©perempuansayang
Ternyata sama sekali belum berhenti, Shuhua yang izin ke toilet ketika sedang menjalankan tugas sebagai asisten dari anggota club basket satu waktu kembali menerima tindak perundungan oleh sekelompok gadis yang ternyata diam-diam masih mengawasi dirinya guna mencari kesempatan.
Belakangan sosok pemuda yang menjadi alasan tindakan buruk ini menimpa diri Shuhua terus berada di sekitarnya, dan hari itu Renjun harus menerima fakta bahwa dia beserta teman-temannya yang lain kembali kecolongan oleh sekelompok gadis gila di sekolah mereka.
Di dalam toilet siswi dimana para gadis jahat menunggu, Shuhua kemudian kembali dipukuli habis-habisan.
Rambut hitam panjangnya tidak henti dijambak, seragam yang baru saja ia beli beberapa hari sebelumnya lantas kembali menjadi bulan-bulanan, para gadis itu merusak pakaian Shuhua hingga bentuknya sudah tidak jelas lagi.
Lalu sebagai sentuhan terakhir, tentu saja mereka memotret Shuhua yang sudah begitu berantakan dengan tubuh yang nyaris terlihat semua sisinya, hal ini dilakukan sebagai bentuk ancaman jika gadis itu sampai berani mencoba mengadukan mereka lagi kepada guru.
Foto Shuhua akan disebar ke laman internet agar jadi buah bibir para lelaki bejat di luar sana. Membuat tekanan yang jauh lebih besar lagi kepada sosok gadis cantik bersurai panjang yang tak lagi mampu melakukan perlawanan apapun atas tindakan mereka.
Shuhua ketakutan.. dia lemah sekali.
Tidak ingin Renjun tahu jika dia sudah diperlakukan serendah ini oleh para perundung itu.
“Mana nih pelindung lo yang sok jagoan itu Shuhua?”
“Jeon Heejin.. mana dia? Kita juga mau bikin perhitungan sama dia!”
Shuhua menutup mata kala rambutnya kembali terjambak, sakit begitu saja menjalar pada kepalanya.
Ia begitu berduka dalam hati, mengapa gerangan dirinya ini masih tidak cukup untuk dijadikan sasaran ketidakstabilan emosi mereka karena tak mampu menggapai Renjun?
Mengapa mereka terus mendatangi orang lain di sisi Shuhua..
Shuhua berteriak kecil kala tubuhnya kembali ditendang dari arah belakang, membuat ia tersungkur menemui lantai toilet siswi ke arah depan.
Itu sudah sangat sakit sampai Shuhua memuntahkan sedikit darah, ditambah lagi pergelangannya diinjak oleh salah seorang gadis jahat lainnya yang dengan tanpa hati melakukan itu sambil tertawa remeh.
Shuhua kembali menangis, tubuhnya bergetar hebat menahan sakit yang begitu teramat.
Selain tidak punya keberanian lagi, ia juga tidak punya kekuatan untuk melawan mereka.
Shuhua sudah sampai pada titik dimana ia benar-benar menginginkan kematian miliknya sendiri untuk segera datang.
Kehidupannya terasa sudah tidak lagi berguna.
Hari itu samar-samar telinga Shuhua yang sudah nyaris hilang kesadaran mendengar pintu toilet siswi dibuka dengan terburu-buru. Menandakan bahwa ada seseorang yang tidak tahu perihal keadaan mengerikan di dalam sini akan segera masuk.
Shuhua sangat berharap itu Renjun atau seorang teman baik yang dapat membawa dirinya pergi dari tempat mengerikan ini.. namun kemudian ia sadar bahwa bukan, itu bukan sosok yang diharapkan oleh hatinya.
Ketika pekikan terkejut terdengar, Shuhua hanya berharap agar sosok yang baru datang itu segera pergi saja.
“SHUHUA!”