Part26

4.3K 241 0
                                    

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Mohon maaf typo bertebaran

Jangan lupa vote and commentnya guys





Sebelumnya....

"Gak usah senyum sama bang Al, abang gak suka!" ucap Ilyas penuh penekanan.

"Mulai lagi," ucap Key pelan.

Alyas hanya tersenyum geli melihat tingkah posesif adik kembarnya ini. "Suami kamu posesif banget, abang jadi gak bisa goda kamu yang sangat cantik ini," ucap Al sengaja menggoda sang adik yang sudah merah padam.

"ABANG AL!" teriak Ilyas, sedangkan Alyas berlari menghindari adik yang sedang mengamuk.

####

Key terkekeh geli melihat suaminya merah padam akibat kesal dijahili sang kakak ipar.

"Udah gak usah marah, Bang Al cuma becanda kok," ucap Key mengusap lembut punggung tangan Ilyas.

"Hm."

Mendengar jawaban singkat dari Ilyas, Key tersenyum lembut menatap manik Ilyas dengan binar.

"Gak usah cemburu, Key seneng abang cemburu artinya abang cinta dan sayang sama Key. Tapi, jangan berlebihan, jangan sampai abang dilingkupi oleh api cemburu yang membutakan hati abang. Inget! tadi abang bilang sama Key harus nahan amarah loh," ucap Key menatap manik mata Ilyas dan sedikit berjingjit untuk mencium singkat pipi suaminya.

Mata Ilyas melotot tak percaya dengan apa yang dilakukan Key, spontan ia meraba pipi yang Key cium. Walaupun ciuman Key terhalang oleh niqobnya tapi, hati Ilyas terasa berbunga-bunga karena ini pertama kalinya ia dicium oleh Key.

"Maafin Key yah, tadi senyum sama bang Al. Key udah melanggar perintah abang maafin Key."

Key menatap Ilyas sendu, sedangkan Ilyas hanya acuh saja pura-pura jutek padahal dalam hatinya ia tersenyum lebar berhasil menjahili isterinya.

"Bisa diam gak? jangan menatap saya dengan pandangan seperti itu, hati saya gak akan luluh. Udah fokus aja sama urusan kamu sama cari makan dulu, kamu temani saja para tamu." Setelah mengatakan hal itu dengan dingin Ilyas segera berlalu dari sana.

Melihat kepergian suaminya dan mengucapkan kata dinginya membuat hati Key kembali sakit, Key memandangi punggung Ilyas yang mulai menjauh dengan mata berkaca-kaca. Sekuat tenaga ia tahan karena satu kali saja ia berkedip air mata Key pasti akan jatuh.

Key terus memandangi Ilyas yang dengan santai memakan makanannya tanpa berniat mengajak Key makan, padahal dari tadi pagi sampai sekarang pukul 8 malam Key belum memakan nasi sedikit pun.

Key meremas perutnya yang perih dan sakit begitu menyakitkan terus meremas perut Key, dengan pandangan buram terhalang oleh air mata Key menatap Ilyas dengan penuh kesakitan.

Hiks!

Isakan Key keluar karena sudah tidak tahan oleh sikap dingin Ilyas dan rasa sakit diperutnya. Mendengar isakan semua tamu dan keluarga Ilyas dan Key pun menatap arah suara itu, dan betapa terkejutnya mereka saat melihat pengatin wanita berdiri menunduk dengan bahu bergetar dan tangan meremas perutnya.

Umi, abi, papa Key, dan sahabat-sahabat Key segera berlari kearah Key yang sedang terguncang. Sedangkan Ilyas? dia malah anteng makan tanpa berniat menghampiri Key. Karena ia pikir hanya akal-akalan dari Key saja.

"Sayang Key kamu kenapa?" tanya Dehan denga panik memeluk puterinya.

"Bi, ham, bang Al. Tolong para tamu ajak ke ruang tamu aja, lagian tamu tinggal hanya beberapa kerabat saja. Jangan biarkan disini," ucap umi. Mendapat perintah dari umi bapak dan dua anak itu segera melaksanakan tugasnya.

"Key buka cadarnya yah?" ucap umi. Namun, mendapat gelengan dari Key. "Kamu tenang aja disini tinggal kita berenam," lanjut umi. Memang di sana hanya ada umi, Dehan, Abel, Ica, Isah dan Vita.

"Iya key buka yah, takutnya kamu sesak," timpal Isah.

Semua bernapas lega saat Key mengangguk, dengan pelan umi membuka ikatan tali niqob Key.

Mata umi melotot sempurna, bibir Key pucat pasi dan wajah yang terus mengeluarkan keringat.

"Astagfirullah Key!" teriak sahabat-sahabat Key terkejut dengan keadaan Key yang merintih kesakitan.

"Sa-kit!" lirih Key terbata.

Dehan melihat putri semata wayangnya seperti kesakitan mengepalkan tangannya, bagaimana bisa dia makan tapi di sini isterinya sedang kesakitan? Dehan terus menatap Ilyas dengan tajam.

"Astagfirullah Key!"

Pekikan itu membuat Dehan mengalihkan pandangannya dan menatap sang putri yang menutup matanya.

"ILYAS! kamu apakan menantu umi sampai pingsan gini."

Ilyas yang sedang minum, seketika terkaget dengan jeritan uminya. Begitupun dengan abi, Ilham dan Alyas mereka terkejut mendengar jeritan itu dan segera berlari dengan panik menghampiri jeritan uminya.

Ilyas segera berlari kearah uminya yang terduduk, seperti menepuk-nepuk seseorang.

Sesampainya di sana mata Ilyas melotot sempurna, Key di sana pingsan.

'Bugh'

Satu bogeman mendarat sempurna di pipi Ilyas. Dehan dia lah orang yang sudah memukul Ilyas sampai sudut bibir Ilyas robek.

"Kamu! enak-enakan makan, tapi istri kamu kesakitan! cepat bawa anak saya kekamar, saya panggilkan dokter!" tekan Dehan menunjuk Ilyas

Dengan gerakan cepat Ilyas segera merebut Key dari pangkuan uminya. Dengan raut gelisah Ilyas segera menggendong tubuh lemah Key menuju ke kamarnya.

Ilyas terus memandangi wajah Key yang menutup matanya, tangannya terus menggenggam tangan hangat Key. Semua orang sudah kembali ke tempatnya masing-masing untuk mengistirahatkan badan mereka.

Andai saja ia tak pura-pura marah mungkin Key tak akan seperti ini.

Andai saja ia peka saat Key menatapnya penuh kesakitan dan meremas perutnya itu bukan akting belaka.

Kini andai hanya andai, semua sudah terlambat. Kini, akibat kecerobohan dari becandanya Key terkena maag karena dari pagi belum makan nasi sesuap pun.

Wajah Ilyas penuh dengan lembab, bagi Ilyas luka ini belum seberapa dengan luka yang Key dapatkan. Luka hati Key yang ia acuhkan dan berkata dingin, tak sebanding dengan luka yang ia rasakan. Luka fisik bisa disembuhkan dengan obat di pasar, sedangkan luka hati Key? mungkin sangat sulit untuk ia sembuhkan.

Harusnya hari ini, hari paling bersejarah dalam hidupnya, harusnya hari ini, moment yang yang paling indah di antara hari-hari yang pernah ia lewati.

Namun, semua itu ia rusak dengan tingkah kekanak-kanakkannya, semua recananya hancur akibat ulah dirinya sendiri.

"Cepat bangun Sayang," ucap Ilyas mengecup tangan Key yang tak pernah lepas dari genggamannya.

Rasa kesal pada Ilyas kini, ia rasakan. Menyesal karena bercanda berlebihan yang tak ada paedahnya sama sekali.

waktu terus berputar, hingga pukul 1 pagi pun Key belum sadarkan diri. Hal ini membuat hati Ilyas kembali gelisah, uminya sudah beberapa kali mengingatkannya untuk segera tidur. Tapi, Ilyas tetaplah Ilyas sangat keras kepala ia tak mau jika Key terbangun dan membutuhkan sesuatu tapi dirinya tidur dan membuat Key memaksa untuk melakukan keinginan itu, sehingga mengancam kondisinya kembali. Hal itu yang paling Ilyas hindari, cukup kali ini saja akibat kesalahannya Key terbaring lemah. Tapi, tidak untuk nanti.

#Bersambung

Gusku_Imamku(Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang