ABSEN DULU YUK DI KOLOM INI~
Semakin banyak VOTE + KOMENTAR kalian, semakin semangat Author buat DAILY UPDATE! Udah siap belum buat Chap #5 Joanuary? ❤
Happy reading! Stay safe. Cuci tangan kalian & terapkan Social Distancing!
***
Nana tak tahu apa yang ia lakukan sekarang. Berdiri di depan gerbang 5 menit sebelum bel berbunyi seperti orang gila. Biasanya, dia sudah duduk manis di bangkunya sembari melihat kelas yang mulai ramai. Semenjak kemarin, bisa dibilang ia sudah resmi menjadi pacar sekaligus 'pembantu' seorang Gregory Nugraha. Malamnya ia langsung mendapat pesan.
Nomor Tidak Dikenal
Besok tunggu Gue di gerbang jam 6.55!
Dan, Nana sudah berdiri disini sejak lima puluh lima menit yang lalu. Banyak orang yang melewatinya dengan tatapan aneh. Jelas. Kalau Nana menjadi mereka, ia akan melakukan hal yang sama. Pikirannya buyar ketika orang yang ditunggu-tunggu akhirnya terlihat batang hidungnya.
"Eh ada Joana disini. Tepat waktu banget Lo? Gue suka orang yang tepat waktu," kata Greg sembari turun dari mobil sport kesayangannya.
"Kenapa Aku harus nunggu?" tanyanya. Ia ingin tahu kenapa ia disuruh menunggu di depan gerbang ketika bel masuk sekolah sudah mau berdering.
Greg melotot kecil. "Yaelah pake tanya Lo! Ya bawain tas Gue lah!" jawab Greg dengan semangat sembari melempar tasnya kearah Nana.
Nana hanya melongo. Jadi ia harus menunggu di depan gerbang hanya untuk membawa tasnya!? Nana ingin melayangkan protes, tapi sang empu sudah melenggang pergi ke arah lorong.
"Nggak mau masuk, Neng? Gerbangnya udah mau ditutup nih." Tanya Pak Budi, satpam SMA Nugraha.
"Oiya.. Iya, Pak. Maaf ya!" balas Nana sambil berlarian kecil ke arah lelaki menyebalkan itu.
Nana hanya bisa mengekori lelaki itu dari belakang. Ia tak tahu harus melakukan apa. Protes? Memaki? Apa langsung pergi? Rasanya sangat jengkel hingga ingin menangis. Belum pernah dalam hidup Nana ia terlambat. Ia tidak suka datang terlembat. Tapi, Nana lebih benci tatapan orang-orang yang tertuju padanya.
"Gila ini pacar apa budak?"
"Udah Gue bilang! Mana mau Greg sama dia?"
"Iya nggak level banget Greg sama dia!"
Akhirnya, sampai juga di kelas XI IPA 1. "Nanti istirahat Lo harus berdiri di depan kelas Gue sebelum Gue keluar. Bye!" kata Greg santai sambil mengambil tas dari tangan Nana.
Nana menghiraukan ocehan Greg dan langsung berlarian menuju ke kelasnya.Tapi ... Apa daya? Ini sudah jam 7 tepat. Ia sudah melihat Pak Anton yang berjaga di ruang piket sambil memberi hukuman pada anak-anak yang telat.
Ini bukan petaka. Ini lebih dari itu. Bisa dibilang ... Ini mimpi buruk Nana yang akhirnya terjadi.
***
Saat bel istirahat berdering, Nana langsung berlarian kecil ke kelas Greg. Bentuk sekolah SMA Nugraha menyerupai bentuk U. Bangunan itu dibedakan dengan lorong kanan dan kiri. Lorong kanan adalah milik anak IPA, dan lorong kiri milik anak IPS. Nana menghela nafas lelah. Ia baru saja menjalankan hukuman. Bahkan, Pak Anton kaget melihat Nana berdiri sebagai murid yang terlambat.
Untung saja, Pak Anton memberikan hukuman yang cukup ringan. Pak Anton hanya menghukumnya lari dua kali putaran. Siswa lainnya berlari sekitar lima sampai sepuluh kali, ia juga tadi melihat Juliet berlari lebih dari itu.
Tapi kesialan menimpanya lagi, sebelum masuk ke dalam kelas, ia berpapasan dengan Juliet dan ia menariknya kearah toilet di gedung sebelah. Gedung itu hanya berisi ruangan-ruangan klub besar di sekolah ini. Ia mengunci Nana di toilet paling pojok, untung saja ada cleaning service yang mendengar teriakan Nana.
Ia kehilangan 2 jam mata pelajaran awal. Nana yang dianggap escape mendapat tugas tambahan, rasanya sial sekali hingga tak terasa peluhnya mulai membasahi keningnya.
"Gila... Belum genap sehari, udah sial terus!" rutuknya.
Greg sudah berdiri di depan kelas bersama June dan Septian di belakangnya. "Lo telat semenit! Dari tadi Gue udah berdiri disini!" ujarnya.
Nana hanya melongo. Baru telat semenit dan pria itu berdiri daritadi !?
Nana ingin mencak-mencak dan menjambak rambut lelaki itu. Sekali lagi, Nana tidak melakukannya. Lelaki ini pikir Nana bisa terbang kesini!?
Lamunan Nana buyar ketika Greg menarik lengannya. Dan, ternyata lelaki ini menyeretnya ke kantin!
"Nih, uangnya. Pesenin Gue makan sama minum. Gue tunggu disitu," kata Greg sambil menunjuk ke arah tempat duduk yang ditempati June dan Septian. Lalu, dengan santai Greg meninggalkannya di kerumunan kantin.
Nana hanya menghela nafas. Ia tidak yakin Greg adalah cucu dari pemilik sekolah ini. Nana benar-benar sebal dengan kelakuan Greg. Ia sendiri bahkan tidak pernah membeli makanan di kantin karena harus berhemat. Uang jajannya bisa dipakai untuk membantu Ibu Panti membeli keperluan sehari-hari.
Akhirnya, Nana menuju ke etalase makanan dan langsung memesan pesanan Greg. Setelah ia mendapatkannya, Nana langsung menuju ke arah Greg dan menaruh semangkuk bakso bak pelayan.
"Kok beli satu doang?" layangan protes dari Greg membuat Nana cepat mendongak.
"Emang mau beli berapa ...?"
"Lo buta? Kita bertiga. Tuh, Septian, June juga. Gimana sih?"
June dan Septian tercengang.
"G ... Gue sih terserah! Cuman kalau Lo nggak beliin... Nggak pa-pa kok!" ujarnya sambil tertawa garing. Sial, kenapa temannya berulah seperti ini?
Septian menggeleng. "Nggak usah dengerin ya, Joana. Nggak usah beliin. Lo duduk aja," sahut lelaki itu dengan sopan. Joana rasa, Septian memanglah Ketua OSIS yang baik hati. Kalau ia bukan teman lelaki menyebalkan ini, rasanya Nana sudah menyukai lelaki itu.
Nana hanya mengangguk kecil. "N ... Nggak. Aku tinggal dulu ya," kata Nana dengan pelan.
Tanpa persetujuan, Nana langsung berbalik dan pergi dari kantin. Rasanya sudah mau gila! Nana terus memaki Greg dalam hatinya. Nana tidak sadar kalau ia berjalan cepat hingga menabrak seorang lelaki.
"Eeh... Maaf ya!" katanya sambil menunduk. Ia melihat beberapa peralatan melukisnya jatuh. Ia tak sadar melihat lukisan indah dan segera mendongak. Nana buru-buru mengambil peralatan pria itu dan menunduk.
"Nggak usah. Biar Gue aja," jawab lelaki itu. Nana memandangi pria jangkung itu dengan diam. Lelaki itu mengambil semua barangnya lalu melenggang pergi meninggalkan Nana.
Nana hanya menghela nafas.
Kenapa lukisan itu terlihat familiar, ya? Batin Nana. Namun, ia menghiraukan itu dan segera menuju ke ruangan klub-nya.
TO BE CONTINUED.
Kalian Tim #Joanuary (Joana-Gregory) atau Tim #SecondLead 🤣 Vote dan komentar kalian ditunggu!
Best Regards,
Hyemi Park.
KAMU SEDANG MEMBACA
JOANUARY
Teen FictionAlmanac Series #1 [SUDAH SELESAI] Kesalahan fatal yang berujung malapetaka terjadi di kehidupan Joana Isabelle. Hidup Nana yang tenang berbalik 180 derajat dan harus berakhir dengan Gregory Nugraha. Lelaki menyebalkan, narsis, dan berkepribadian bur...