©perempuansayang
Tidak butuh waktu lama Heejin berpindah dari lapangan ke ruang unit kesehatan sekolah setelah dirinya yang sempat memicu banyak perhatian didapati mimisan oleh Na Jaemin — teman sekelasnya.
Di dalam ruangan itu, Heejin duduk pada pinggiran ranjang ruang unit kesehatan sembari menatap punggung sosok Jaemin yang membawanya ke sana. Sejak beberapa saat lalu, pemuda itu sudah beralih sibuk berjalan ke sana kemari mengambil berbagai alat kesehatan karena petugas jaga ruangan sedang ada kelas yang tidak bisa ditinggalkan.
“Nana..” Heejin memanggil Jaemin.
Tadi setelah mendapati tisu yang digunakan oleh Heejin untuk menyumbat hidungnya berubah menjadi warna merah sewaktu berbaris di lapangan, Jaemin langsung sigap menggendong tubuhnya pergi dari lapangan setelah memastikan sang guru mata pelajaran mereka mengerti akan alasan mengapa ia melakukan tindakan tersebut.
“Nanaaa,” panggil Heejin lagi.
Jaemin berbalik, menatap Heejin datar, membuat gadis cantik itu lantas berubah cemberut.
Sementara Jaemin sendiri kembali beralih sibuk dengan kotak P3K yang isinya berserakan dimana-mana setelah dikeluarkan dengan panik olehnya tadi.
Setelah selesai dengan hal tersebut barulah ia kembali menghampiri Jeon Heejin yang terduduk pada pinggiran ranjang ruang unit kesehatan sekolah.
Berdiri di hadapan gadis cantik itu.
Jaemin menangkup wajah Heejin.
Bergerak melihat area hidung Heejin yang masih memerah.
Pemuda itu dengan cekatan kembali membersihkan sekitaran hidung sempurna Heejin yang hanya diam membiarkan tindakannya.
Jaemin terlihat serius.
Membuat Heejin jadi murung.
Jaemin marah?
Tapi kenapa?
Jaemin marah karena dia mengalami mimisan?
Masa marah karena itu sih.
“Nana,” panggil Heejin lagi membuat manik mereka berdua langsung bertemu.
Heejin terdiam. Menatap lekat ukiran sempurna wajah Na Jaemin yang balas menatapnya serius.
Tuhan pasti sedang dalam suasana senang kala menciptakan sosok Jaemin.
Pemuda itu bergerak mengurung tubuh Heejin dengan kedua tangan yang dibiarkan bertumpu pada ranjang tempat gadis itu mendudukkan diri, memposisikan dirinya di antara kedua kaki Heejin.
Membiarkan gadis itu mengapit dirinya.
Mengurung tubuh Heejin yang balas menatapnya dengan manik berbinar.
Jaemin tersenyum manis.
“Ada yang sakit hm?” suara Jaemin terdengar.
Heejin menggeleng.
“Kamu marah?” kini giliran Heejin mengajukan pertanyaan.
Jaemin menatap Heejin dengan alis bertaut bingung.
“Kenapa marah?” balas Jaemin bingung.
“Kamu daritadi diem aja,” jawab Heejin sambil menunduk, gadis itu memainkan jemarinya dengan gelisah.
Jaemin tersenyum manis, bergerak mengelus kecil surai hitam Heejin.
“Aku khawatir..”
Heejin kembali mengangkat wajahnya begitu mendengar jawaban itu.