JOANUARY - #11

190 35 12
                                    

Cek OMBAK duluu~ JAM BERAPA KALIAN BACA CHAPTER INI? ☺

Selamat membaca!

***

"Greg? Tumben jam segini sudah ada dirumah?"

Wanita berparas cantik dengan rambut gelap itu masih terlihat awet muda walaupun sudah menginjak 40 tahun. Nampak wanita itu masih memakai pakaian kerjanya, dan sedang menenteng tas jinjing serta map-map kerjanya.

Greg menoleh dan tersenyum. "Hai Ma!" sapanya.

Riang sekali anak ini? Batin Gina. Wanita itu juga tersenyum pada anak semata wayangnya.

"Tunggu Mama ganti baju! Jangan kemana-mana ya!" Mama Greg, Georgina Nugraha adalah wanita karir. Tetapi, Gina selalu pulang tepat pukul empat untuk mempersiapkan makan malam dan mengurus beberapa urusan rumah tangga lainnya.

Greg bukan anak yang benci di rumah seperti telenovela lainnya. Ia hanya malas jika harus sendirian dirumah, makanya Greg sering berkunjung ke rumah June atau Septian yang jaraknya dekat dari rumahnya. Jika Papa Greg tidak lembur, Greg sudah harus berada di rumah sebelum jam 5 malam. Karena kalau sudah jam enam, rumahnya akan ramai dengan ocehan Kakek 'tersayang' dan Papa Greg. Greg juga lumayan dekat dengan kedua orang tuanya, apalagi dengan Kakeknya. Meskipun kedua orang tuanya sibuk bekerja, tapi mereka tidak melupakan anaknya.

Seperti sekarang. Jadwal curhat dirinya dengan Mama-nya.

"Lagi apa? Tumben jam empat udah ada di rumah? Nggak kerumahnya June? Tian?"

Greg berdiri dari meja belajarnya dan berjalan ke arah Mamanya yang duduk di tepi ranjangnya.

"Tanya satu-satu Ma. Sekarang lagi nganggur. June lagi sibuk lomba. Kalau Tian lagi rapat OSIS mungkin? Mereka sok sibuk Ma." Jawab Greg panjang lebar. Ia menjatuhkan kepalanya di bahu Mamanya, membiarkan Gina mengacak-acak rambutnya.

"Bukan sok sibuk kamunya aja yang nganggur. Belajar sana! Masak remidial terus. Sampai kapan mau nyontek ke June sama Tian. Masak naik kelas dua belas nanti dibantu sama Kakek lagi." Kata Gina sembari membuka keripik kentang, lalu menyandarkan punggungnya.

"Iya Ma nanti aku belajar deh! Mama sendiri tumben pulang jam segini?" jawab Greg sambil mencomot keripik kentang yang dibawa Mamanya.

"Iya tadi kerjaan udah selesai semua. Papa hari ini lembur. Jadi, kamu hari ini pergi kemana?" tanya Gina lagi.

Greg terdiam.

Ia masih ingat dengan jelas senyum Nana yang terbit ketika berfoto bersama dirinya. Padahal ia hanya merasa kasihan pada Nana yang tidak pernah pergi keluar untuk jalan-jalan. Tidak ada rasa lebih selain menggoda gadis polos itu.

"Heh! Ditanya malah diem. Kemana kamu hari ini, Greg?"

"Hm. Tadi ke Setu Babakan sama temen." Balas Greg cepat.

Gina menatap wajah putra semata wayangnya dengan antusias, "Sama siapa? Cewek ya?"

"Iya. Pembantu baru aku di sekolah," ujar Greg tak kalah polos.

Gina menjitak kepala Greg dengan keras. "Aduh sakit, Ma!" protes Greg sambil mengusap-usap kepalanya.

"Pembantu kamu di sekolah? Jangan suka main perasaan anak orang! Nggak ada yang ngajarin begitu ya. Papa sama Mama nggak suka! Kalau kena karma, Mama nggak mau bantu."

Greg merenggut kesal. "Iya-iya! Nanti aku putusin! Biar jomblo."

"Ayo kamu udah besar, Greg. Masa mau main-main terus. Belajar yang bener, nanti perusahaan keluarga bisa bangkrut kalau kamu yang pegang!" rutuk Gina.

Greg hanya diam. Ia juga tidak tahu dengan dirinya sendiri. Ia seperti tersesat ketika mencari jati dirinya. Greg segera mengontrol dirinya ke mode bahagia, "Tenang aja, Ma! Nggak mungkin bangkrut kok. Nanti aku rekrut pegawai yang pinter-pinter," sahut Greg sambil cengengesan.

Gina tahu bahwa Greg pasti masih bingung di masa remaja-nya. Kakeknya selalu memanjakan Putranya ketika masih kecil bahkan sampai sekarang. Gina hanya memandangi Greg dan tersenyum kecil untuk menyemangatinya.

"Mulai sekarang ayo Les! Kalau enggak minta June ama Tian ajarin! Pokoknya mulai sekarang tunjukkin semua ulangan ke Mama. Mama nggak mau tahu!"

Greg menggeleng cepat. "Nggak! Pokoknya Greg nggak mau!" protes Greg.

"Biarin aja! Kamu sih main terus. Sekarang waktunya serius! Nggak ada penolakan." titah Gina pada Greg.

Greg hanya bisa pasrah ketika Mamanya sudah bertitah. Selamat tinggal masa mudaku yang bahagia!

***

Nana sedang merangkai foto-foto polaroid di dinding kamarnya. Ia tersenyum. Akhir-akhir ini, foto di dindingnya bertambah dengan adanya kenangan bersama Greg. Meskipun Nana selalu merasa Greg adalah lelaki yang menyebalkan tapi di satu sisi Nana juga merasakan kebahagiaan ketika pergi bersama Greg.

"Oke. Udah bagus." gumam Nana sambil melihat hasil polaroid yang terpajang rapi di dindingnya.

Di umurnya yang ke sembilan, tiba-tiba Nana begitu menyukai dunia fotografi. Karena awalnya, Nana melihat seorang photographer terkenal yang bermain di panti asuhannya. Nana terkagum-kagum ketika melihat fotografer tersebut dapat menghasilkan karya yang sangat indah. Sejak saat itu, Nana menabung di celengan ayam untuk bisa membeli kamera sendiri.

Tapi di usianya yang kesepuluh ia mendapat hadiah pertama dari seorang donatur. Ia mendapatkan kamera. Dan sejak saat itu, setiap ulang tahunnya atau ketika ada event penting seperti hari Natal, ia selalu mendapat hadiah dari sang donatur. Dan sampai sekarang Nana memiliki donatur kesayangan. Donatur itu tidak mau menunjukkan wajahnya bahkan identitasnya sampai Nana berumur 16 tahun. Nana benar-benar tidak sabar ulang tahunnya yang ketujuh belas. Ia ingin mengucapkan terima kasih dan memberikan sang donatur hadiah.

Nana sudah menyiapkan hadiah kecil untuk donatur kesayangannya. Hadiah yang berisi foto-foto dirinya bersama hadiah yang diberikan sang donatur dan surat yang ia tulis setiap tahunnya.

Karena Nana ingin menyampaikan kepada sang donatur. Bahwa, hadiah kamera yang diberikannya kepada Nana telah membuat keajaiban di kehidupannya.

TO BE CONTINUED.

Vote dan komentar kalian ditunggu 😊 Bagaimana daily up nya? 😉 #VoteBuatUp

Best Regards,

Hyemi.

JOANUARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang