1. Pria Misterius

2.4K 220 7
                                    

Dan di sinilah kami berada. Di dalam coffe shop yang terletak di seberang arena konser. Pemuda awut-awutan yang minta ditraktir kopi memesan hot americano sementara aku memesan frapuccino sekaligus es batu untuk mengopres lebam di pipinya.

"Aw! Pelan-pelan sakit tau, gara-gara lo nih!" omelnya. Aku mendengus, pria ini kelihatannya saja garang tapi ngerasain sakit sedikit langsung bawel!

Kembali kutekan es ke tulang pipinya yang lebam akibat bogeman massa. Pria itu merintih lalu memaki pelan, setidaknya dia tidak kembali mengomel dan membuat aku semakin sebal.

"lo kenapa nangis di parkiran?" tanyanya.

Gerakan tanganku yang sedang mengopres lukanya mendadak terhenti. Aku menatap pemuda itu, pemuda yang baru saja melemparkan pertanyaan sialan kepadaku. Yang aku tatap justru acuh, pria yang tidak kuketahui namanya ini hanya menikmati americano yang ada di tangannya dengan santai. Bagus sekali!

Aku meletakkan sapu tanganku yang kupakai untuk membalut es ke dalam mangkuk berisi es. Aku memutuskan untuk berhenti mengopres tulang pipinya yang lebam karena suasana hatiku yang tiba-tiba saja memburuk mengingat semua kesialan yang telah terjadi di arena konser beberapa menit yang lalu.

"Fans berat Daniel Andreas? Terharu karena bisa ketemu dia?" tanya pria itu lagi tepat ketika aku mengambil duduk di seberangnya. Entah kenapa dia terdengar jijik ketika menyebut nama Daniel Andreas.

Aku meraih frapuccinoku kemudian menikmatinya tanpa mau peduli dengan pertanyaan pria itu. Kami adalah orang asing dan tanpa sungkan dia melemparkan pertanyaan yang sangat sensitif kepadaku, meskipun dia tidak tahu bahwa pertanyaannya itu sensitif bagiku. Oke lupakan, aku yang berlebihan.

"Memang apa sih bagusnya Daniel Andreas? mirip prety boy gitu" ucapnya.

Aku menatap pria itu dengan sinis, yang dia sebut sebagai 'prety boy' itu adalah mantan pacarku, well meskipun Daniel Andreas adalah mantan pacarku yang brengsek tapi setidaknya kami punya banyak kenangan manis dan satu lagi, Daniel memang lemah lembut dan penyayang, tutur bahasanya sopan, wajahnya tampan dan rupawan, tapi bukan berarti dia preety boy. Mungkin para pria yang menyebutnya begitu adalah tipe pria bad boy seperti yang ada di hadapanku sekarang.

Lihat dia.....

Rambut gondrong, tangannya dipenuhi tatto, wajahnya sadis, auranya gelap, matanya tajam, dan brewokan. Ugh, bukan tipeku sama sekali dan dapat aku pastikan pria sepertinya pasti sering menyakiti hati para gadis. Oke aku akui dia dapat menjerat siapa saja, beberapa wanita suka dengan pria yang garang dan macho seperti dirinya. Tapi dia hanya mendapatkan nol dariku menilai bukan penampilannya saja yang awut-awutan tapi sikapnya juga, kalau bisa minus nol!

"Kamu tidak suka Daniel Andreas tapi hadir di konsernya" sindirku.

Ketika dia hendak membalasku dengan omelannya yang panjang kali lebar, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi dan bibirnya kembali terkatup rapat. Pria itu meraih ponselnya dari dalam saku lalu mengangkat panggilannya sambil menatapku.

"Di cafe seberang.....Hm....cafe seberang, budeg lo ya!....ada dilihat dulu jangan maen ngebacot aja!...., ada kan goblok!....oke"

Aku memutar bola mataku mendengar cara bicaranya yang kasar. Pria itu mengakhiri panggilannya dan kembali menyeruput americanonya lalu tiba-tiba saja ekelompok pemuda yang penampilannya tidak berbeda jauh dengan dirinya masuk dan menghampiri meja kami. Aku terbelalak ngeri, apa mereka adalah temannya? Mereka kelihatan seperti sekelompok anggota begal!

"Wah, parah ngopi di tempat mahal kagak ngajak-ngajak lo!" ucap salah satu dari mereka, "ada cewek cakep lagi, gila nih Juned!"

Benakku meringis ngeri ketika secara serentak gerombolan serigala jalanan itu menatapku. Oke, sebaiknya aku harus segera pergi dari tempat ini.

Pulang (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang