Aku menatap ke sekeliling perkarangan rumah Widuri, mencari-cari mobil kekasihku yang biasanya terparkir di halaman rumah namun mobil itu tidak ada.
Setelah konser berakhir aku tidak mendapatkan balasan dari pesan yang aku kirimkan kepadanya. Aku mulai resah dan langsung menghubungi nomor Widuri namun nomor itu malah tidak aktif. Aku bahkan sudah memeriksa ulang nomornya takut kalau Bang Ghali mengganti nomor Widuri di ponselku lagi, tapi itu nomor yang benar, itu memang nomor kekasihku namun dia tidak kunjung mengangkat panggilang dariku.
Dengan cemas aku langsung pergi ke rumahnya, mencari penerbangan tercepat dan baru saja mendarat pagi ini. Aku ingin memastikan apakah dia sudah pergi atau belum, jika Widuri benar-benar sudah pergi maka aku sangat menyesal. Aku ingin melepaskannya dengan cara yang baik, mengistirahatkan hubungan ini sementara waktu, dan mengucapkan maaf yang sedalam-dalamnya atas kesalahanku.
Langkahku dengan ragu menghampiri pintu rumah Widuri. Aku menekan bel beberapa kali lalu wajah Dita menyambutku dengan masam, "Kak Vanno? Ngapain ke sini?" tanyanya agak ketus.
"Widurinya ada?" tanyaku balik.
Gadis muda itu mendengus, "Kak Vanno ilang ingatan ya? Kan kakak sendiri yang teriak, bilang kalau Kak Widuri mau pergi ya pergi aja! Dasar cowok!" semburnya.
Aku tidak mau mengurus sentimental Dita terhadap para pria. Mengetahui Widuri telah pergi membuat sesuatu dari dalam diriku merosot jatuh, aku tidak tahu apa itu yang jelas aku sedih atas kepergiannya tanpa mau menunggu agar hubungan kami kembali mendingin dan berbaikan.
"Kapan Widuri pergi?" tanyaku.
"Pagi itu juga" jawab Dita.
"Dia ganti nomor ya? Kok nomornya ga aktif?" tanyaku.
"Aktif kok, seminggu yang lalu Dita abis nelpon Kak Widi. Mungkin dia sibuk kali, soalnya Dita dapat kabar Kak Widi udah mulai magang di sana"
Oh.
Aku mengusap wajahku dengan gusar. Rasa bersalah tumbuh semakin besar mengingat teriakan kasar yang aku semburkan kepada Widuri sebelum ia pergi, gadis itu pasti sudah sangat membenciku sekarang, dia pergi dengan rasa sakit hati yang mendalam dan aku simpulkan dia enggan untuk kembali lagi.
"Dia ga ngomong apa-apa sebelum pergi?" tanyaku.
Dita tampak berpikir sejenak lalu menggeleng, "Kayaknya ga ada tuh, Kak Vanno sih rese' banget jadi cowok!"
Sambil memijit pangkal hidungku aku bergumam, "Hm...gue tahu"
"Terus sekarang gimana?" tanya Dita. Aku menggeleng tidak tahu lalu mendongakkan kepalaku dengan pasrah dan mendesah lelah. Dia sudah pergi dan tidak ada gunanya aku berada di sini lagi.
"Gue balik deh, kalau Widuri nelpon lo tolong minta dia buat bales pesan dari gue" kataku. Dita mengangguk paham. Aku mengucapkan terima kasih kepada Dita lalu pergi meninggalkan perkarangan rumah Widuri.
Tidak ada lagi yang bisa aku lakukan selain menunggu Widuri pulang, mungkin ini hukuman yang sepadan yang harus aku terima karena bersikap tidak adil kepadanya akhir-akhir ini. Widuri adalah gadis yang baik, dia tangguh, dan dia pantas mendapatkan yang terbaik. Aku dan omong kosongku mungkin telah jenuh dia hadapi sehingga ia membutuhkan waktu untuk menjauh sejenak dariku dan menata kehidupannya sendiri.
Ya, aku pantas menerima semua ini.
Aku kembali ke tur konser dengan perasaan yang berantakan. Teman-temanku yang mengetahui kalau aku sedang dalam suasana hati yang buruk tidak berani banyak bicara. Mereka hanya diam dan enggan bertanya aku habis dari mana.
Kududukkan tubuhku di depan meja rias, dua orang penata rias langsung menghampiriku dan melakukan tugas mereka tanpa banyak bicara. Rambutku yang berantakan mulai ditata, wajahku yang lesu dan kusut mulai dirias. Setelah mereka selesai, Bang Ghali datang dan menyerahkan pakaian untuk konser malam ini aku langsung masuk ke bilik ganti untuk mengganti bajuku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulang (completed)
RomansaWiduri adalah seorang gadis malang yang ditinggalkan oleh mantan kekasihnya setelah sukses menjadi seorang bintang. Widuri telah mendukung dan menemani Daniel Andreas, sang mantan kekasih, di masa-masa sulitnya namun dia justru ditinggalkan begitu s...