JOANUARY - #21

170 30 16
                                    

Selamat sore! Joanuary kembali lagi. 🙈

Jangan lupa untuk klik bintang di pojok kiri bawah ya!

Happy Reading!

***

Greg berlari mengejar Nana. Tapi ia terlambat, ketika melihat sosok ketua mading sialan itu sudah membukakan pintu mobilnya untuk Nana. Greg mengeluarkan tatapan dingin nya pada Hugo. Begitu sebaliknya, Hugo hanya menatap datar kearah Greg dan tampak mengeluarkan aura permusuhan.

"Na! Tunggu!" teriak Greg sambil menggedor-gedor kaca mobil. Greg bisa melihat Nana yang tampak enggan melihatnya. Nana tak sedikit pun menoleh kearahnya. Sial! Dan, mobil itu pun meninggalkannnya sendirian.

"Woi! Gimana? Mana Nana?" tanya June yang tampak ngos-ngosan bersama Septian dan Juliet.

Greg menatap tajam kearah Juliet, "Mau Lo apa? Kesepakatan kita udah berakhir. Lo suka Gue? Maksud Lo apa!?"

"Lo gila?! Bukan Gue, ***!" teriak Juliet.

"Terus siapa? Jelas-jelas Gue Cuma ngomong sama Lo!" teriak Greg balik.

Wajah Juliet sudah merah padam karena kesal. "Bukan Gue! Sialan. Gue nggak rekam apa-apa. Greg, Lo nggak berpikir bahwa semua ini ulah ketua mading itu?" sentak Juliet mengeluarkan semua unek-uneknya.

"Udah cukup." Suara Septian terdengar tenang dan tegas. "Lo yakin bukan Lo pelakunya?" lanjut Septian.

Juliet beralih ke arah Septian dan menarik satu alisnya. "Lo nuduh Gue?"

"Kalau Lo bohong awas ya!" sahut June.

"Gue ini emang nggak sebaik pacar Lo. Tapi, Gue nggak akan melanggar janji! Kesepakatan antara Gue dan Lo udah berakhir, ****. Lo mau bukti? Cek sendiri!" Juliet menunjuk-nunjuk Greg dan melemparkan HP-nya. Lalu, Juliet melenggang pergi.

Greg hanya menatap HP di tangannya. Ponsel pintar itu tak dikunci.

June langsung merebut ponsel itu dan mengotak-atiknya.

"Nggak ada rekaman apapun. Chat grup juga aman. Hmm... Galeri cuma isi foto selfie nya dia." Kata June sambil melihat seluruh isi ponsel Juliet.

"Udah, nggak usah dibuka-buka lagi." Sahut Septian dengan wajah datar. Lalu Septian menoleh kearah Greg, "Udah Gue bilang. Nggak usah aneh-aneh. Gue nggak nyangka Lo sampai buat kedepakatan sama Juliet."

"Gue nyusul Juliet buat balikin hp-nya. Lo pada pulang duluan." Septian menghela nafas dingin. Ia menarik ponsel di tangan June dan berjalan pelan ke arah Juliet melenggang pergi.

June mengganguk-ngganguk.

Lalu, wajahnya beralih ke arah Greg. "Karma kan Lo! Udah Gue bilang jangan main-main sama cewek baik-baik. Ngeyel sih Lo. Makan tuh karma!" sewot June.

"Bisa diem nggak?" sinis Greg kearah June.

June mendelik. "Gue bantuin Lo. Gue punya banyak mata di sekolah. Tunggu aja ..."

Greg tak membalasnya. Ia lebih memilih meninggalkan tempat itu dan menenangkan pikirannya.

***

Nana hanya termenung dan membuang wajahnya ke pemandangan jendela.

"Na, Lo baik-baik saja? Mau Gue anter kemana?"

Nana menoleh kearah Hugo. Ia baru sadar bahwa sekarang ia bersama Hugo.

"Anterin Gue ke Panti Asuhan Mentari. Yang deket sekolah itu. Makasih ya Hug." sahut Nana pelan.

"Panti Asuhan?" ulang Hugo memastikan.

Nana hanya mengganguk dan kembali menatap kearah luar jendela.

"Oke." Hugo tak mau banyak berbicara, melihat wajah Nana yang murung membuatnya cukup diam dan mengantarkan gadis itu pulang.

Akhirnya, mereka sampai di Panti setelah setengah jam berada di kesunyian. Nana dan Hugo sama-sama diam. Memikirkan masalah mereka sendiri.

"Makasih udah nganterin ya Hug. Aku masuk dulu. Hati-hati dijalan." Pamit Nana.

Hugo hanya mengganguk dengan hati yang tak tenang. Kenapa panti ini familiar? Apa Gue pernah kesini? Batin Hugo.

Deg! Begitu mengingatnya, Hugo langsung masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya cepat. Ia ingin memastikan sesuatu. Ia harus segera sampai dirumah. Kepalanya seperti terhantam sesuatu. Pelipis lelaki itu mulai berkeringat.

Nggak mungkin. Mana mungkin Nana adalah gadis itu?

***

Hugo memarkirkan mobilnya dengan asal dan langsung memasuki rumah. Tujuan Hugo hanya satu... yaitu ruangan kerja Ayahnya.

"Den? Baru pulang—?" Bik Asri mengernyit. Hugo menghiraukannya dan melenggang pergi masuk ke ruangan kerja Ayahnya.

Hugo memasuki ruangan yang penuh dengan rak buku itu, ada berbagai lukisan yang tergantung dan kamera yang terpajang indah. Ia langsung menuju meja kerja ayahnya, membuka laci paling atas dan mengeluarkan dua lembar foto usang yang selalu dilihat ayahnya.

Hugo tertawa kecil dalam hati. Lucu sekali ...

Kenapa dia tak menyadari ini? Bagaimana bisa ... Hugo tak bisa berkata-kata. Lelaki itu hanya bisa terduduk di ruangan kerja Ayahnya.

Bagaimana bisa Nana adalah saudara perempuannya?

TO BE CONTINUED.

Eheem... Eheem. Gimana nih? Ada komentar?

Satu per satu rahasia telah terbongkar ~

Jangan lupa untuk ikuti Joanuary terus ya! Terimakasih banyak 💖

Best Regards,
Hyemi Park

JOANUARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang