Rumah keluarga si manis

893 163 12
                                    

©perempuansayang


        Heejin sedang duduk di kursi teras rumahnya sore ini, sudah begitu cantik dengan riasan tipis dan tubuh ramping terbalut dress selutut berwarna putih gading.

Namun sayang sekali meski sudah secantik itu, dibanding terlihat cerah untuk semakin luar biasa dengan penampilannya — Heejin, gadis itu malah terlihat murung sekali bagai ditutupi awan mendung dari negara kutub.

Kecantikannya jadi tidak terpancar jelas, dan itu karena Heejin mulai gusar menunggu kedatangan seseorang yang sampai detik terakhir tadi belum juga memunculkan diri di depan pagar rumah Heejin sebagaimana biasa.

Heejin menghela nafas, kembali mengecek ponselnya.

Tak ada, bahkan satupun kabar dari orang yang sedang ia tunggu sejak tadi saja tidak ada.

Sebenarnya kemana pergi Na Jaemin, atau sedang apakah pemuda itu sampai tega tidak memberi kabar apapun pada Heejin.

Iya benar, tentu saja pemuda itu yang ditunggu Heejin. Jaemin sudah berjanji akan datang mengunjungi dirinya.

Tapi sampai sekarang belum muncul juga, sedang hari sudah hampir malam dan sekolah pasti sudah berakhir sejak satu jam yang lalu.

Jaemin menghilang entah kemana tanpa memberi dia kabar.

Heejin merasa sedih sekali, “Kamu lupa apa gimana si Nana..” lirih Heejin masih dengan wajah murung sambil menatap layar ponselnya yang punya foto dari Na Jaemin sang kekasih sebagai wallpaper kunci.

Padahal Heejin sudah bersiap-siap sejak tadi untuk menyambut Jaemin.

Heejin sangat merindukan Jaemin, sangat. Tapi pemuda itu malah hilang kabar, dihubungipun tidak tersambung sama sekali.

Apa Jaemin benar lupa?

Tapi jikalau memang lupa, Jaemin pasti tetap akan mengirim pesan kepada Heejin sekedar mengabari atau menanyakan kegiatannya, dan dari sanalah Heejin bisa mengingatkan tentang janji temu mereka berdua seperti beberapa kali sebelumnya.

Namun sekarang tidak, entah mengapa Jaemin tidak mengirim pesan apapun.

Ponselnya sejak tadi benar-benar mati, tidak bisa dihubungi.

Heejin menghela nafas seakan pada pundaknya terdapat beban begitu berat, membuat sosok lelaki dewasa yang ternyata sejak tadi diam-diam memperhatikan dari ambang pintu rumah sambil melipat tangan di depan dada tertawa kecil.

Gadis itu mendonggak, “Ayah?”

Didapatinya Jeon Kyuhyun — sang Ayah tengah berdiri di ambang pintu masuk utama dengan tubuh yang sudah dibalut piyama seperti biasa.

“Kamu kenapa..? Kok kayak banyak beban gitu Dek,” tanya Kyuhyun sembari ikut mendudukkan diri pada satu kursi teras lain di dekat posisi berdirinya.

Heejin mendengus, “Jaemin.. tadi bilang mau datang tapi sampai sekarang malah gak muncul-muncul,” jelas Heejin dengan wajah tertekuk kesal.

Kyuhyun mengangguk paham.

“Udah kamu hubungin belom?” tanyanya yang langsung dibalas Heejin dengan memperlihatkan rentetan pesan spam pada ruang obrolan dengan Jaemin di ponselnya.

centik manisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang