10. Audisi

1.3K 151 8
                                    

Bunyi dering ponsel mengusik tidur nyenyakku. Uh, rasanya aku tidak pernah terlelap sepulas ini sebelumnya jadi mari abaikan panggilan yang mengganggu itu, aku lebih suka melanjutkan tidurku.

Aku mengubah posisi menghadap ke sisi kanan lalu mencari-cari guling yang biasanya menemani tidurku. Dahiku berkerut bingung ketika tanganku menyentuh sesuatu yang hangat dan....padat? Entahlah tapi ini tidak terasa seperti bantal gulingku.

Aku mengerang kesal ketika suara dering ponsel itu tidak kunjung mau berhenti, terus berdering dan merusak pagiku yang indah ini. Akhirnya aku menyerah dan memutuskan untuk bangun. Ketika kedua mataku terbuka dengan malas aku menangkap sosok tampan dan indah yang ada di hadapanku, dia sedang tertidur pulas dan telapak tanganku ada di atas dadanya. Ya terkutuk, itu adalah Vanno.

Sambil menguap aku mengambil posisi duduk lalu meraih ponselku yang ada di atas meja nakas. Tanpa melihat siapa pengusik tidurku, aku langsung mengangkat panggilan itu.

"Ya?" kataku sambil mengerang malas.

"Widi, kampret lo sama Vanno di mana?! Nih acara udah mau dimulai!!"

Darn!

Aku terkesiap dan langsung melompat turun dari ranjang, mataku melirik jam yang menunjukkan pukul 12 siang, sialan kami terlambat!

"Widi!"

"Kami dalam perjalanan!" kataku, dengan terburu-buru aku langsung mematikan ponselku lalu menghampiri Vanno yang masih tidur di atas ranjangku.

"Van! Vanno bagun, kita udah telat!" kataku sambil menepuk-nepuk pelan pipinya.

Mata itu terbuka sedikit lalu kembali terpejam saat ia bergumam, "Telat apaan? Gue masih ngantuk"

"Kompetisinya udah mau dimulai 15 menit lagi!" pekikku.

Seketika itu juga mata Vanno terbuka lebar, pria itu melompat turun dari ranjang sambil memaki, "Brengsek!"

"Kamu mandi di kamar mandi aku biar aku mandi di kamar mandi temen aku, ga pake lama oke?" Vanno mengangguk dan kami langsung berlari terbirit-birit untuk mengurus diri kami masing-masing.

Sepuluh menit berlalu aku dan Vanno sudah siap untuk berangkat. Kami memutuskan pergi dengan motor Vanno yang semalaman penuh terparkir di halaman rumahku, beruntung motor antiknya itu tidak hilang dimaling orang, oh kami benar-benar ceroboh!

Kami sampai di Veteran Walk, tempat di mana konser diadakan, tepat ketika acara baru saja dimulai. Aku langsung menghubungi Reno untuk menanyakan di mana keberadaan mereka dan Reno meminta aku dan Vanno untuk menunggu di parkiran.

"Ini semua gara-gara kamu!" tudingku kepada Vanno.

Pria itu mengangkat kedua alisnya, "Kok gue?"

"Coba kamu ga gangguin aku tidur kemarin malam, pasti kita ga bakalan telat!" semburku. Bibir pria itu berkedut menahan tawa dan aku menjadi semakin kesal, omelan lainnya hampir tersembur jika saja Reno tidak muncul.

"Ayo!" pekik Reno.

Kami berdua berjalan mengikuti Reno dengan terburu-buru menuju ke belakang panggung. Di sana ada tenda-tenda tertutup khusus untuk para peserta lomba, kami masuk ke dalam tenda yang bertuliskan Young Blood. Di dalam tenda itu sudah ada Bunda dan teman-teman Vanno yang lainnya. Bunda menghampiri Vanno lalu menyerahkan kantung pakaian yang aku beli kemarin malam untuknya.

"Ganti baju kamu sana" ucap Bunda. Vanno mengangguk dan langsung keluar dari tenda, mencari tempat untuk mengganti bajunya.

"Kita dapat nomor urut ke 21" ucap Reno.

Pulang (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang