©perempuansayang
Hari ini ruang rawat milik pasien atas nama Jeon Heejin nampak begitu sepi dan hening. Setelah beberapa remaja lelaki yang datang berkunjung ke sana memutuskan untuk pulang, ruangan itu kembali terasa sunyi.
Hanya ada sang pasien di sana, Jeon Heejin, duduk sendiri di atas ranjang rawat dengan wajah murung.
Sejak tadi diam saja menatap ke arah jendela besar ruang rawatnya yang menampilkan bagaimana sang surya mulai terbenam perlahan, mengubah warna langit menjadi jingga cantik.
Heejin menghela nafas. Tak peduli bagaimana cantiknya pemandangan di depan sana, ia tetap merasa bosan.
Ayah dan Bunda Heejin saat ini pasti sudah sampai di rumah, mereka izin untuk pulang sebentar tadi, ingin mengambil segala keperluan Heejin yang kemarin masuk Rumah sakit tanpa persiapan apapun.
Heejin jadi benar-benar sendirian duduk di dalam ruang rawatnya.
Gadis itu beralih, menatap benda persegi panjang tipis yang sejak tadi tergeletak begitu saja di atas nakas samping ranjang rawat miliknya.
Na Jaemin.. kemana ya pemuda itu?
Ia belum memberi kabar apapun, barang menghubungi Heejin saja sejak tadi tidak.
Itulah mengapa Heejin begitu murung, bukan cuman karena merasa kesepian dan bosan. Heejin sedang menunggu dering notifikasi dari Na Jaemin, dan sekarang dia mulai kelelahan menunggu.
Entah kemana pemuda itu.
Ia adalah sosok yang paling Heejin harapkan untuk muncul di ambang pintu kala mendengar kabar dari sang Bunda yang mengatakan bahwa teman SMA nya sedang menuju kemari tadi.
Tapi tidak. Na Jaemin tidak ada di antara mereka yang nampaknya benar-benar datang setelah sekolah berakhir.
Cuman ada Haechan, Hwall, Hyunjin, Baejin, Jeno dan Renjun.
Tak ada Jaemin. Mereka semua juga mengatakan tadi terpisah dengan Jaemin yang keluar lebih awal dari kelas, entah pergi kemana.
Heejin jadi makin murung.
Kemana Jaemin pergi?
Apa ia benar-benar tidak akan datang?
Heejin rindu. Ingin bertemu dengan pemuda yang kata sang Bunda kemarin malam menunggu dirinya tersadar hingga begitu larut.
Gadis cantik itu kembali beralih, menatap pintu ruang rawatnya yang terbuka perlahan.
Heejin menautkan alis bingung.
“Siapa..?” gadis itu berujar lirih, berusaha melihat siapa yang datang.
Detik berikutnya, bagian kepala dari sebuah boneka kelinci berwarna putih menyembul dari sana.
Nampak mengintip.
Mata Heejin berbinar.
Ia suka sekali kelinci.
Tapi siapa?