Kaisar dan Permaisuri sedang menikmati pemandangan sore nan indah di pinggir sungai. Beralaskan rumput hijau dengan pohon Sakura yang rindang sebagai payung mereka.
Sudah 3 hari sejak pernikahan mereka berlangsung, pengantin baru itu masih menikmati waktu luang mereka dengan bermesraan di luar istana.
Sasuke berbaring di pangkuan Sakura. Ia memejamkan mata menikmati semilir angin musim semi yang berhembus, menerbangkan beberapa kelopak bunga yang hanya bermekaran pada musim tersebut.
Sementara sang Permasuri duduk bersandar di batang pohon sakura sambil menikmati pemandangan di sekitarnya. Tangannya dengan lembut membelai rambut raven suaminya yang tergerai panjang. Sesekali senyuman terukir di wajahnya saat Kaisar bergerak mencium perutnya penuh kasih sayang.
"Aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya." ucap Sasuke seraya mengelus perut Sakura.
Sakura terkekeh, "Masih cukup lama Yang Mulia, bersabarlah.."
"Aku penasaran apakah dia akan sepertimu atau sepertiku." ucap Sasuke dengan senyuman yang terus menghias di wajahnya.
Sakura terdiam sesaat, kemudian ia menunduk menatap Kaisar. "Yang Mulia.."
"Ya, sayang.."
"Aku ingin tau, seperti apakah ayah dan ibu Yang Mulia?" Sakura bertanya.
Mendengar pertanyaan itu, Sasuke pun mendongak menatap langit. Melihat hamparan awan yang beriringan menyembunyikan sinar matahari sore.
"Ibuku adalah wanita yang sangat lembut dan penyayang. Hanya itu yang aku ingat, beliau meninggal saat aku berusia 12 tahun. Ia mengorbankan nyawanya untuk melindungi ayahku.."
Sakura masih mendengarkan sambil terus membelai rambut Kaisar dengan jemari lentiknya.
"Lalu ayahku, beliau adalah panutanku. Seorang pemimpin yang sangat adil dan bijaksana. Kesetiaannya pada ibuku patut dihormati. Beliau tak pernah menggantikan posisi ibuku dihatinya sampai akhir hayatnya.."
Sakura pun mengangguk perlahan. Ia mengerti sekarang, setelah mengenal Sasuke, ia kini bisa memahami bahwa pria itu memiliki sifat yang diturunkan dari kedua orang tuanya. Ia mewarisi kelembutan dari ibundanya, dan kesetiaan dari ayahnya. Serta keberanian dan kebijaksanaan dari keduanya.
"Yang Mulia Fugaku memang terkenal dengan kesetiaannya terhadap Permaisuri.." jawab Sakura.
"Itulah yang membuatku mengaguminya, aku pun ingin bisa sepertinya. Aku ingin hanya setia padamu seumur hidupku.." ucap Sasuke.
Wajah Sakura memperlihatkan rona bahagia ketika mendengar ungkapan sang Kaisar.
"Aku juga ingin seperti Yang Mulia Mikoto. Menjadi wanita pemberani yang rela mengorbankan nyawanya untuk Kaisar."
Sasuke langsung mendongak ke arahnya, terlihat tidak setuju dengan ucapan Sakura. "Tidak. Kau tidak boleh seperti itu. Aku bisa gila jika kehilanganmu. Jangan pernah katakan itu lagi."
Sakura terdiam menatap Sasuke, ia tak menjawab ucapan Kaisar.
Sasuke pun bangkit, ia kini duduk sejajar dengan Sakura dan menatap istrinya. Tangannya menangkup wajah Sakura dengan sorot mata sendu
"Aku ingin kita hidup bahagia sampai kita tua nanti. Jadi jangan katakan kau ingin seperti ibuku. Jangan Sakura.."
Sakura mengerti, ia pun mengangguk dan tersenyum pada Sasuke. "Aku mengerti, Yang Mulia."
Dan kemudian Sasuke mencium bibir Sakura, gerakan bibirnya cukup mendominasi ciuman mereka. Tangannya pun menahan tengkuk Sakura agar tak melepas ciumannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tale of The Emperor
FantasyKisah tentang Kaisar muda tampan bernama Uchiha Sasuke yang jatuh cinta pada seorang gadis cantik, Haruno Sakura. Sasuke sangat menginginkan Sakura menjadi selirnya, dan meminta gadis itu untuk menjalankan kewajibannya melayani Kaisar meskipun mere...