Part 37

107 5 0
                                    

"M..maksud kakak?"

"Kamu benar, ucapan nenek itu ga ada salahnya. Pernikahan kita kan memang tak akan terjadi" jawabnya dengan senyuman kaku namun tergambar bahwa dia sedih akan hal itu.

"Kakak ini ngomong apa sih? Udah ga usah bahas nenek itu!" tegas Ulfa.

"Fa, kakak mau menyampaikan terima kasih yg sebesar-besarnya sama kamu. Kamu sudah mau jadi teman hidup kakak selama 10 tahun terakhir. Jujur hidup kakak sangat berwarna saat kamu telah hadir disana. Terima kasih, Ulfa.

Kakak juga mau minta maaf atas kesalahan kakak selama ini. Siapa tau diam-diam kamu ada kesal dengan sikap kakak. Kakak sangat minta maaf.

Jujur kakak ingin bersama denganmu hingga hari tua kakak. Tapi, sepertinya takdir tak mengizinkan kita untuk bersama, ya. Takdir hanya mengizinkan kakak untuk bersama denganmu selama 10 tahun terakhir. Tidak lebih. Namun, itu sudah cukup bagi kakak mengingat banyak hal indah yg sudah kita lalui selama ini.

Ulfa, kamu adalah orang yg sangat berarti dalam hidup kakak. Jujur kakak sangat ingin menikahimu, tapi kakak tidak bisa..." ucapannya terpotong.

"Kenapa tidak bisa ka? Apa maksud kakak tadi? Takdir hanya mengizinkan kita bersama selama 10 tahun? Itu ga bener. Setelah ini kita akan menikah ka! Inget tinggal 2 minggu aja lagi..." jelasnya.

"Tapi kakak ga bisa, Fa, kakak hanya berpesan semoga kamu mendapatkan sosok lelaki yg lebih baik dari kakak. Kakak harap lelaki itu dapat memberikan cinta yg lebih dari apa yg kakak berikan padamu...-"

"Kenapa kakak doain aku mendapatkan lelaki lain?! Aku hanya mau bersama dengan kakak. Dan asal kakak tau ga ada lelaki lain yg bisa memberikan cinta yg lebih besar dari kakak....-"

"Ayah....ibu....kemari.." panggil Sandy

Ayah dan ibunya Sandy yg sedari tadi mematung langsung menghampiri anak semata wayang mereka itu.

"Kamu gapapa kan, Nak?" tanya Ayahnya khawatir.

"Sandy gapapa kok... Sandy kan anak yg kuat" jawabnya dengan senyuman kaku namun dapat mereka bertiga rasakan bahwa dia tengah menahan rasa sakit yg luar biasa. Bagaimana tidak? Seluruh tubuhnya hampir hancur namun dia masih dapat berinteraksi dengan mereka.

"Ayah...ibu...maafin Sandy kalau selama ini Sandy suka nyusahin kalian. Maafin Sandy...."

"Nggak, Nak nggak, kamu justru penyemangat hidup kami. Kamu adalah kebanggan kami" jawab ibunya sembari mengusap pelan pipi Sandy.

"Sandy lega mendengarnya. Tapi tetap saja Sandy minta maaf kalo Sandy ada salah sama kalian. Oh iya Ayah, ibu tolong jaga Ulfa ya. Sayangi Ulfa seperti kalian menyayangi Sandy. Semoga Ulfa dapat menjadi pengganti bagi kalian setelah kepergian Sandy nanti...-"

"Sandy, kamu ini ngomong apa sih? Kamu mau pergi kemana?" tanya ayahnya dengan berlinang air mata karena sepertinya paham maksud putranya tersebut.

"Ulfa.... Kemarilah," Sandy memberi arahan agar Ulfa mendekatinya.

Ulfa mendekatkan wajahnya kearah Sandy. Kemudian Sandy mengecup pelan keningnya.

"Kamu wanita kedua yg sangat berarti setelah ibuku. Terima kasih atas semuanya. Maaf kakak ga bisa nepatin janji kakak untuk menikahimu. Kakak akan selalu mendoakan agar setelah ini kamu mendapatkan lelaki yg lebih baik dari kakak. Kakak sangat mencintaimu, terima kasih pernah hadir dan mewarnai hari-hari dihidup kakak, i love you Ulfa Fitria Hanifa......-" satu kecupan terakhir yg diberikannya pada Ulfa hingga suasana seketika hening.

"Aku juga mencintaimu kak," balas Ulfa. Namun tak ada respon dari Sandy. Ulfa menatap matanya yg terpejam.

"Ka... Ka Sandy.... Kakak kenapa? Ka bangun kak!" Ulfa berusaha menguncang pelan tubuh Sandy.

Dear MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang