©perempuansayang
Heejin dan Jaemin sore ini kembali berjalan beriringan di dalam sebuah kawasan taman wahana bermain yang merupakan proyek kerja milik Bunda Shuhua di Pusat kota. Mereka berdua pagi tadi turut mendapat undangan dari Shuhua, lengkap dengan para sahabat lainnya — semuanya diperbolehkan bersenang-senang lebih dulu dalam kawasan taman wahana bermain ini sebelum pembukaan resminya besok.
Dan proyek pekerjaan milik Bunda Shuhua yang memakan waktu dua setengah tahun pengerjaan ini benar-benar luar biasa.
Ada banyak sekali wahana bermain untuk dicoba di dalamnya, terlebih karena permintaan Shuhua — semua stan jajanan turut sedia di sana untuk menambah level kesenangan kunjungan mereka semua. Rasanya benar-benar seperti sedang mengunjungi taman bermain, bedanya hanya ada mereka berdua beserta beberapa sahabat lain di sana.
Sampai beberapa saat tadi, para darah muda yang datang sebagai rombongan tamu undangan Yeh Shuhua sudah memisah untuk menikmati wahana berbeda sesuai keinginan masing-masing.
Demikian pula yang dilakukan oleh Jaemin dan Heejin. Keduanya sudah turut mengambil langkah berbeda, berkeliling sambil terus menautkan jemari mereka.
“Cantik?” panggil Jaemin.
Heejin yang sejak tadi terus berada di sampingnya lantas mendonggak, balas menatap Jaemin yang memang selalu terlihat lebih tinggi dari arah pandang tubuhnya.
“Kamu gak capek?”
“Duduk dulu ya?”
Jaemin melanjutkan, barulah meminta sesuatu kepada Heejin setelah sejak tadi hanya menerima ajakan gadis cantiknya tersebut untuk menaiki berbagai wahana permainan. Diam-diam merasa khawatir akan kondisi Heejin yang menikmati banyak sekali waktu menyenangkan pada sore hingga menjelang malam ini.
Gadisnya itu sangat bersemangat menarik dirinya ke sana kemari sejak tadi.
Mendengar itu Heejin tersenyum, segera mengangguk mengiyakan. Pasrah saja ketika Jaemin menuntun dirinya untuk ikut duduk pada sebuah kursi taman bermain yang terletak tak jauh dari posisi berhenti melangkah terakhir kali.
Kini hari sudah menjelang malam, semua lampu di taman bermain milik Bunda Shuhua ini sudah dinyalakan sehingga menambah kesan cantik bagi kawasan super duper luasnya.
Heejin merasa semakin senang, ia selalu suka taman wahana bermain.
Sementara si gadis Jeon tersebut sibuk mengedarkan pandang ke sekitar kursi duduknya, Jaemin beralih membuka ransel merah jambu berukuran sedang yang sejak tadi menjadi beban pada punggung lebarnya. Mengambil sebuah botol minum kecil berwarna senada dari sana.
Itu tas milik Jaemin, namun sebagian besar isinya merupakan barang untuk Heejin.
Sebelum benar-benar memasuki taman wahana bermain tadi, Heejin sudah berulang kali meminta agar ransel itu ditinggalkan saja di tempat penitipan barang karena tidak ingin tubuh pacarnya— Jaemin terasa pegal setelah harus membawa ikut tas berisi bawaan miliknya tersebut kemanapun mereka pergi, namun sebagaimana biasa Jaemin akan menolak keras.
Jaemin tetap membawa serta ransel itu sepanjang langkah mereka. Heejin mula ingin merengek marah, tapi Jaemin pula entah mengapa malah terlihat manis dengan ransel merah jambu yang baru Heejin ketahui juga kepemilikannya sore tadi.