--Suasana haru semakin menjadi. Mereka menantikan keluarnya dokter yang sedang menangani Cakra dan Mila. Rasa cemas semakin dalam, tak henti-hentinya mereka menangis. Bahkan Mama Cakra sempat pingsan saking shock nya.
Beberapa menit kemudian, dokter keluar dari ruang penanganan, lalu mendeskripsikan tentang kondisi mereka saat ini.
"Bagaimana keadaan mereka dok?" Tanya Mama Mila dengan penuh rasa cemas.
"Ada kerusakan fungsi ginjal yang sangat parah pada korban perempuan, kerusakan ini mungkin disebabkan oleh benturan pada pembatas antara jalan raya dengan trotoar yang sangat keras. Sehingga perlu dilakukan transplantasi ginjal agar nyawa korban bisa diselamatkan. Tapi mohon maaf, untuk saat ini kami belum mendapatkan donor ginjal lagi bu. Dan juga terdapat beberapa luka robek yang cukup dalam di bagian kaki pada korban pria, namun masih bisa disembuhkan."
"Ambil ginjal saya dok, sekarang juga saya ingin mendonorkan ginjal saya pada anak saya," (Tangis sang Mama tambah deras setelah mendengar kondisi Mila yang sangat kritis)
"Tidak semudah itu bu, harus melakukan pemeriksaan terlebih dahulu apakah ginjal ibu cocok dengan anak ibu atau tidak."
"Aku ikut ya mah." Ucap Alena memohon.
"Saya juga mau ikut," Mama Cakra pun turut serta.
"Anna juga ikut!"
Mereka berempat pun menuju ke laboratorium untuk tes. Namun sayang, hasilnya nihil, tak ada satupun ginjal mereka yang cocok untuk Mila.
"Lalu bagaimana ini? Dok, tolong lakukan yang terbaik untuk anak saya dok.." (Tangisan Mama semakin pecah, beliau takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada anak kesayangannya itu)
"Kami pasti akan melakukan yang terbaik untuk kesembuhan anak ibu. Setelah ini, anak ibu akan kami pindahkan ke ruang PICU untuk pengobatan yang lebih lagi."
Keadaan semakin menegangkan, mereka bingung harus meminta bantuan pada siapa. Yang bisa dilakukan sang Mama saat ini hanya bisa pasrah sambil menunggu kedatangan suaminya. Beliau harap ginjal sang papa cocok dengan Mila.
--
Cakra dipindahkan ke ruang rawat inap karena lukanya dapat disembuhkan secara bertahap meskipun butuh jangka waktu yang panjang. Ia dipindahkan ke ruang Cempaka 2.
Setelah berjam-jam menunggu, Cakra akhirnya sadar. Sudah ada mama dan kakaknya yang menunggu Cakra dari tadi.
"Cakra?! Alhamdulillah akhirnya kamu bangun nak.." Ucap sang mama lega.
"Mah? Aku kenapa? Terus Mila dimana?"
"E-em, kamu istirahat saja Cakra, jangan mikirin Mila dulu.."
// Cakra berusaha untuk bangun namun ia tak sanggup, karena lukanya masih sangat parah. //
"Eh eh eh, kamu ngapain?!! Nurut mama dongg! Kamu ngga boleh kemana-mana dulu!" Seru Anna.
"Mila baik-baik aja kan kak?"
"Mila.. anu.. e-em.. dia.. dia baik-baik aja kok.."
"Aku tau kakak bohong, aku pengen ketemu sama dia!" (Sambil berusaha bangun lagi)
"Udahlah, kondisi kamu masih kayak gini nak, lagian kamu juga nggak tau ruangan Mila dimana," jelas Mama.
"Tapi Cakra yang udah bikin Mila celaka mah. Cakra mohon ma, izinin Cakra ketemu sama Mila.."
"Besok ya nak, kita tunggu kondisi kamu membaik dulu."
"Tapi Mila nggapapa kan? Dia baik-baik aja kan?"
// Anna dan Mama Cakra terdiam membisu, mereka takut hal ini hanya akan membuat Cakra tambah terluka //
"Mah? Kak? Jawab dong!!"
"M-mila.. Mila kritis nak.. Dia butuh transplantasi ginjal biar bisa sembuh total lagi.."
"Maksud mama?" (Mulai khawatir)
"Kalau Mila tidak mendapatkan donor ginjal dalam waktu yang singkat, maka nyawanya akan terancam."
Hati Cakra hancur sehancur-hancurnya. Ia telah membuat kekasihnya celaka, hingga kini harus mempertaruhkan nyawanya.
"Aku harus cek sekarang juga." (Masih memaksa untuk bangun lagi, dan lagi)
"CAKRA!" Anna sungguh geram melihat adiknya yang terlalu ingin menuruti ambisinya itu.
"Please kakk, Cakra nggak mau Mila kenapa-napa.." (Tetap berusaha untuk bangun dan akhirnya ia bisa duduk juga)
Baru kali ini Cakra menangis lagi setelah sekian tahun menjadi pria yang kuat. Yang ada dipikirannya hanyalah Mila, Mila, dan Mila. Dia tak peduli separah apa luka di tubuhnya, ia hanya ingin bertanggung jawab atas kesalahannya.
'Seandainya malam itu aku tidak memaksanya pergi'
'Seandainya malam itu aku membiarkannya pulang sendiri'
'Seandainya malam itu aku fokus saat di perjalanan'
'Seandainya saat itu aku tidak salah paham dan tetap membalas semua pesan darinya, maka semua ini tidak akan terjadi!!'
Pikiran Cakra dipenuhi oleh rasa bersalah. Jika ia tidak berbuat apa-apa, maka sama saja ia membunuh kekasihnya sendiri secara perlahan.
"Tolong izinin Cakra ma.. Please.."
"Kalo cocok nanti, kamu bakal donorin ginjal kamu untuk Mila?" (Mama Cakra mulai pasrah)
"Iya. Cakra terima apapun resikonya."
"Tapi kakak ngga mau kehilangan kamu Ra.." Anna begitu cemas akan tindakan adiknya itu.
"Cakra ngga peduli. Yang penting Mila harus sembuh!"
Mama Cakra dan Anna sudah pasrah, mereka tidak bisa mengelak dari paksaan Cakra.
◇◇◇
Keadaan begitu sunyi, derai air mata tak kunjung mereda. Hanya ada Mila, mamanya, dan beberapa peralatan hidup yang membantu Mila untuk bertahan.
Sang Mama duduk menemani anak bungsu kesayangannya yang tak kunjung membuka mata. Beliau hanya bisa berdoa dan berharap akan ada seseorang yang rela mendonorkan ginjal untuk anaknya.
"Sayang.. Mama kangen sama kamu.. Yang kuat ya nak, mama yakin kamu pasti bisa sembuh.."
Sesering apapun beliau berbisik pada Mila pun tetap tidak akan bisa merubah keadaan. Mila tak akan sadar sebelum ada yang mendonorkan ginjal kepadanya.
// Alena datang menghampiri Mamanya //
"Mah, tante Asih mau ngomong sesuatu" (Asih = Mamanya Cakra)
Mama Mila keluar dengan rasa tidak terima. Seandainya malam itu Mila tidak ikut pergi, semuai ini pasti tidak akan terjadi.
"Mau apa kamu kesini?! Bagaimana bisa luka anak saya lebih parah daripada anak kamu?! Jika bukan karena anak kamu, Mila tidak akan pergi dan tidak akan mengalami ini!!"
"Tolong tenang dulu Ratih, aku sudah menemukan pendonor yang ginjalnya cocok dengan Mila.."
"Benarkah?!"
TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
Bring Me Back [COMPLETED]
Teen FictionHai, namaku Mila. Kata orang-orang, masalah itu untuk dihadapi, bukan dihindari. Tapi bagiku, masalah itu lebih baik jika dinikmati saja. Karena semua yang indah akan datang dengan sendirinya. Namun, seiring berjalannya waktu, banyak yang berubah da...