©perempuansayang
Jaemin berlari kecil menghampiri Heejin yang terduduk tak jauh dari bioskop usai memesan tiket dari film yang akan mereka tonton berdua.
Sebelum pergi mengantri tiket tadi, mereka berdua menyempatkan diri mengelilingi kawasan bioskop untuk memeriksa poster Avatar endgame, ingin membuktikan bahwa Heejin benar, film seperti itu tak ada.
Shuhua berbohong. Dan Jaemin memberi alasan bodoh.
Sebenarnya tidak perlu sampai melakukan hal itu karena Jaemin sendiri tahu kalau Shuhua menyebut nama sembarangan saja kala itu agar diberi sebagai alasan pada Renjun.
Hanya saja, ia senang sekali melihat Heejin merajuk karena dirinya memang benar.
Tak ada Avatar endgame. Karena itulah Heejin tidak ikut mengantri tiket.
Heejin bilang, kakinya terasa kelelahan setelah berkeliling mencari poster film tersebut di dalam bioskop. Jadi Jaemin dengan penuh kasih meminta ia agar duduk saja menunggu di luar kawasan bioskop.
Bahkan menyempatkan diri untuk membelikan Heejin minuman rasa cokelat di kedai kecil yang berada tak jauh dari tempat mereka akan menunggu.
“Udah?” tanya Heejin.
Jaemin mengangguk. Sekarang beralih menatap Heejin dengan kagum.
Meski hanya memakai kaos putih dan celana jeans hitam, kecantikan Heejin tetap tak ada duanya. Sejak tadi sudah sempat berkeliling di dalam Pusat perbelanjaan ini, dan hasilnya nihil, bagi Jaemin yang paling cantik masih Jeon Heejin saja.
Heejin menerima tiket nonton pemberian Na Jaemin.
“Zombie yah?”
Jaemin mengangguk.
“Kamu gak takut?”
Jaemin menggeleng, “Kalau nontonnya ditemenin bidadari mana bisa takut,”
Heejin memukul kecil lengan Jaemin.
Wajahnya jadi kesal.
Jaemin hanya terkekeh sebelum kemudian ikut duduk di sampingnya.
“Nanti kita coba yang strawberry ya,” ujar Heejin.
Jaemin menggeleng, “Gak mau, aku gak suka strawberry Heejin,”
Heejin menatap Jaemin bingung.
“Loh.. kenapa?”
“Kok gak suka rasa strawberry?” tanya Heejin lagi, nampak bingung, memang benar ada orang di muka bumi ini yang tidak suka rasa identik dengan warna merah jambu itu?
“Kan sukanya sama Heejin,” jawab Jaemin sambil tersenyum manis.
“Nanaaaa,” rengek Heejin sebal.
Jaemin tertawa kecil. Pemuda itu mengusak gemas rambut Heejin.
Keduanya kembali diam.
Film yang akan mereka tonton masih butuh tiga puluh menit lagi untuk ditunggu.
Jaemin jadi bosan.
“Kamu gak laper?”
Heejin beralih dari layar ponselnya kemudian menggeleng.
“Udah minum ini,”
“Isinya banyak, jadi gak laper..”
Jaemin mengangguk paham.
Sedang Heejin tiba-tiba menutup matanya. Ia bahkan sampai hampir menjatuhkan gelas minuman yang dibelikan oleh Jaemin jika pemuda itu tidak segera menahan tubuhnya.