6. You Can Do It!

1.4K 154 17
                                    

Vanno menggenggam tanganku dan membawa aku masuk ke dalam rumah Reno. Di meja makan dua orang teman Vano, Reno dan Fikry, duduk bersama Bunda yang sedang sibuk menata makanan di meja makan.

"Eh, Widi udah sampe? Yuk gabung makan siang bareng kita" ucap Bunda dengan ramah.

Vanno menarik tanganku menuju ke meja makan. Sebelum aku duduk, aku membantu Bunda memindahkan piring berisi lauk yang ada di dapur ke meja makan.

"Duh jadi ga enak nih Bun, Widi dateng-dateng langsung makan" ucapku.

"Kamu sama Bunda kayak sama orang lain aja" gerutu Bunda. Aku tersenyum kecil, batinku bersyukur dapat mengenal orang-orang ini yang menganggap aku sebagai bagian dari keluarga mereka sementara aku hanyalah orang asing yang baru mereka kenal dalam beberapa hari.

Kami mulai makan saat Memet bergabung di meja makan. Bunda bertanya banyak tentang malam minggu yang aku lalui bersama Vanno di Pantai Timur dan tak jarang teman-teman Vanno yang usil menggoda kami, aku hanya dapat tersenyum malu dengan pipi yang bersemu.

Setelah makan kami mulai membahas tentang kompetisi yang akan diadakan bulan depan. Reno mengatakan bahwa dia sudah mendaftarkan Young Blood di kompetisi itu. Dan kami punya sedikit masalah dengan persyaratan lagu yang akan dibawa.

"Gue baru liat persyaratannya di brosur saat panitia bilang kalo setiap band harus bawa satu lagu yang di aransemen dan satu lagu ciptaan sendiri, gue pikir cuma lagu aransemen aja" ucap Reno.

"Kalian ga pernah bikin lagu sendiri?" tanyaku sambil menatap mereka satu per satu. Mereka semua menggeleng kecuali Vanno. Aku menunggu jawaban dari Vanno, pria itu tampak ragu hingga akhirnya aku mengulang kembali pertanyaanku, "Kamu ga pernah nyiptain lagu sendiri, Van?"

Aku menatap Vanno dengan curiga. Dilihat dari gelagatnya sepertinya Vanno punya lagu ciptaannya sendiri namun pria itu ragu untuk mengakuinya. Aku menghembuskan nafasku dengan pelan lalu menyentuh lengan Vanno, "Van?"

"Ah gue baru inget!" pekik Memet tiba-tiba. Kami semua menatap pria berambut keriting itu dengan penasaran, "Gue pernah ngeliat catatan lirik lagu di dalem lemari Vanno" lanjut Memet. Aku menatap Vanno yang sedang melemparkan tatapan penuh ancaman kepada Memet.

"Bener, Van? Bagus dong kita ga perlu susah payah bikin lagu lagi kalau gitu, apalagi waktunya udah mepet" ucap Fikry. Aku mengangguk setuju, mereka memang tidak punya banyak waktu untuk menciptakan lagu baru. Tapi kelihatamnya Vanno tidak setuju jika band ini membawakan lagu ciptaannya.

"lagu gue payah, gue cuma iseng bikinnya. Kita bikin yang baru aja bareng-bareng" ucap Vanno.

"Bikin lagu baru ga semudah itu Van, lagian apa salahnya kita pake lagu lo?" tanya Reno. Vanno tetap menggeleng tanpa memberikan jawaban. Reno melemparkan tatapan memelas kepadaku sebagai isyarat agar aku membujuk Vanno yang keras kepala tapi aku tidak terlalu yakin kali ini, sepertinya Vanno memang tidak ingin Young Blood menggunakan lagunya.

"Van...." panggilku dengan lembut, Vanno menoleh menatapku, "Aku boleh liat ga lagu kamu?"

Kedua alis Vanno yang tebal itu terangkat dan kedua bola matanya menatap aku dengan tidak yakin, "Please...." bujukku untuk yang terakhir kalinya.

Vanno menghembuskan nafasnya dengan berat lalu mengambil tanganku dan membawa aku pergi dari perkumpulan sambil berkata, "Ikut gue!" Duh, sepertinya aku berada di dalam masalah.

Vanno membawa aku menuju ke atas. Pria itu menggenggam tanganku dengan erat dan aku mulai sedikit takut, "Van, kalau kamu gamau juga gapapa" kataku.

Vanno mengabaikanku. Dia membawa aku masuk ke dalam kamarnya lalu menutup pintu rapat-rapat. Aku terkesiap ketika Vanno menarik aku menuju ke ranjang lalu memerintahkan aku untuk duduk, meskipun aku takut aku tetap duduk.

Pulang (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang