"Kalian ngapain......." teriak orang itu yg membuat wajahku dan ka Andra seketika memucat.
Lantas ka Andra pun melepaskan kedua tangannya yg dari tadi mengurung tubuhku di pojok dinding.
"Kalian ngapain, Hah?!" tegur ka Sarah yg merupakan salah satu anak OSIS juga.
"Sarah, ini ga seperti yg kamu lihat, aku tak melakukan apa-apa padanya. Aku tak menyentuhnya sama sekali" bela ka Andra.
Dengan cepat aku berlari dan sembunyi ke belakang ka Sarah.
"Ka... a....aku takut" tuturku sedikit gemetar karena takut.
"Iya udah gapapa, kamu aman sekarang" tenangnya.
"Kamu apain dia tadi sampai dia ketakutan gitu?! Jangan-jangan kamu mau berbuat mesum ke dia?!" tanya ka Sarah tegas.
"Sumpah aku ga nyentuh dia dan ga berniat ngapa-ngapain dia. Itu ga seperti yg kamu lihat" bela ka Andra lagi.
"Aku ga nyangka, sekretaris OSIS kaya kamu berani melakukan hal seperti itu pada adik kelasmu sendiri! Kamu harus diberi hukuman, Andra! Bu kepsek harus tau apa yg kamu perbuat pada Ulfa" ujarnya seraya menarik lenganku dan hendak membawaku pergi.
Aku berpikir sejenak. Memang sih ka Andra ga ngapa-ngapain aku tadi, belum. Aku juga ga tau kalo ka Sarah ga dateng apa yg bakal dia perbuat padaku. Tapi kalo sampai guru-guru tau akan timbul masalah.
Baru aja kemaren aku dan ka Andra berulah, masa sekarang juga sih? Aku kan ga mau ganggu ketenangan liburan anak-anak yg lain. Lagian kalo sampai ka Andra dihukum gitu, siapa tau ntar dia dendam sama aku dan malah makin mengusikku.
"Ka Sarah, ka Andra ga ngapa-ngapain aku, dia ga nyentuh aku kok" belaku seraya mencegatnya untuk membawaku pergi.
"Ulfa, kamu ga usah takut buat jujur. Kamu bilang apa yg sudah diperbuat Andra ke kamu tadi" balasnya.
"Ka beneran, ka Andra ga ngapa-ngapain aku tadi. Tolong jangan diperpanjang masalah ini ya. Jangan beritau guru-guru. Ini cuma salah paham" jelasku yg padahal aku sendiri tak tau benar atau tidak.
"Fa kamu ga usah bela dia. Kakak liat sendiri dia berusaha deketin kamu dan kakak liat reaksi ketakutan kamu tadi" balasnya lagi.
"Tapi aku beneran ga di apa-apain sama ka Andra. Please ka, jangan beritau guru-guru. Aku ga mau ngerusak liburan ini. Sudah cukup kemaren kami berulah, kali ini ga usah di sebarin ka, ka Andra bener-bener ga ngapa-ngapain aku" pintaku.
Sejujurnya aku ingin sekali ka Andra dilaporkan. Paling nggak dia ga bakal ganggu aku lagi. Namun aku mengingat bahwa baru saja kemaren kami berulah. Ya itu, nyasar dan hilang.
"Beneran, kamu yakin ga di apa-apain sama Andra?" tanyanya lagi. Aku mengangguk. Namun anehnya dia langsung pergi begitu saja.
Setelah itu hanya ada aku dan ka Andra di kamar itu. Kami saling diam.
"Fa......." panggilnya.
"Lebih baik kakak pergi sekarang, aku ga mau melihat kakak lagi" ujarku ketus tanpa melihat sedikitpun kearahnya.
"Ta....tapi Fa, kakak....." ucapannya terpotong olehku.
"Pergi!" teriakku.
Diapun kemudian berlalu keluar kamar. Setelah kupastikan dia tak ada, aku segera mengunci pintu kamarku.
"Arghhh..... Untung aja ka Andra tadi ga macem-macem sama aku. Padahal aku udh bayangin apa yg akan dia lakukan padaku dari gerak-geriknya. Huft....untung aja" batinku.
.
."Kamu liat handuk ku gak Fa?" tanya Syifa ditengah-tengah dia berkemas.
Aku menggeleng pelan "Entah" jawabku singkat sembari membaca novel offline mengingat dari tadi siang ga ada jaringan. Untung aku udah banyak nyimpan stok cerita offline, jadi aku bisa baca kapanpun tanpa peduli kalo gada jaringan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Mantan
Teen FictionGimana rasanya kalo kita dipertemukan lagi sama mantan pacar yg sudah ninggalin kita tanpa kejelasan. Apalagi dia sering memamerkan kemesraan dgn pacar barunya didepan kita! Gimana kalo pada akhirnya kita ternyata menikah dengan nya, padahal kita sa...