Part 22

98 5 0
                                    

"Hah?!" tanyaku bingung.

"Kakak ngajakin aku kesini? Jauh dari rombongan cuma buat duduk dipasiran? Emang pasir sana ga cukup? Atau kurang bagus?" omelku kesal seraya menunjuk ke arah kawasan pantai tempat kumpulan anak-anak sekolah kami.

"Disana rame, ga nyaman" jawabnya singkat.

"Kalo ga nyaman, ngapain ngajakin aku? Kakak bisa kesini sendiri kan? Gangguin orang santai aja" keluhku seraya ingin beranjak pergi.

"Karena kakak mau ngobrol berdua sama kamu" jawabnya dengan tatapan mata yg serius. Dia menatap lekat ke arahku yg membuat tubuhku seakan-akan membeku. Jantungku berdetak lebih kencang. Tatapan ini.....serasa seperti saat-saat kami masih pacaran dulu. Aku mencoba membuka suara.

"Kalo kakak mau ngobrol berdua sama aku, ga usah bawa-bawa aku kesini, ntar apa kata orang" ujarku sedikit gemetar.

"Orang yg mana? Siapa?" tanyanya. Aku hanya terdiam.

"Ayo duduk," perintahnya lembut. Akupun menurut dan duduk tepat disebelahnya.

Suasana masih hening. Hanya terdengar suara lembut ombak-ombak yg menari didepan kami dan sedikit teriakan yg terdengar dari arah rombongan sekolahku yg berada agak jauh dari posisi kami duduk sekarang.

Hening.

"Ma...mau ngomong apa?" tanyaku untuk memecah keheningan.

"Fa, pernah nggak kamu maafin orang yg sudah bener-bener nyakitin kamu?" tanyanya.

Aku bingung. "Maksudnya gimana?" tanyaku balik.

"Pernah nggak kamu berpikir untuk maafin kakak?" tanyanya lagi.

Aku tersenyum. "Aku sudah lama kok maafin kakak" jawabku singkat.

"Ouh gitu, bagus lah" balasnya. Akupun mengangguk.

"Fa kamu tau gak sejak kakak tau kamu berada disekolah yg sama dengan kakak, setiap kali melihatmu kakak selalu merasa bersalah" tuturnya.

"Kakak selalu berfikir apa yg kamu rasakan dulu saat kakak dengan mudahnya mengatakan kalau kakak ingin putus denganmu dulu apalagi itu kakak putuskan tanpa tatap muka langsung denganmu.

Jujur setiap kali melihatmu kakak selalu bertanya-tanya, bisakah kita memulainya lagi dari awal dan kakak berjanji tak akan pernah menyakitimu" saat dia mengatakan itu aku mulai terpancing.

"Jujur, setelah tau kamu sudah berpacaran dengan Sandy beberapa bulan yg lalu, kakak sangat cemburu melihat kalian bersama" lanjutnya.

"Hah?!" sela ku

"Kakak menyadari sejak awal study tour ini, kakak sepertinya ingin memperbaiki segalanya yg sudah kakak rusak dulu, sama kamu. apalagi setelah kita nyasar berdua kemaren, kakak jadi yakin kalau kakak masih memiliki perasaan sama kamu dan berharap kita bisa memperbaiki semua yg sudah kakak rusak dulu" aku menoleh.

"Fa....." dia menggenggam tanganku.

"Apa kita bisa balikan seperti dulu lagi? Kakak janji akan memperbaiki segalanya. Kakak tak akan menyakitimu lagi. Kakak janji" tuturnya.

Seketika amarahku memuncak. Namun aku ingin menyerangnya pelan-pelan.

"Lalu ka Riana gimana?" tanyaku setenang mungkin.

"Kakak bisa urus itu. Yg penting kakak mau jawabanmu dulu. Kamu mau kan balikan sama kakak lagi?" tanyanya lagi.

"Kalau aku mau?" aku berusaha memancingnya.

"Aku akan minta putus sama Riana" jawabnya santai tanpa merasa berdosa.

"Sudah kuduga" batinku

Dear MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang