"Bunda..." panggil Ulfa saat melihat bundanya duduk termenung di kursi taman. Ya, posisi ruang BK itu berada di dekat taman.
"Bunda, Ulfa ga bermaksud begitu. Ulfa bukannya membela ka Andra, tapi," ucapannya terpotong.
"Sayang, bunda itu ingin keadilan buat putri bunda. Kamu hampir mati loh sayang! Apa kamu sadar?! Dia hampir membunuhmu! Bunda hampir saja kehilangan anak gadis bunda karena sikap dia dan kamu masih ingin membelanya?! Jika kita tak memberinya hukuman yg setimpal, dia bisa tidak jera dan bagaimana jika dia mengulangi itu lagi? Bunda ga mau, sayang" tutur bunda.
"Bukan gitu, bun. Ulfa ngerti bunda cuma mau yg terbaik buat Ulfa, tapi kalau kita membalasnya, dia bisa dendam bun, dan bisa jadi dia terus-terus an mengusik Ulfa. Lagian Ulfa udah maafin juga" balas Ulfa.
"Apa? Kamu masih belum mengerti juga? Justru itu, bunda ingin dia dipenjara! Dengan itu dia tak akan mengusikmu lagi!" tegas bunda.
"Penjara? Nggak, bun, nggak. Jangan memperpanjang masalah ini. Kita maafin mereka aja ya, kita selesaikan secara damai. Ulfa yakin Ka Andra ga akan ganggu Ulfa lagi karena merasa berhutang budi" jelasnya.
"Fa, ini ga semudah yg kamu pikirkan. Kita ga tau apakah dia masih memikirkan tentang balas budi, atau apalah itu. Pokoknya bunda mau bawa masalah ini ke jalur hukum!" tegas bunda.
"Apa? Jalur hukum? Yg bener aja bun? Buat apa? Ga ada untungnya juga kan buat kita?" tanya Ulfa.
"Bunda ga peduli. Pokoknya bunda akan kesana dan mengajukan masalah ini ke jalur hukum!" putus bunda.
"Bun, tapi....." ucapannya terpotong.
"Bu, Ulfa, ayo kembali ke ruang BK, kita selesaikan masalah ini baik-baik" sahut pak Anton.
"Nggak ada baik-baik! Pak, saya mau membawa masalah ini ke jalur hukum! Apa-apaan kalian ini? Masa memutuskan hukuman cuma seperti itu. Saya pikir dia akan mendapat hukuman yg setimpal, eh kalian malah cuma ngeluarin dia gitu aja. Kalian bisa jamin gak diluar nanti Andra tak akan melukai putri saya?!" omel bunda.
"Bun, sabar. Ini bisa dibicarain baik-baik" tenang Ulfa.
"Iya bu, kalau mau debat, kita ke ruang BK aja, jangan disini, malu diliatin murid-murid" ujar pak Antom seraya memandang sekeliling yg terdapat beberapa siswa yg menyaksikan mereka.
Karena kesal, bunda berjalan angkuh mendahului mereka berdua.
.
."Bu, lebih baik jangan ninggalin sidang begitu. Kalau gitu kita ga bisa memutuskan yg terbaik buat masalah ini" jelas bu kepsek.
"Sidang? Sidang apaan ini? Orang dari tadi kita ga ada bahas masalah ini sama-sama. Hanya Kalian yg memutuskan hukuman buat Andra tanpa melibatkan saya dan suami saya. Apalagi hukuman itu sangat tidak adil menurut saya" keluh Bunda.
"Bun, sabar, bun" tenang ayah.
"Gimana mau sabar, yah! Liat hukuman apa yg mereka berikan buat Andra yg berusaha membunuh anak kita. Itu sangat tidak adil!" omel bunda lagi.
"Bu, tenang, bukannya kami tak ingin melibatkan kalian dalam memutuskan ini. Tapi menurut kami, hukuman itu sudah cukup untuk Andra mengingat usianya masih dibawah umur" jelas bu kepsek.
"Saya ga peduli! Pokoknya saya mau Andra masuk penjara! Kalau tidak, saya akan menuntut sekolah ini!!" Ancam bunda.
"Bunda, tenang, kita bisa selesain baik-baik, ga perlu melibatkan jalur hukum gitu" tenang ayah.
"Ayah ini gimana sih? Fa, sayang kamu setuju juga kan kalo Andra dijebloskan kedalam penjara?" tanya Bunda pada Ulfa
"Bun, jangankan memasukkan ka Andra ke penjara, Ulfa aja ga setuju kalau ka Andra dikeluarkan dari sekolah ini. Ulfa cuma mau kita semua menyelesaikan ini secara damai" jawab Ulfa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Mantan
Teen FictionGimana rasanya kalo kita dipertemukan lagi sama mantan pacar yg sudah ninggalin kita tanpa kejelasan. Apalagi dia sering memamerkan kemesraan dgn pacar barunya didepan kita! Gimana kalo pada akhirnya kita ternyata menikah dengan nya, padahal kita sa...