Udah siap untuk bab ini?
***
Nana mengigit bibirnya kecil. Astaga! Kenapa ia harus mengiyakan ajakan Greg untuk pergi bersama. Nana rasa dirinya sudah gila.
Sekarang mereka berdua sedang mengantri untuk membeli tiket bioskop. Entah apa yang merasukinya, ia mau diajak kembali menginjakkan kaki di mall yang sempat ia benci ini.
Semoga nggak nonton film horor. Batin Nana berteriak panik. Ia bisa gila kalau Greg memilih film dengan genre terkutuk itu.
Tapi memang realita tak seindah mimpinya.
"Na kita nonton Sebelum Iblis Menjemput Ayat 2 ya! Gue udah liat yang pertama, bagus banget! June sampe nangis ketakutan. Tian aja yang diem gitu sampe pucet mukanya. Lo berani kan?" Kata Greg dengan semangat.
Baru Nana ingin menjawab tangannya sudah digandeng memasuki theater. "Ayo masuk dulu deh! Capek Gue berdiri. Sekalian liat trailer di dalem." Sahut Greg lagi.
Nana rasanya ingin menangis saja. Melihat cover film itu sudah membuatnya merinding tak karuan, apalagi harus menonton film itu selama hampir dua jam? Bagaimana kalau ia mati ketakutan?
Sangking gugupnya Nana tersandung anak tangga beberapa kali. Mereka duduk di baris sedikit atas, Nana tak tahu bahkan nomer duduk mereka. Yang Nana tahu hanya dua baris dari belakang.
Greg menonton trailer yang diputar sebelum film dimulai. Kebanyakan trailernya yang berisikan tentang film horor. Greg berceloteh riang mengomentari film-film yang masih coming soon itu. Nana tak melihat ada ketakutan di mata Greg, ia rasa Greg memang benar-benar pecinta film horor.
"Na minggu depan kita nonton lagi ya! Ada film horor baru tuh!"
Nana menoleh menatap Greg, "Kamu suka banget nonton horor?"
Greg mengganguk antusias.
Nana meringis. Kenapa ada seseorang yang bisa suka sekali dengan genre itu. Bagi Nana genre horor itu sangat aneh. Terkadang tidak ada alur cerita yang jelas, ending menggantung, bahkan seisi film hanya ada jumpscare saja. Karena itu bayangannya tentang hantu juga semakin jelek. Mendengar kata hantu sudah mengingatkannya tentang sosok yang aneh-aneh, seperti wanita berambut panjang dengan wajah hancur atau sosok dengan wajah bewarna hitam.
"Kenapa sih suka banget film horor?" tanya Nana.
Lelaki di sebelahnya menoleh, "Horor tuh seru Na nggak usah banyak mikir nontonnya. Kayak rollercoaster gitu bikin dag dig dug. Kalau nonton fantasi tuh males mikir apalagi kalau yang animasinya jelek nggak enak banget liatnya. Oiya apalagi kalau film roman picisan Gue tambah males." Jelas Greg.
"Kalau Lo?"
"Aku? Ee... aku nggak terlalu suka nonton sih. Lebih suka baca buku."
"Dan aku paling takut horor jujur aja." Sahut Nana pelan.
Lampu teater mulai dimatikan, bunyi ost film mulai dimainkan. Astaga! Menyeramkan sekali lagunya.
Nana tersentak kaget ketika Greg mendekat ke dirinya dan berbisik, "Tenang aja Na ada Gue. Nggak usah takut sama film beginian."
Selama film berlangsung Nana tak memperdulikan sekitarnya ia hanya fokus memejamkan mata dan memukul tangan Greg sebagai pelampiasan rasa kagetnya. Bahkan Nana berteriak paling kencang saat ada adegan jumpscare.
Selesai film Nana merasa tubuhnya masih gemetar ketakutan.
"Gila Lo Na. Tangan Gue jadi serem gini. Ternyata Lo bar-bar banget ya." Ringis Greg.
KAMU SEDANG MEMBACA
JOANUARY
Teen FictionAlmanac Series #1 [SUDAH SELESAI] Kesalahan fatal yang berujung malapetaka terjadi di kehidupan Joana Isabelle. Hidup Nana yang tenang berbalik 180 derajat dan harus berakhir dengan Gregory Nugraha. Lelaki menyebalkan, narsis, dan berkepribadian bur...