JOANUARY - #24

178 30 5
                                    

Jangan lupa untuk klik bintang di pojok kiri bawah ya. 

Dan jangan lupa baca sampai akhir soalnya bab ini salah satu bab penting.

Akan ada rahasia yang terbongkar~

Selamat membaca!


***

Hari ini adalah ulang tahun Nana.

Nana sangat bersemangat. Tinggal beberapa jam lagi, ia akan bertemu orang yang ditunggu-tunggunya selama tujuh tahun. Khusus hari ini ia tidak mau memikirkan apa-apa. Ia ingin menunjukkan senyuman terlebarnya untuk orang spesial yang telah menunggunya juga.

Nana sudah merias diri sejak pukul 12 siang tadi. Mencari baju terbaiknya agar sang donatur tidak malu makan bersamanya. Menaruh hadiah di atas meja agar tidak ketinggalaan. Nana benar-benar sangat gugup sekarang! Tangannya bahkan penuh keringat.

Tepat pukul tiga sore, mobil mewah datang menjeput Nana. Nana hanya bisa terbengong. Bahkan sampai dijemput supir? Astaga! Nana rasanya ingin pingsan saja. Apakah donatur Nana sungguh seperti Malaikat Tuhan? Nana menggigit bibirnya.

Selama perjalanan, Nana hanya bisa meremas-remas ujung roknya. Duduk diam memandang kearah luar jendela. Mobil itu membelah keramaian, dan beberapa menit kemudian Nana tiba di restoran Casablanca. Salah satu restoran mewah di Ibukota.

Ia turun dan mengucapkan terima kasih pada supir. Sampainya ia di depan pintu, seorang pelayang langsung membukakan pintu. Betapa takjubnya Nana dengan interior berkelas restoran itu. Megah seperti hotel, bahkan Nana sempat memandang kembali penampilannya. Apakah cocok?

"Dengan Nona Joana?" sapa pelayan wanita itu tersenyum ramah.

"I ... Iya benar." Balas Nana gugup.

"Letak ruangan Nona Joana berada di lantai dua. Mari saya antar."

Nana mengekori langkah pelayan wanita itu. Pelayan itu membawa dirinya pergi ke Private Room di sudut terakhir. Nana kembali terkagum. Hanya ada meja bundar di dalamnya, yang dikelilingi oleh empat kursi berwarna putih. Lampu gantung kristal yang berkilau, serta lukisan-lukisan abstrak yang terpajang di dinding. Sungguh ... mewah.

Nana menatap pria paruh baya yang duduk membelakanginya. Apakah dia sang donatur? Apa yang harus Nana katakan padanya? Batin Nana gugup.

Pria paruh baya itu berdiri dan menoleh ke arah Nana. "Joana?"

Rasanya Nana ingin menangis saja melihat senyuman hangat pria itu. Andaikan saja Nana memiliki ayah seperti sang donatur. Pria paruh baya itu tampan, tubuhnya tegap dibalut jas mahal. Rambutnya sedikit beruban, namun tidak memengaruhi ketampanannya yang luar biasa.

Pria itu berdiri dan menghampiri Nana. Ia merentangkan kedua lengannya, "Selamat ulang tahun, Joana." Gadis itu terpaku. Selangkah demi selangkah, Nana langsung berlari memeluk pria paruh baya itu.

Pria paruh baya itu hanya tertawa kecil. Sembari melepaskan pelukannya, pria itu merangkul Nana dan membawanya duduk.

"Jadi nama Om itu siapa? Nana sangat berterima kasih pada Om. Tanpa Om ... Sepertinya Nana tidak bisa melanjutkan sekolah, bahkan hidup Nana."

Pria itu hanya tertawa melihat Nana yang sudah tak sabar mengetahui namanya.

"Marcel Leonardo. Apakah itu menjawab pertanyaanmu?" senyumnya begitu hangat.

"Hm... Om sudah be ... berkeluarga? Pasti Om adalah orang yang sangat baik. Saya beruntung mempunyai donatur seperti Anda!"

Nana mencerocos panjang lebar. Leo hanya tertawa melihat Nana yang sangat ceria hari ini.

JOANUARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang