15. Yang Pertama

1.8K 167 8
                                    

Aku tertawa geli ketika Vanno melompat ke ranjang kemudian menyerangku dengan pelukan, pria itu mengecupi seluruh wajahku membuat aku tertawa kegelian sambil mendorongnya untuk menjauh.

"Sanaan ah!" pekikku. Vanno akhirnya menyingkir. Pria itu melirik jam dinding kemudian merebut laptop yang ada di pangkuanku, "Lo ngerjain tugas mulu, cupu!" ucapnya.

"Vanno kembaliin laptop aku, aku ada deadline!"

Vanno mengembalikan laptopku sambil mendengus, "Ngapain ngajak gue nginep di rumah lo kalo ada deadline" gerutunya.

Aku meringis, "Sorry....aku lupa, 5 menit lagi beres, tunggu oke?" bVanno pun mengangguk pasrah kemudian membaringkan tubuhnya tepat di sampingku. Aku tersenyum melihat wajah kelelahannya itu, dengan sendirinya tanganku yang menganggur terulur untuk mengusap rambutnya.

"Nonton yuk!" ajaknya. Kedua alisku terangkat naik, ini pertama kalinya Vanno mengajakku nonton.

"Tumben" kataku dengan geli.

Vanno mengambil posisi tengkurap lalu menempelkan pipinya di lenganku dan menatap ke arah layar laptop, "Sekali-sekali kita ngedate kayak pasangan yang lain"

Aku tertawa geli, "memangnya kita pasangan?" gurauku.

Vanno langsung melemparkan tatapan sebalnya kepadaku, "Jangan bilang lo selama ini cuma nganggep gue sebagai temen!" cetusnya.

Aku langsung tergelak, "Ya ampun kamu lagi datang bulan ya? Galak banget!" balasku.

"Serius Widuri, lo cuma nganggep gue temen selama ini?" tanyanya lagi. Aku mengangkat kedua bahuku secara bersamaan. Bodoh jika aku menganggapnya hanya sebagai teman sementara dia sudah menciumku berulang kali dan selalu ada untukku selama ini. Tapi aku tidak memberikan jawaban yang sebenarnya kepada Vanno, aku masih ingin mengerjai pria rewel ini dia harus menanggung keisenganku kali ini.

"Ya iyalah, kamu juga ga pernah nembak aku" kataku.

Vanno langsung terbelalak, "Lo mau gue gimana? Lo mau gue kumpulin semua temen-temen terus bilang kalo gue suka sama lo di depan mereka, norak banget tau ga" cibirnya.

Aku berusaha keras menahan tawaku dan terus memasang wajah serius, "Setidaknya kamu tanya aku mau ga jadi pacar kamu" sahutku.

Vanno mendengus, "Lo bilang lo juga cinta sama gue, itu artinya lo mau jadi pacar gue"

Sepertinya aku yang menjadi kesal di sini, "Dasar cowok ga peka!" cetusku. Vanno tertawa geli dan menyerang pipiku dengan kecupannya yang bertubi-tubi.

"Buruan kelarin tugas lo, ntar bioskopnya keburu tutup" ucap Vanno. Aku bergumam sebagai artian 'ya' kepadanya.

Vanno membiarkan aku menyelesaikan deadlineku dengan tenang, pria itu masih berbaring di sampingku sambil memainkan game di ponselnya. Ketika aku sudah selesai kami langsung bersiap-siap untuk pergi ke bioskop. Sebenarnya aku tidak terlalu ingin pergi ke bioskop mengingat Vanno cukup kelelahan setelah mengunjungi rumah orang tuanya dari siang hingga sore.

Aku keluar dari rumah dan menemukan Vanno di halaman sedang berbincang bersama Dita, pipi Dita tampak merona uh pasti Vanno menggodanya!

"Hai" tanpa rasa berdosa aku menyela obrolan mereka.

"Kak Widi kok ga bilang-bilang sih punya pacar artis!" pekik Dita.

Uh?

Aku menatap Dita dan Vanno secara bergantian, "Kamu tahu Vanno artis dari siapa?"

"Youtube" sahut Dita, "Kak Vanno juga ngundang aku ke konser debutnya, ahh seneng banget dapet tiket gratis!!" gadis itu memekik kesenangan layaknya anak kecil yang mendapat uang jajan tambahan. Aku melirik tampang tak berdosa Vanno yang mengundang teman serumahku ke konsernya tanpa izin kepadaku terlebih dahulu.

Pulang (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang