13. Everything Is Gonna Be Okay

1.2K 150 14
                                    

Young Blood tidak sabar menunggu debut mereka tapi sebelum itu mereka semua —terkecuali Reno— memutuskan untuk mengunjungi rumah yang telah lama mereka tinggalkan, dan ini adalah saat yang tepat. Memet dan Fikry yang duduk di kursi belakang tampak gugup setengah mati, sementara Vanno yang sedang menyetir mobilku hanya memasang wajah datarnya sambil menatap jalanan dengan serius, aku tahu dia merasakan hal yang sama dengan teman-temannya yang lain.

Tanganku terulur untuk mengusap pipinya dan Vanno tersentak kecil kemudian melemparkan senyum seadanya kepadaku, "Are you okay?" tanyaku

"Yeah" sahutnya, Vanno meninggalkan kecupan di telapak tanganku dan kembali memandang lurus ke arah jalanan.

Aku menghela nafas pelan, melalui spion aku mengintip Memet dan Fikry yang diam sejak tadi, mereka tidak banyak bicara seperti biasanya. Apakah ketakutan mereka separah itu sehingga mereka sampai menjadi kaku seperti ini?

Mobilku yang Vanno kendarai berhenti di depan rumah mewah bercat putih. Rumah itu adalah rumah kedua orang tua Fikry, orang tuanya pasti bukan orang  sembarangan aku berpendapat seperti itu ketika melihat rumahnya yang dijaga oleh dua orang satpam sekaligus.

"Gue duluan ya" kata Fikry, "Makasih tumpangannya" dia menepuk bahu Vanno dan melemparkan senyum kepadaku.

"Semoga berhasil" kataku menyemangati.

Fikry tersenyum masam, "Yah, semoga aja"

Fikry turun dari mobilku dan kami mengamati pria itu sedang berbicara dengan satpam sebelum masuk ke  rumah orang tuanya sendiri, rasanya aneh melihat Fikry yang diperlakukan layaknya orang asing yang datang tanpa diundang.

"Van, ayo jalan" kataku kepada Vanno. Tanpa kata pria itu mengangguk dan mulai menjalankan mobilku. Aku tidak ingin mempermasalahkan sifat pendiamnya itu, aku sepenuhnya mengerti dengan apa yang Vanno rasakan saat ini.

Untuk mencairkan suasana yang tegang aku membuka obrolan, "Rumah orang tua Fikry keren juga" kataku, tidak ada yang menanggapi namun aku tidak menyerah semudah itu, "Ayah sama ibunya orang penting ya? Satpamnya aja sampai ada dua"

Vanno melirikku sekilas lalu berkata, "Bokapnya anggota DPR"

God, Damn it!

Pertanyaan isengku justru membuat aku terkejut setengah mati. Sekarang aku mengerti mengapa Fikry tidak direstui untuk menjadi anak band, keluarganya pasti ingin Fikry mengikuti jejak sang ayah menjadi anggota DPR atau politikus lainnya.

Tak butuh waktu yang lama kami sampai di rumah orang tua Memet. Berbeda dengan rumah keluarga Fikry yang terlampau mewah, rumah keluarga Memet justru lebih sederhana. Rumah itu terlihat indah dan antik dengan ciri khas rumah-rumah suku melayu pada bangunannya. Rumah orang tua Memet juga memiliki halaman yang luas, halaman itu ditanami tumbuhan hias yang bisa kita lihat jika pergi ke pedesaan saja, seperti bunga ekor kucing, tanaman daun jarak, dan masih banyak lagi. Ah, aku sangat suka dengan suasana perkarangan rumah ini.

"Wid, kagak mau ikut mampir?" tawar Memet sambil memakai ranselnya. Kedua alisku bertaut melihat Memet tampak lebih santai daripada sebelumnya.

"Nggak deh mungkin lain kali, Vanno udah booking aku lebih dulu" gurauku, Vanno melirikku dengan kedua bola matanya yang membesar seperti mengatakan apa-apaan? Oke dia tidak suka aku bergurau seperti itu kepada pria lain, tak terkecuali temannya sendiri.

"Yah sayang banget, besok-besok gue kasih DP dulu deh biar ga disamber Vanno" balas Memet, rahang Vanno semakin mengeras meskipun dia hanya diam saja. Ya ampun, pria ini terlalu berlebihan aku dan Memet kan hanya sedang bercanda.

"Gue duluan ya, makasih tumpangannya" pamit Memet.

Ketika pria itu memegang pintu mobil aku langsung melemparkan pertanyaan yang diam-diam menghantuiku selama ini, "Met, nama asli kamu beneran Memet?"

Pulang (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang