Larut malam di tempat bernaung

949 159 9
                                    


©perempuansayang



Jaemin berjalan gontai memasuki rumah usai memastikan pintu utama sudah kembali terkunci dengan benar.

Syukurlah tadi kakak sulungnya, Na Jiho mau membantu untuk tidak mengunci pintu utama. Jadi Jaemin tak perlu mengganggu waktu tidur.

Ia kembali di waktu yang sudah sangat larut.

Larut malam.

Benar, ia baru kembali larut malam.

Sejak sore tadi terus mendiami Rumah sakit di Pusat kota, tempat dimana ia membawa Heejin untuk menerima tindakan medis.

Iya, Jeon Heejin. Gadis yang sejak tadi membuat Jaemin menunggu.

Gadis cantik yang tidak kunjung membuka mata hingga Jaemin diminta untuk pulang oleh Sang Bunda sendiri.

Jaemin enggan beranjak.

Awalnya ia ingin menginap saja menunggu Heejin sadar.

Namun Seohyun — Bunda Heejin meminta ia untuk segera pulang ke rumah, beristirahat.

Jaemin sungguh tak butuh istirahat, ia hanya butuh Heejin membuka mata.

Menatap ke arahnya dengan sorot berbinar seperti biasa. Mengatakan bahwa ia tidak apa-apa sambil sedikit berteriak karena tahu benar bahwa Jaemin begitu gila ketika merasa khawatir atas dirinya.

Jaemin ingin Heejin menghapus rasa khawatir dalam hatinya seperti biasa.

Sepanjang jalan pulang Jaemin benar-benar tak bisa tenang.

Ia tak ingin pergi. Namun tak mungkin juga memaksa tetap tinggal disana.

Jaemin mendudukkan diri di kursi meja makan usai mengambil segelas air dingin di kulkas.

Duduk diam. Menatap kosong ke depan.

Cahaya redup di dapur milik sang Bunda benar-benar mendukung suasana hati Jaemin sekarang.

Pemuda itu menghela nafas, mengusap kasar wajahnya.

Ia begitu frustasi.

Jeon Heejin. Tentu saja, gadis itu adalah satu-satunya alasan seorang pemuda yang selalu terlihat begitu cerah seperti Na Jaemin berubah kacau juga berantakan.

Pemuda itu frustasi sendiri. Ia di liputi rasa khawatir, cemas dan takut.

Itu stadium tiga.

Apa Heejin baik-baik saja?

Mengapa hal menakutkan ini harus menimpa gadis cantiknya?

Jaemin meneguk air yang ia ambil.

Hingga tertinggal setengah.

Pemuda itu membaringkan kepala di atas meja makan.

Raut wajahnya nampak cemas, tertekuk bagai tertimpa banyak sekali masalah.

Memang benar, tak ada yang mampu membuat orang menjadi kacau balau selain cinta dan utang.

Untuk kasus Jaemin, cinta adalah pelaku utama.

Mata Jaemin yang baru beberapa detik menutup, kembali terbuka kala merasakan seseorang mengelus lembut surai gelapnya.

Jaemin mendonggak. Mendapati seorang wanita berambut pendek dengan tubuh berbalut gaun tidur berwarna biru laut.

Itu Bundanya. Yoona.

Bukan dari sentuhannya, Jaemin sangat mengenali wanita yang melahirkan dirinya itu dari aroma tubuhnya.

centik manisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang