©perempuansayang
Entah sejak kapan— tapi Heejin sudah kembali terbangun meski waktu masih menunjukan pukul empat subuh, gadis cantik bersurai panjang itu duduk di atas ranjang rawatnya sambil menatap Na Jaemin yang terlelap di sofa yang berseberangan dengan ranjangnya, pasti tidak ingin ia merasa kesempitan makanya diam-diam pindah ke tempat lain saat telah lelap dirinya terlena kenyamanan.
Heejin kemudian mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, beberapa saat akhirnya beralih memandangi kuku tangannya.
Kuku jari tangannya kini berubah keunguan karena efek dari prosedur pengobatan keras yang ia jalani.
Jelek sekali.. Heejin tidak suka melihatnya.
Gadis itu kembali meringis kecil begitu sakit lagi-lagi terasa pada bagian kepalanya. Padahal Dokter dan perawat di Rumah sakit ini bilang ia akan sembuh jika terus berobat, tapi entah mengapa belakangan Heejin malah merasakan hal sebaliknya terkait kondisi tubuhnya.
Kian hari Heejin merasa semakin lemah, ia jadi berpikir apakah Dokter dan perawat di Rumah sakit ini saling bekerja sama diam-diam untuk menguras habis uang Ayahnya?
Prosedur pengobatan yang mereka bilang akan menyelamatkan dirinya justru terasa tidak berguna untuk dilakukan.
Heejin pula tahu benar bahwa setiap hari sang Bunda tidak pernah lupa berdoa kepada Tuhan agar ia diberi kesehatan dan rasa bahagia sepanjang hidupnya, namun entah mengapa ia malah berakhir diberikan penyakit menyusahkan seperti ini, membuat dirinya harus berdiam di satu tempat seperti ruang pasien Rumah sakit ini.
Tidak bisa pergi ke sekolah, sulit ikut belajar, dan tidak lagi boleh jalan-jalan sembarangan tanpa seizin Dokter yang merawat dirinya.
Sejak menderita penyakit dalam tubuhnya, rute perjalanan Heejin berubah menjadi Rumah menuju Rumah sakit Pusat kota saja.
Tubuhnya juga selalu terasa tidak baik, ia sering mengalami mimisan, merasa sakit kepala luar biasa, telinganya juga tidak jarang berdengung sampai nyaris Heejin tidak bisa mendengar apapun, dan kini kukunya berubah warna.
Wajah Heejin berubah sendu setelah sempat larut dalam pikirannya sendiri, sepasang manik gadis itu berpindah, kembali menatap Jaemin yang masih terlelap di sofa ruang rawat sambil melipat tangan di depan dada.
Jaemin tidur berbantal jaket di sana, pasti sangat tidak nyaman.
Ia sungguh menyusahkan banyak orang juga, entah itu sang Ayah dan Bunda, ataupun Jaemin beserta teman-teman lainnya.
Ada kala Heejin ingin sekali meminta Jaemin untuk pergi saja darinya yang sangat menyusahkan ini. Kemudian pada waktu berikutnya Heejin akan berpikir egois lagi dengan diam-diam memohon kepada sang Maha Kuasa untuk tidak membuat Na Jaemin beranjak dari sisinya, tahu benar bahwa ia sendiri tidak akan sanggup jikalau itu sampai benar terjadi.
Heejin menghela nafas, gadis itu kembali menunduk. Bergerak menyisir kecil rambutnya dengan jemari, hanya sebuah gerakan kecil, namun berhasil melepas banyak sekali helai rambut dari kepalanya.
Heejin menatap setiap helai rambut miliknya sendiri, itu banyak sekali sampai Heejin tidak sadar jika perihal tersebut mulai mempengaruhi dirinya lagi, sepasang maniknya kini mulai berair lagi.