12. Debut

1.3K 139 11
                                    

Aku tertawa geli ketika Vanno menempelkan kertas brosur di luar gedung perkantoran. Pria itu sangat usil, dia menyuruhku untuk menunggu di mobil agar aku dapat berjaga-jaga jika ada seseorang yang memergoki ulahnya. Setelah tiga lembar kertas brosur sudah tertempel, Vanno menyempatkan diri melambaikan tangannya pada kamera CCTV dan aku semakin tergelak.

"Woi ngapain lo!" teriakan itu membuat Vanno berlari terbirit-birit menuju ke mobil. Seorang satpam mengejar Vanno sambil berteriak, beruntung dia berhasil masuk ke dalam mobilku sebelum tertangkap.

"Jalan buruan, cepet!" pekik Vanno. Aku menggeleng sambil tersenyum jahil dan Vanno langsung melotot ngeri, dia dapat menebak bahwa aku berniat untuk mengerjainya.

Vanno menaikkan kaca jendela mobil tapi aku kembali menurunkannya. Satpam itu berada semakin dekat dan Vanno kembali berteriak kepadaku, "Buruan Jalan!!" Aku tertawa dan menggeleng lagi.

Pria itu mengumpat pelan dan langsung melompat ke kursi belakang untuk bersembunyi, tepat saat dia sedang berpindah aku langsung menancap gas sehingga Vanno tersungkur di back seat. Mobilku melaju ketika satpam itu nyaris saja berhasil menangkap kami. Gelak tawaku tak henti-hentinya mereda melihat wajah cemberut Vamno di kursi belakang melalui spion.

"Kamu baik-baik aja?" tanyaku disela-sela tawaku.

"Baik-baik aja apanya, benjol nih!" gerutu Vanno sambil mengusap dahinya.

Vanno kembali duduk di sampingku lalu mengarahkan spion ke wajahnya. Aku dapat melihat benjolan kecil di dahi pria itu, uh sekarang aku merasa bersalah.

"Sorry...." kataku sambil meringis.

Vanno mendengus kesal tapi perlahan senyum terbit di wajahnya. Pria itu menggelitik perutku sambil berkata, "Lo usil banget, kalau ngerjain gue kira-kira kali!"

"Vanno! vanno! Stop, aku lagi nyetir!" pekikku sambil tertawa geli. Vanno pun berhenti menggelitiki perutku dan aku langsung mendesah lega.

Senang rasanya kami dapat kembali  seperti ini, bercanda dan saling menjahili satu sama lain. Hari-hariku terasa sepi dan sunyi selama beberapa hari terakhir karena Vanno yang menjauh dariku, oke itu menyebalkan untuk diingat.

"Jadi," aku menjilat bibirku yang mendadak mengering, "Kapan kita bisa pergi ke rumah orang tua kamu?"

Vanno mengulas senyum tipis, "setelah konser, gue janji" aku tersenyum senang lalu tanganku terulur untuk mengacak-acak rambut gondongnya tapi aku masih fokus menatap jalanan. Vanno berdecak sebal sambil menyingkirkan tanganku dari rambutnya dan merapikan kembali rambut gondrongnya yang berhasil kubuat acak-acakan.

"Ngomong-ngomong soal konser, semuanya udah beres 'kan?"tanya Vanno.

Aku mengangguk mantap, "Udah dong, arena, lighting, sound, dan bintangnya udah pada siap, kita hanya tinggal menunggu berapa banyak penonton yang siap untuk menyaksikan bintang baru!" seruku penuh semangat.

"Gue jadi ga sabar" sahut Vanno.

Aku tersenyum kecil, "Gimana peluncuran single pertama? Lancar?" tanyaku.

Vanno mengangguk, "Lancar, tinggal nunggu debutnya aja nih" kata Vanno.

Kedua alisku spontan terngkat, "Emang mereka nawarin Young Blood buat debut?" tanyaku.

"Ya, kalo suara malam masuk rating 50 besar lagu terfavorit tahun ini" jawab Vanno.

"Kamu serius?!" pekikku. Vanno mengangguk dengan wajah kebingungannya, mungkin dia heran  mengapa reaksiku terlalu berlebihan, aku mendadak seperti orang yang baru saja terkena serangan jantung. Biar kuberitahu, ini tidaklah main-main, jika lagu ciptaan Vanno yang berjudul suara malam berhasil masuk ke dalam daftar 50 lagu terpopuler tahun ini maka Young Blood akan melakukan debut di bawah naungan Berry Silalahi.

Pulang (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang