7. Cemburu

1.5K 162 3
                                    

Hari demi hari berlalu dan Young Blood sudah lebih dari siap untuk kompetisi itu. Kekompakan mereka menutupi kekurangan yang ada, seperti yang pernah aku katakan sebelumnya mereka bertalenta dan menjadi keren dengan kemampuan yang mereka punya.

Bukan hanya Vanno dan Bandnya yang mengalami kemajuan, melainkan hubungan kami juga. Hari hari yang kami lalui bersama diisi dengan latihan dan canda tawa cukup untuk membuat kami menjadi semakin dekat. Aku suka kepribadian Vanno yang apa adanya, anti mainstraim, dan menyebalkan. Huum, menurutku Vanno yang menyebalkan cukup seksi.

Tanpa aku sadari pria berambut gondrong dan tatoan yang jauh dari tipeku ini justru berhasil menendang Daniel Andreas keluar dari hatiku dan mulai mengisi sedikit demi sedikit tempat yang dulu pernah Daniel singgahi. Aku tidak berbohong, aku jatuh ke dalam pesonanya meskipun terkadang Vanno menjadi agak menyeramkan seperti sekarang. Saat ini, Vanno membentak teman-temannya yang menurutnya tidak becus ketika latihan, omelan Vanno semakin menjadi-jadi ketika Memet mengatainya emak-emak rumpi dan itu membuat kami semua tergelak. Tawaku terhenti saat Vanno merajuk dan meninggalkan ruang latihan begitu saja dengan wajah sebalnya. Aku bangkit dari sofa sambil menatap  teman-teman Vanno dan menumpahkan kesalahan kepada mereka, "Kalian sih!"

"pacar lo noh ngomel mulu, kayak ibu-ibu komplek" ledek Reno.

Kedua bola mataku membesar, "Reno!" pekikku. Beruntung Vanno tidak ada di sini, jika ada aku pasti akan malu setengah mati karena Reno yang menyebut Vanno sebagai pacarku.

Memet meletakkan stik drumnya lalu berkata, "Susul gih, ntar tau-tau dia minum racun tikus"

Aku berdecak sebal dan mengabaikan Memet yang menjadi kurang ajar. Aku keluar dari ruang latihan lalu mencari Vanno yang kemungkinan besar berada di kamarnya, tapi ketika aku sampai di kamarnya dia tidak ada di sana, kamar itu kosong.

Aku memutuskan untuk turun ke bawah dan mencari Vanno di dapur, lega rasanya dapat menemukan dia di sana sambil menegak air dingin langsung dari botolnya. Aku menghampiri Vanno lalu membawa diriku duduk di meja dapur sambil menatap pria itu. Dia minum dengan terburu-buru seolah-olah ingin meredakan amarahnya dengan air es itu. Aku menahan kekehan geli yang siap keluar dari bibirku saat Vanno selesai minum dan kembali meletakkan botol air es ke dalam kulkas.

"Kamu oke?" tanyaku.

Vanno menghampiriku sambil mengeluarkan sebatang rokok dari dalam kotaknya.

"Lo udah puas ngetawain gue?" duh, ada apa sih dengan pria ini!

Aku menarik Vanno untuk berdiri di hadapanku sambil terus memegang lengannya aku bertanya, "Kamu kenapa sih mood kamu kelihatannya jelek banget hari ini" Vanno meletakkan sebatang rokok di bibirnya tanpa mau menjawab pertanyaanku. Aku mendengus sebal lalu merebut rokok itu sebelum Vanno dapat menyalakannya.

"Van, jangan kayak anak kecil dong!" cetusku.

Vanno menghembuskan nafasnya dengan lelah kemudian memelukku dan meletakkan dahinya di bahuku, "I'm so fucking nervous!" erangnya.

Oh.

Aku tersenyum geli dan mulai mengelilingi tubuh besar itu dengan lenganku. Aku pikir Vanno nyaman berada di dalam pelukanku karena pria itu membiarkan aku mengusap punggungnya hingga menit demi menit berlalu.

"Gimana kalau Young Blood ga menang, kita pasti cuma buang-buang waktu" ucap Vanno.

Aku mendesah pelan, "Kenapa kamu berpikir seperti itu?"

Vanno keluar dari pelukanku dan menatapku dengan matanya yang sayu, "pasti banyak Band yang lebih bagus dari pada kami"

Aku menggeleng lalu merangkum wajah lesu Vanno yang tampak menyedihkan, "Kalian hebat, kalian telah berusaha semaksimal mungkin dan itulah yang terpenting. Menang atau kalah urusan belakangan" kataku.

Pulang (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang