Part 3

311 13 0
                                    

"Ish bu Wati kejam banget. Masa suruh nyelesain 20 soal yg belum dijelasin dalam waktu setengah jam. Yg bener aja?" gerutu ku dalam hati.
Aku memandang ke kiri kanan

"Mirisnya aku, sendirian diluar kelas. Dilapangan ga ada yg lagi olahraga, coba kalo ada kan bisa sekalian cuci mata, liatin cogan-cogan gitu" gumamku.

Tiba-tiba pandanganku mengarah ke gazebo pinggir lapangan yang sepertinya disekitar gazebo itu ada beberapa siswa yang sedang melukis. Ah mungkin pelajaran seni budaya gitu.

Dan pandanganku menangkap 2 siswa yg lagi mojok saat teman-temannya ngumpul disekitar gazebo. Ka Andra. Iya itu ka Andra. Dia mojok sama cewek. Pasti itu pacarnya. Untunglah mataku ga rabun jadi aku bisa dengan jelas mengamati mantan terlaknat ku itu.

Melihat mereka yang bermesraan sambil pegang-pegangan tangan membuat tanganku ikut mengepal.

"Aku benci sama kakak. Bencii sangat benciiiiii" teriakku dalam hati.

Karena mengamati 2 makhluk laknat itu aku sampai ga sadar waktu aku buat ngerjain soal udah hampir habis. Sekilas aku melihat Ka Andra dan pacarnya itu mulai memasuki kelasnya. Aku menarik nafas lega.

"Untunglah mereka pergi. Coba kalo nggak, bisa kulabrak mereka kalo kesabaranku habis" gumamku.

"Duh ini ngerjainnya gimanaaa aku ga pahamm. Aaaaa bunda bantuin aku" keluhku yang mungkin bisa didengar orang. Tiba-tiba,

"Kamu kenapa? Perlu kakak bantu?" tanya seseorang. Aku menoleh.

"Eh nggak, ga usah" tolakku sopan karena merasa malu. Cowok itu tersenyum menampilkan deretan gigi nya yg putih. Astaga dia sangat tampan.

"Kok wajahnya kek ga asing ya" batinku.

"Yakin ga mau dibantu. Tadi kakak denger kamu butuh bantuan" ujarnya.

"Kok dia nyebut dirinya kakak? Apa dia kakel?" Batinku.

"Hey, kamu denger kakak kan?" tanyanya lagi.

"Ehe, iya kak" jawabku kikuk.

"Kamu kok pake masker? Sakit ya?" tanyanya.

"Eh,iya aku lagi agak batuk" jawabku.

Padahal nggak, kan aku pake masker biar ka Andra ga melihat dan mengenaliku disini:v

"Ouh kalo lagi sakit mending tadi ga usah sekolah aja" sarannya.

"Ish santai aja kali ka, cuma batuk doang" jawabku.

"Kamu ngapain ngerjain tugas di luar sini?" tanyanya. Aku menarik kasar nafasku.

"Dihukum" jawabku singkat.

"Kakak sendiri ngapain diluar kelas?" tanyaku balik.

"Ouh kakak tadi habis dari toilet. Eh iya nama kamu siapa?" tanyanya.

"Namaku Ul..." seketika ucapanku terpotong saat melihat sosok menyeramkan bu Wati yang tepat dibelakang kakel itu.

"Ekhemm,," kakel tadi pun menoleh.

"Kamu itu ga ada kerjaan lain ya? Sana balik kekelas mu!" perintah bu Wati.

"I...iya bu" ujar kakel itu seraya pergi.

"Dan kamu, disuruh ngerjain malah ngobrol sama murid tadi. Mana sudah sampai nomor berapa?" tanya beliau.
Aku menyodorkan buku tulisku.

"Apa ini? Kamu belum ngerjain apa-apa?" tanyanya

"Bu saya ga paham" jujurku.

"Ya sudah jam ibu tinggal beberapa menit lagi. Kamu bawa pulang tugasnya, kerjain sampai nomor 50. Lusa kumpul ke meja ibu" perintah ibu nya.

Dear MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang