#21 Kebanyakan Drama

39 6 1
                                    

Hari Rabu, setelah pulang sekolah, Cakra mengantarku pulang dan berniat untuk bertemu dengan kakak dan mama. Tapi lagi-lagi mereka tidak ada dirumah, pintunya dikunci.. mungkin mama masih di kantor, dan kakak entah kemana. Dia belum menghubungiku sama sekali.

Aku berniat untuk masuk, tapi ternyata aku tidak menemukan tanda-tanda kunci di sekitar. 'Ini gimana sih, malah dikunciin? kakak gaada akhlak☹' batinku kesal.

          "Kenapa Mil?" Tanya Cakra.

          "Pintunya dikunci, dan kayaknya kuncinya dibawa kak alena," ucapku dengan raut muka sebal.

          "Jalan-jalan aja yuk"

          "Kemana?"

          "Udah, ikut aja ayok."

.
.
.
.

Lagi-lagi, aku memeluk erat tubuh Cakra, diatas motor tua yang kami tumpangi.

          "Mila, kamu tau nggak?" Tanya Cakra yang terlihat ingin menceritakan sesuatu.

          "Apa?"

          "Motor ini ada banyak kenangannya loh, dan sekarang kenangannya nambah satu karena ada kamu"

          "Kenapa begitu?"

          "Motor ini, adalah motor yang paling lama bertahan diantara yang lainnya. Jadi, bukan sembarang orang bisa menaiki motor ini"

          "Jadi maksud kamu, aku spesial gitu?" Tanyaku yang sebenarnya sudah mengetahui jawabannya apa.

          "Menurut kamu?"

.
.
.

Perbandingan Cakra dengan Dito cukup jauh.  Entah bagaimana bisa dulu aku menerima Dito dengan masa perkenalan yang se-singkat itu. Padahal, dulu Dito juga nggak ada romantis-romantisnya.
.
.
.
Ternyata, Cakra mengajakku ke alun-alun. Banyak pedagang kaki lima yang berjualan disana. Membuat pikiranku kembali berkelana ke masa Sekolah Dasar.

          "Seneng ya, lihat mereka semua bahagia. Nggak ada yang dagangannya sepi," ucap Cakra dengan memperlihatkan senyum bahagianya.

          "Iya, Tuhan itu adil," jawabku.

          "Ngomong-ngomong, kamu gapapa kan aku ajak kesini?"

          "Ya gapapa lah, kenapa enggak?"

          "Biasanya kan, kebanyakan cewe mintanya yang aneh aneh"

          "Kenapa harus mewah kalo sederhana saja sudah indah?"

Cakra hanya tersenyum lega mendengar jawabanku tadi.

Setelah sedikit berjalan, kami pun duduk sejenak. Ada hal yang ingin Cakra ceritakan kepadaku.

          "Mila, sebenarnya ada banyak hal yang kamu belum tahu dari aku, dan memang sengaja aku rahasiakan," ucap Cakra dengan sedikit lemas.

          "Tentang apa?"

          "Kehidupan aku yang penuh dengan drama. Bahkan, hidup aku lebih rumit dari kamu."

          "Tolong ceritain semua ke aku. Siapa tau aku bisa bantuin"

          "Enggak Mila, kamu nggak akan bisa bantu apa-apa."

Aku mendengarkan cerita dari Cakra sampai tuntas. Dan benar saja, masalah keluarganya lebih rumit.

Yang pertama, Mama Cakra bernasib sama dengan mamaku, ditinggalkan oleh suaminya. Mama Cakra menikah dengan duda muda beranak satu, dan setelah 11 tahun menikah, mereka bercerai.

Kedua, Dia pindahan dari Tangerang, satu daerah sama kakak. Untuk bagian ini, aku sudah tau dari Gea. Dan aku juga sempat berfikir, jangan-jangan keluarga Cakra ada hubungannya sama keluarga kakak. Cakra nggak bilang sama sekali siapa nama kakaknya, dan bodohnya lagi, aku nggak nanya.

Ketiga, ternyata kak Anna bukan kakak kandung Cakra. Kak Anna ini adalah anak satu-satunya dari kakaknya mama Cakra. Orang tua kak Anna meninggal karena kecelakaan yang cukup parah saat kak Anna masih berumur 9 tahun. Karena kasihan, akhirnya mama Cakra mengangkat kak Anna menjadi anaknya, saat Cakra berusia 7 bulan dalam kandungan ibunya, dan setelah 2 tahun menjalin rumah tangga. Sayangnya, suami dan anak tirinya kurang menerima kak Anna.

Keempat, orang tua cakra pisah karena semakin lama, anak anak mereka semakin kacau. Mama Cakra hamil lagi saat Cakra berusia 4 tahun. Bisa dibayangkan, bagaimana hebatnya para bocah kalo soal bully membully. Kakak tiri Cakra menjadi pihak paling berkuasa disini. Sedangkan Cakra lebih membela kak anna. Cakra dan kak Anna jadi korban bully nya. Karena hal ini, orang tua mereka pun sering bertengkar. Gila sih, kebanyakan drama emang.

Kakak tiri Cakra dan adiknya ikut dengan ayahnya, lalu Kak Anna dan Cakra ikut mamanya. Setelah berpisah, keluarga Cakra menyewa kontrakan kecil untuk mereka singgah sampai cakra tamat SMP.

Dan cerita pun selesai.

          "Dan pada dasarnya, aku sama keluargaku bakal tetep ngerahasiain ini.. jadi tentang papaku yang dari kemarin 'nggak pernah' ada itu emang 'nggak akan' ada lagi.."

          "Aku ngertiin kok.."

          "Aku nggak akan pernah maafin mereka berdua," geram Cakra.
.
.
.
Kami menghabiskan waktu disana untuk membeli banyak jajanan, ketawa bareng, suap-suapan es krim. Entah mengapa aku benar-benar bahagia dengan semua ini
.
.
Tak terasa, hari sudah mulai redup. Kami pun bergegas pulang.

Kakak dan mama sepertinya sudah dirumah, namun karena sudah terlalu larut, Cakra mengurungkan niatnya lagi untuk bertemu mama dan kakak.
.
.
Malam ini, aku dan kak alena yang memasak untuk makan malam. Cukup rempong, kakak sih yang kebanyakan bacot.  Aku sempat tanya ke kakak, jadi pulang atau tidak, dan jawabannya,

          "Kak, Senin jadi pulang?" Tanyaku yang berharap kakak masih tinggal lama disini.

          "Kayaknya masih males deh ketemu sama ayah. Kemungkinan sih mau nambah seminggu atau dua minggu lagi disini, mumpung liburnya masih lama juga"

          'Huft alhamdulillah' batinku lega.

Aku rasa, mama memang belum puas bersenang-senang dengan kakak. Syukurlah, dia masih lama disini..

TBC...

Bring Me Back [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang