... Seharusnya aku tidak terhasut. Seharusnya aku percaya pada Shin-hye. Aku justru menghancurkannya karena amarahku serta pengaruh minuman."

Hae-jin mencoba mengumpulkan kesadarannya kembali. "Apa maksudmu?" Yong-hwa diam. "Ceritakan semuanya!" Hae-jin menarik krah Yong-hwa. Yong-hwa menatap Hae-jin dengan air mata yang tiada henti jatuh.

Flashback
Gosan, 2003

Yong-hwa melempar amplop tidak percaya dengan baru saja dia lihat. "Wae? Masih tidak percaya denganku? Atau bukti-bukti itu masih kurang?" Yeoja itu tersenyum.

Yong-hwa diam. Berfikir. Sebentar lagi dia akan berkencan dengan Shin-hye namun hal itu mungkin tidak akan terjadi sekarang. Apa yang baru saja dia lihat membuatnya mati rasa.

"Sudahlah, Yong-ah. Batalkan janjimu. Ikut aku saja. Kita bersenang-senang. Jong-suk juga ikut." Yeoja itu menarik tangan Yong-hwa yang lemas.

Yong-hwa melepaskan tangan yeoja itu. "Kau duluan saja. Aku masih ingin sendiri."

"Hm... Baiklah. Cepat datang ya..." Yeoja itu menyeringai.

Yong-hwa diam. Diambilnya amplop tadi dan dibuka. Wajah orang yang sangat dia kenal tersenyum bersama laki-laki lain diatas ranjang tanpa busana. Bukan hanya satu laki-laki. Foto lain bernama laki-laki yang berbeda. Kening Yong-hwa berkerut.

"Apa bersama ku masih belum membahagiakanmu? Sampai-sampai kau bersama orang lain? Bahkan tidur bersama?" Yong-hwa mengambil box kecil diatas meja lalu membukanya. Sebuah cincin sederhana yang dia pesan khusus untuk Shin-hye. Dengan inisial nama didalam lengkuk cincin itu.

Ditutup lagi box itu dan diletakkan dilaci. Emosinya meluap. Yong-hwa mengambil jaket lalu pergi keluar.

Lightning Club

Yong-hwa masuk dan disambut teman-temannya. "Heeiiii... Igea mwoya? Woah... Ku kira kau tidak akan datang." Jong-suk memeluk Yong-hwa. "Hm... Wae? Ada masalah?" Yong-hwa hanya memegangi kepalanya. "Yya... Kau sudah disini. Ayo kita bersenang-senang."

The Killer MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang