Setelah puas bernyanyi bersama kami berbaring sambil menatap langit yang dipenuhi oleh taburan bintang. Vanno menceritakan tentang bandnya, Young Blood, yang terbentuk sejak mereka SMA. Aku kagum dengan Vanno dan teman-temannya, mereka berani mengambil keputusan untuk diri mereka sendiri meskipun beberapa dari mereka harus menentang orang tua demi mewujudkan keinginannya. Salah satunya adalah Vanno sendiri.
"Boleh jujur ga?" tanyaku.
Vanno tekekeh pelan, "Mau jujur kok pake izin" ucapnya.
"Tapi kamu janji ya jangan tersinggung" kataku. Vanno mengangguk dan aku kembali melanjutkan, "Suara kamu lebih bagus di soft rock, blues, atau sweet pop"
"Oh ya?"
Aku mengangguk, "Kamu kalau nyanyi rock kaya orang kesetanan" kataku.
Vanno tertawa, "Sebenarnya gue juga ga terlalu suka hard rock, gue lebih suka blues" ucapnya.
Oh?
Mendadak aku menjadi antusias, aku mengambil posisi tengkurap untuk menatap pria itu kemudian bertanya, "Terus kenapa kalian pilih genre rock?"
Dengan entengnya Vanno menjawab, "Biar keren" dan tawaku pun meledak. Vanno ikut tertawa bersamaku, mungkin dia juga menyadari betapa konyolnya jawabannya itu. Setelah tawa kami mereda aku semakin merapat ke arahnya lalu dengan berani aku meletakkan kepalaku di atas dadanya.
"Tidak peduli keren atau tidak tetaplah menjadi diri kamu sendiri, buat keren versi kamu dan jangan peduli dengan apa yang orang katakan" ucapku.
Vanno mengambil tanganku yang ada di atas perutnya lalu dia menggenggam jemariku sambil berkata, "Oke, ibu guru" aku tertawa geli.
"Gue ngantuk" ucap Vanno tiba-tiba.
Aku menyingkir dari atas tubuh Vanno ketika dia bergerak untuk mengambil selimut yang menganggur di sampingnya sejak tadi. Vanno menyelimuti tubuh kami lalu kembali menarik tubuhku masuk ke dalam pelukannya. Kehangatan yang lebih dapat aku rasakan, membawa aku terlelap dengan cepat padahal sebelumnya aku sama sekali tidak merasa kantuk. Ah, itu pasti karena pelukan Vanno.
***
Besok paginya kami berdua terbangun karena terusik oleh bunyi berisik bak pick up yang dipukul berulang kali. Aku dan Vanno sama-sama mengambil duduk lalu aku menangkap wajah sebal penjaga pantai yang mengizinkan kami masuk kemarin malam.
"Yaelah Van, gue pikir lo udah pergi dari subuh eh taunya masih di sini. Buruan pergi, ntar ketahuan loh abis mesum di sini!" omel penjaga pantai itu.
Sial, aku sangat malu.
Vanno mendengus, "Iya, iya, ini juga mau pergi cabut lo sana!"
Penjaga pantai itu pergi sambil tertawa geli karena puas dapat membuat Vanno kesal. Aku melirik jam tanganku yang sudah menunjukkan pukul 9 pagi, oh aku masih mengantuk beruntung ini hari minggu jadi aku bisa melanjutkan tidurku di rumah nanti.
"Yuk pulang" ucap Vanno. Aku mengangguk lalu bersama-sama kami membereskan dua selimut yang menjadi teman tidur kami.
Vanno melompat turun dari bak pick up setelah barang-barang sudah kembali masuk ke dalam ransel besarnya kemudian dia mengulurkan tangannya untuk membantuku turun. Aku tersenyum sambil menyambut uluran tangan Vanno. Ketika kakiku yang telanjang menginjak pasir pantai yang halus rasanya aku ingin bermain di pantai ini beberapa menit.
"Main air yuk!" ajakku kepada Vanno.
Spontan kedua alis tebal pria itu terangkat. Vanno tampak tidak yakin namun setelah ia menoleh ke kanan dan ke kiri ia langsung mengangguk setuju sambil berkata, "Jangan lama-lama ya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulang (completed)
RomanceWiduri adalah seorang gadis malang yang ditinggalkan oleh mantan kekasihnya setelah sukses menjadi seorang bintang. Widuri telah mendukung dan menemani Daniel Andreas, sang mantan kekasih, di masa-masa sulitnya namun dia justru ditinggalkan begitu s...