Konser menjadi semakin riuh saat aku membuka kausku dan melemparkannya kepada para penonton. Mereka berebutan di bawah panggung sementara aku terus bernyanyi.
Pukulan drum yang terdengar semakin keras membuat jantungku ikut berpacu lebih cepat semakin cepat dan tak terkendali, efek obat-obatan mulai aku rasakan dan kesenangan mulai tumbuh secara berlebihan. Aku berlari, melompat, berteriak, dan menguasai panggung dengan semangat yang membakar penonton.
Penonton semakin riuh dan bergerak brutal di bawah panggung, aku yang melihat kebrutalan mereka malah semakin bersemangat. Tiba-tiba imajinasi mulai terbangun di kepalaku, aku melihat sosok diriku yang dulu, berdiri menyaksikan konser bersama teman-temanku. Kami melompat, berteriak, dan ikut bernyanyi di antara desakan dan riuhnya penonton yang saling mendorong. Di sana aku menarik Reno lalu membisikkan sesuatu di telinganya 'Kita berhasil, kita tidak akan diremehkan lagi!' Reno tertawa geli sambil merangkul bahuku dan kami kembali melompat menikmati konser yang sedang berlangsung.
Byur!!
Siraman air membuat imajinasiku buyar. Seorang penggemar menyiramkan air dari dalam botolnya ke atas panggung dan air itu tepat mengenai tubuh bagian atasku yang telanjang.
"Brengsek!" umpatku. Kesenangan berubah menjadi amarah. Aku melemparkan tatapan tajam kepada seorang pria yang menyiramku dengan air, kuambil gitarku lalu kulemparkan gitar itu ke wajahnya dengan keras sambil memaki, "Pake otak lo bangsat!!"
Suasana menjadi riuh, bukan riuh yang bagus seperti sebelumnya tapi riuh yang berbahaya. Penonton terkejut menyaksikan sifatku yang tempramental sementara orang yang kulempar dengan gitar mendapatkan luka di pelipis kanannya akibat goresan senar.
Teman-temanku berhenti bermain, dua orang tim keamanan menarikku secara paksa ke belakang panggung sebelum penonton menyerangku. Teman-temanku yang lain ikut meninggalkan panggung, konser dibubarkan begitu saja di tengah jalan sebelum hal yang tidak diinginkan terjadi.
Sesampainya di belakang panggung asistenku menyerahkan handuk kecil yang kugunakan untuk mengelap tubuhku yang tersiram air. Dapat aku lihat Bang Ghali dan juga teman-temanku yang lain berlari menghampiriku dengan wajah kebingungan mereka.
"Lo kenapa, Van?" tanya Memet.
Aku kacau.
Aku mengabaikan pertanyaan itu dan berjalan menghampiri Reno sambil berkata, "Gue butuh barang"
Wajah Reno menjadi pucat. Aku yang tak sabaran langsung menggeleda tubuh Reno namun Reno malah menepis tanganku dan mendorongku, "Apa-apaan sih, gila lo?!" semburnya.
"Anjing, gue butuh obat!" bentakku.
Bang Ghali, teman-temanku, dan para tim menjadi pucat mengetahui penyebab kekacauanku. Bang Ghali maju lalu mencengkeram kedua bahuku, "Vanno! Vanno!" panggilnya, mataku lari menatapnya, "Sejak kapan kamu pakai narkoba?!"
Aku mendengus dan langsung mendorong Bang Ghali, "Bukan urusan lo!" cetusku.
Aku kembali menyerang Reno, kucengkeram erat kerah kemejanya kemudian berteriak, "Mana jatah gue!"
Sebelum Reno sempat menjawab Memet dan Fikry lebih dulu menarik aku untuk mundur. Aku frutrasi, tubuhku mulai menjadi panas dingin, aku membutuhkan obat itu sekarang juga, "Lepas! Bangsat! Gue butuh obat!" rancauku.
Nafasku kian terasa sesak, aku mulai gemetaran karena menggigil. Orang-orang menjadi panik, Memet dan Fikry semakin memegang tubuhku yang terus memberontak dengan erat. Bang Ghali kembali maju, dia menepuk pipiku beberapa kali sambil menyebut-nyebut namaku agar aku sadar, "Van! Vanno! Hei!"
Aku mengabaikannya dan terus merancau, aku butuh obat! aku butuh obat!
"Bawa dia ke mobil" ucap Bang Ghali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulang (completed)
DragosteWiduri adalah seorang gadis malang yang ditinggalkan oleh mantan kekasihnya setelah sukses menjadi seorang bintang. Widuri telah mendukung dan menemani Daniel Andreas, sang mantan kekasih, di masa-masa sulitnya namun dia justru ditinggalkan begitu s...