22. Kecewa

1.7K 155 19
                                    

Hari ini adalah sidang yang menentukan lulus atau tidaknya aku di jenjang magister hukum. Rasanya aku begitu gugup hingga lututku gemetaran dan kedua tanganku saling meremas satu sama lain dengan resah. Mengintip empat orang penguji yang duduk di dalam aula bersama dengan para ahli hukum lainnya membuat aku ingin musnah dari dunia ini sekarang juga.

Aku menatap ke kanan dan ke kiri untuk mencari Vanno yang tidak kunjung datang kemudian aku memeriksa ponselku untuk mengirimkan satu pesan lagi kepadanya.

Kamu di mana? Sidangnya udah mau dimulai sebentar lagi

Send. Sent.

Hembusan nafas gusar keluar dari bibirku. Lima pesan sebelumnya bernasib sama, terkirim namun tidak terbalaskan. Ke mana Vanno sebenarnya? Apa dia sedang dalam perjalanan menuju kemari sehingga tidak dapat membalas pesanku? Omong kosong, pesan-pesan itu bahkan telah aku kirimkan sejak satu jam yang lalu.

"Kak Vanno belum ada kabar, Kak?" tanya Dita yang duduk di sampingku. Aku mengangguk lesu.

Para peserta sidang diminta untuk masuk ke dalam aula. Aku menitipkan ponselku kepada Dita dan gadis itu langsung memberikan pelukan kepadaku agar aku semangat melewati sidang ini, sidang yang pernah hadir di dalam mimpi burukku. Mengerikan!

Peserta demi peserta maju. Ada yang mengemukakan penelitiannya dengan bagus sehingga semangatku tumbuh lebih besar dan ada yang mengalami kendala di depan sana membuat nyaliku sedikit menciut. Namaku dipanggil dan respon pertamaku adalah tersentak kecil, aku membuat diriku tenang dengan menarik nafas dalam-dalam kemudian bangkit dari tempat dudukku.

Kukemukakan isi dari tesisku dengan jelas dan lugas. Penelitian mengenai dunia hukum yang kuperjuangkan mati-matian demi sidang ini tidaklah berakhir dengan sia-sia, aku menguasai materinya dengan baik dan dapat menjawab pertanyan-pertanyaan yang para penguji berikan dengan lancar.

Saat sidang berakhir aku langsung keluar dari aula lalu memekik senang sambil menyerbu Dita dengan pelukan, "Yeay, aku berhasil!!" Dita ikut memekik bersamaku. Beberapa orang yang lewat menatap kami dengan kebingungan, yah beginilah wanita jika sedang bahagia.

"Gimana Kak?" tanya Dita.

"Aku lulus dengan ipk nomor dua tertinggi" jawabku, Dita melongo tak percaya lalu kami memekik lagi. Setelah puas menjerit kegirangan Dita mengembalikan ponselku sambil berkata, "Tante ga bisa dateng, asam uratnya kambuh" aku mengangguk paham sambil mengambil kembali ponselku dari tangan Dita.

Aku mengecek pesan dan panggilan masuk dari Vanno namun tidak ada satu pun balasan dari pria itu. Ada apa dengannya? Dia sudah berjanji untuk datang ke sidang tesisku namun sekarang dia justru mengilang tanpa kabar seolah-olah ditelan oleh bumi.

"Mungkin Kak Vanno sibuk, Kak" ucap Dita yang mengerti akan kegundahanku. Aku hanya mengangguk kecil setuju dengan pendapatnya. Vanno memang sangat sibuk akhir-akhir ini, lima hari yang lalu Young Blood baru saja melakukan rekaman dan mereka langsung merencanakan pembuatan video clip untuk single terbaru. Mungkin saat ini Vanno sedang mengurus pembuatan video clip itu.

Apakah aku egois jika menginginkan dia hadir di hari yang penting bagiku saat ini? Bukan hanya dia yang membutuhkan dukunganku, aku juga membutuhkan dukungannya sebagai seorang kekasih.

Tapi ya sudahlah, sidang telah berlalu dengan baik dan aku bisa merayakan kelulusanku seorang diri.

"Kak Wid, aku balik dulu ya ada kelas nih" ucap Dita, pamit.

"Ya. Makasih udah datang, Dit!" kataku.

Dita mengangguk, "Yoi Kak, sekali lagi selamat ya!" Aku menyambut pelukan hangat Dita kemudian membiarkan gadis itu pergi menuju ke kelasnya.

Pulang (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang