part24

4.4K 269 6
                                    

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Mohon maaf typo bertebaran

Jangan lupa vote and comment guys

Sebelimnya....

"Ciee Key, bentar lagi nikah, bentar lagi punya anak, bentar lagi jadi emak-emak," goda teman-teman Key. Mendengar hal itu Key hanya bisa menunduk menahan malu.

"Terus kapan mau nikahnya?" tanya abi menghentikan aksi teman-teman Key yang menggodanya.

"Besok aja Bi," ucap Ilyas santai

"WHAT!"pekik semua orang menatap Ilyas horor.

=====▪▪▪=====

"Kamu jangan becanda Yas,"

"Ilyas gak becanda Mi,"

"Yas, memang hal baik itu harus segera dilaksanakan tapi, kita juga membutuhkan waktu yang tepat, kita membutuhkan waktu untuk mempersiapkan semuanya," jelas abi lembut.

"Benar Nak, Om juga harus mempersiapkan hati melepas puteri kesayangan Om," timpa papa Key.

"Gini aja, gimana kalo satu bulan lagi?" usul Alyas.

Semua orang mengangguk setuju kecuali Ilyas. "Engga kelamaan Bi? gimana kalo tiga hari lagi?"

"Yaudah seminggu lagi," final sang abi menyerah dengan sikap Ilyas yang kekanak-kanakkan.

"Gak ada bantahan atau gak jadi sama sekali."

Ilyas yang ingin protes pun tak jadi mendengar ancaman dari abinya, dari pada tidak jadi menikah dengan Key lebih baik ia menunggu saja.

Ilyas menghela napas kasar. "Yaudah deh, Ilyas nuru aja dari pada gak jadi nikah, nanti hati Ilyas potek huaaaa." Semua orang melihat sikap Ilyas tertawa terbahak-bahak sungguh seperti anak kecil yang meminta dibelikan permen. Tapi, Ilyas minta nikah.

Key melihat itu geleng-geleng kepala tersenyum geli. "Om, kayak anak kecil Key jadi ilfil gak mau nikah sama Om," ucap Key memancing amarah Ilyas.

Ilyas melotot tak percaya. "Biar pun kamu gak mau saya tetap paksa kamu, kalau perlu saya bikin kamu hamil."

Semua orang melotot sempurna dengan apa yang Ilyas ucapkan. Betapa ngebetnya Ilyas hidup bersama Key.

"Berani kamu hamilin anak saya sebelum nikah jangan harap besok masih bisa melihat matahari terbit!" ancam papa key siap melayangkan bogemannya.

"Hehe.. Maaf Om becanda kok," ucap Ilyas nyengir polos.

"Yas, ayo cepat pulang semakin tak waras kamu kalau di sini terus. Pak Dehan saya sekeluarga serta temannya Key pulang dulu, maafkan kelakuan anak saya yang petakilan ini. Asalamu'alaikum," ucap abi menarik Ilyas agar berdiri.

Pap Key mengangguk dengan senyum gelinya. "Iya Pak, tidak apa-apa lagian Ilyas hanya becanda, mari saya antar kedepan."

Setelah semuanya pulang kehabitatnya eh maksudnya kepesantren, Key ingin membantu bibi membereskan ruang tamu tapi dilarang oleh papanya. Dengan terpaksa Key kembali ke kamar tidur melanjutkan mimpinya karena ini baru jam 02.00 malam.

Sesampai di kamar Key membanting tubuhnya ke kasur empuknya, dengan senyum merekah ia memandangi tangannya yang berada cincin dari Ilyas.

Memikirkan hal itu, membuat pipi Key memerah malu. Dengan cepat Key menggelangkan kepalanya dan membenarkan posisi tidurnya suapaya terlelap nyaman.

===========●●●●●============

Satu minggu kemudian......

Hari ini, hari dimana Ilyas dan Keyra akan menjadi suami isteri. Degup gugup kini Key rasakan padahal waktu ke ijab kabul masih lama. Bahkan, Key sekatrang baru ingin dirias.

"Mbak, emm... Bagian mata jangan dirias berlebihan yah," pinta Key.

"Loh kenapa dek? kan yang keliatannya juga mata. Ntar kan adek pake niqob," tanya sang perias.

"Emm... Itu permintaan Om Ilyas," ucap Key pelan menunduk malu.

Sang perias tersenyum lembut menggoda. "Aduh, calon suaminya gak mau liat calon isterinya cantik dihadapan orang yang bukan mahromnya. Gitu? waah so sweet banget dek,"

"Iya mbak." Key menunduk sangat malu, ditambah lagi pipinya yang memerah membuat sang perias tersenyum lebar.

Setelah itu, perias fokus merias wajah sang mempelai wanita yang malu-malu.

Semua telah siap, Key yang sudah rapi dengan pakaian pengantinya menunggu dikamarnya. Sedangkan Ilyas sudah duduk didepan penghulu.

Jantung Key berdetak kencang, apalagi saat melihat Ilyas menjabat tangan ayahnya. Walaupun hanya melihat di layar laptop yang disambungkan dengan kamera didepan tapi, debaran ini semakin cepat.

"Qabiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahri madzkur wa radhiitu bihi wallahu waliyu taufiq," ucap Ilyas lantang dengan satu tarikkkan napas.

Semua tamu mengucapkan hamdalah, kini Ilyas akan menjemput sang isteri kecilnya kedalam kamar mereka nanti. Dengan pelan Ilyas membuka pintu dan di sisi ranjang yang sudah dihias duduk sang bidadari menatap cermin.

Dengan langkah pelan Ilyas mendekti istrinya itu. "Assalamu'alaikum ya Zaujaty," bisik Ilyas ditelinga Key.

Dengan rasa terkejut Key menoleh dan pas saja hidungnya menempel di hidung Ilyas. Seketika pipi Key memerah tapi sayang tak terlihat oleh niqob yang ia kenakan.

"Wa'alaikumussalam," jawab Key pelan menunduk.

Dengan lembut Ilyas memegang dagu Key, untuk melihat ke arahnya.

"Buka yah cadarnya abang mau lihat muka cantik isteri kecil abang. Boleh?" tanya Ilyas lembut.

"Tapi, nanti berantakan."

"Nanti abang pasangin lagi kalau sudah disuruh turun." Key mengangguk, Ilyas mendapat persejuan dari Key secara perlahan membuka tali niqob.

Perlahan niqob itu mulai lepas dari wajah Key. Dengan sigap Key menutup mukanya dengan kedua tangannya.

"Loh kok ditutip sih?" tanya Ilyas.

"Malu."

"Gak usah malu, abangkan suami kamu."

Namun, lengan yang menutup wajah Key tak ia turunkan sama sekali.

Dengan pelan Ilyas mulai mengetuk-ngetuk tangan Key. "Tok... Tok..... Tok.... Siapa di dalam?"

Tak ada jawaban Key hanya diam.

"Kok gak dijawab sih?" tanya Ilyas.

"Key harus jawab apa?" tanya Key balik.

"Ya terserah kamu."

"Tok tok tok.... Siapa didalam?"

"Keyra," jawab Key menanggapi kelakuan Ilyas.

"Keyra yang baru beberapa menit jadi isteri Ilyas?"

"Iya,"

"Buka dong pintu tanggan yang menghalangi wajah cantiknya, suaminya mau liat."

Tanpa menjawab Key mulai menurunkan tangannya dari wajah cantinya.

"Loh? Keyranya mana?" tanya Ilyas kebingungan.

"Ini keyra is," ucap Key kesal.

"Mana? kenapa yang dihadapan saya bidadari?"

"Ihh gombal," ucap Key menunduk malu, menyembunyikan rona merah di pipinya yang sudah merah oleh blush on kini tambah merah karena malu.



#Bersambung



Gusku_Imamku(Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang