©perempuansayang
Di luar masih turun hujan, sudah beberapa saat sejak rinai air dari langit itu turun membasahi kawasan Pusat kota yang tidak pernah berhenti dari kegiatan sibuknya.
Suhu sekitar berubah menjadi lebih dingin, tapi tetap terasa nyaman.
Dan itu turut berlaku kepada sosok gadis dengan surai pendek dan tubuh terbalut seragam pasien Rumah sakit yang masih duduk di atas ranjang rawat, memperhatikan bagaimana hujan turun dengan cukup deras di luar melalui jendela besar dari ruangan bernuansa putih tempat ia menghabiskan banyak sekali waktu seminggu terakhir.
Pintu ruangan terbuka, membuat Jeon Heejin - gadis itu beralih perhatian dari sang hujan di luar untuk melihat siapa sosok yang baru saja membuka pintu di sana.
"Wah udah bangun!" suara yang nampak senang mengalun lembut membelai telinga Heejin di tengah pagi yang sedang hujan ini.
Itu Na Jaemin.. pemuda yang selama ini memang tidak pernah absen melakukan kunjungan ke Rumah sakit. Ia kembali datang berbalut seragam sekolah dan luaran mantel hitam cukup tebal.
"Nana.. Bundaku mana?" tanya Heejin.
Jaemin yang sedang membuka mantel sejenak beralih menatap Heejin, gadis itu baru saja buka suara. Meski begitu pelan, namun tetap bisa terdengar oleh telinganya.
"Bunda lagi sarapan di bawah sayang,"
"Tadi keluar karena kamu lagi tidur katanya," jawab Jaemin sambil melangkah mendekat.
Heejin mengangguk paham.
"Nana," panggil Heejin lagi ketika Na Jaemin sudah berada begitu dekat dengan dirinya.
"Iya sayangku?" sahut Jaemin.
Heejin kemudian menunjuk ke arah jendela besar ruang rawatnya.
"Boleh bantu ke sana?"
Mendengar pinta Heejin, Jaemin tertawa kecil, ia tidak lagi memberi balas apapun selain langsung bergerak membantu gadisnya tersebut untuk turun dari ranjang rawat.
Membiarkan kaki telanjang Heejin kembali menyentuh lantai setelah sekian lama.
"Dingin?"
"Aku ambilin alas dulu ya?"
Heejin menggeleng membalas ucapan Jaemin barusan, "Gakpapa," ujarnya.
Jaemin nampak paham, ia beralih menarik kecil tiang infus milik Heejin agar gadisnya tersebut dapat lanjut melangkah mendekati jendela besar ruang rawatnya.
Kedua darah muda itu melangkah bersama dengan Jaemin yang menarik serta tiang infus milik Heejin untuk ikut bergerak sepanjang langkah gadisnya.
Kemudian Jaemin bergerak menggeser pelan salah satu kaca jendela besar di depan mereka.
Heejin tersenyum senang, nampak kagum kala dapat melihat jelas sang hujan yang turun di luar.
Melihat pemandangan gadisnya bisa tersenyum, Jaemin tidak bisa tahan untuk tidak turut melakukan hal itu.
"Kamu jangan mikir main air yah, dingin loh.." celetuk Jaemin tiba-tiba.