©perempuansayang
Jaemin bergerak mendorong pelan kursi roda yang diduduki oleh Heejin pada hari ini. Sejak tadi, gadis cantiknya itu diam saja setelah menjalani serangkaian tes sebelum prosedur Kemoterapi kedua dilakukan sebagai bentuk usaha menekan pertumbuhan kanker dalam tubuhnya.
Tanpa sadar dari waktu Kemoterapi terakhir kali, empat minggu sudah berlalu. Sesuai kesepakatan dengan sang Dokter yang menangani, hari ini adalah jadwal kali kedua Heejin akan berjuang bersama mereka sepanjang masa Kemoterapi.
Hari ini Jaemin berkesempatan menemani gadisnya untuk menjalani segala proses pengobatan. Kata Dokter terakhir kali, sel kanker sudah cukup luas menyebar di dalam tubuh Heejin, sehingga sangat penting bagi gadis itu mengikuti keseluruhan prosedur untuk menekan pertumbuhan sel jahat itu di dalam tubuhnya.
Sepanjang masa menemani Heejin, Jaemin sering kali melamunkan perihal akan betapa menyenangkan jika ia punya kemampuan untuk membuat waktu berhenti. Ingin sekali Jaemin membuat mereka berdua terus tinggal pada hari pertemuan pertama mereka, hari dimana Jaemin begitu bahagia kala melihat Heejin pertama kali.
Selama ini Jaemin memang tidak pernah kekurangan rasa bahagia semenjak dirinya bersama Heejin, hanya saja ada sesuatu yang berbeda begitu ia mengetahui pacarnya itu mengidap penyakit mematikan.
Rasa cemas terus muncul di dalam hatinya, mengikis bahagia, merubah doa-doanya tentang mereka berdua menjadi harap agar sekiranya Tuhan memberi limpahan kesehatan atas diri Heejin.
Empat minggu.. Heejin menjalani keseluruhan minggu itu dengan hanya berada di rumah karena keadaan yang terus kian melemah.
Setiap hari Jaemin tidak pernah sampai lupa memberi kabar kepada Heejin dan berkunjung kala waktu pulang sekolah tiba. Memastikan Huang Renjun selalu mengajari dirinya tentang materi sulit dalam pelajaran mereka sebelum benar beranjak meninggalkan sekolah untuk menemui Heejin di rumah keluarga gadisnya tersebut, Jaemin setiap hari selalu menemani Heejin menyusul pelajaran.
Jaemin jadi rajin belajar karena tahu gadisnya tidak ingin terlewat apapun tentang mata pelajaran di sekolah.
Dalam empat minggu itu pula selain perubahan pada dirinya yang menjadi rajin belajar dan tidak pernah bolos di sekolah lagi, Jaemin juga sadar benar tentang perubahan yang terjadi pada Jeon Heejin gadis kesukaannya.
Ada banyak perubahan terjadi pada Heejin, salah satunya adalah tubuh Heejin yang kian banyak kehilangan masa dan semakin mungil terlihat, wajah cantik Heejin juga kian hari semakin pucat saja.
Jaemin bergerak membuka pintu sebuah kamar pasien dimana salah seorang Perawat sempat menunjukan sebagai tempat Heejin akan beristirahat selama persiapan Kemoterapi pada hari ini. Si pemuda Na tersebut dengan hati-hati mendorong kursi roda Heejin masuk ke dalam sana.
Jaemin bergerak mengangkat tubuh Heejin untuk berpindah duduk ke ranjang rawat, kemudian melangkah lagi mendorong kursi roda yang sejak tadi membantu dirinya membawa sang pacar kemana-mana agar tertata rapih pada sudut ruangan.
Heejin diam saja memperhatikan Jaemin, gadis dengan balutan seragam biru khas pasien rumah sakit Pusat kota itu nampak memainkan cemas jemarinya.
“Hei kenapa?” tanya Jaemin yang tentu saja menyadari hal itu, bergerak mengelus kecil puncak kepala Heejin.
“Aku mau pipis Nana.. Bunda kenapa lama yaa,” jawab Heejin.