Part 39

90 5 0
                                    

"Nenek........ Bisa keluar dari pulau itu saat ada kapal penyelamat yg kebetulan singgah dipulau itu. Para awak kapal itu sepertinya tak sengaja mampir dan melihat-lihat pulau yg kami tempati saat itu. Mungkin pulau kecil kami itu terlihat sangat bersih dan indah karena selalu kami rawat. Nah saat itu para awak kapal menemukan kami di dalam gubuk dan mencoba menyelamatkan kami.

Dan kebetulan juga saat itu beberapa hari yg lalu Alin penyakitnya mulai kambuh dan kami sulit mengobatinya. Setelah kami bertiga berunding, kami memutuskan untuk meninggalkan kehidupan terisolasi kami yg sudah kami jalani kurang lebih 12 tahun.

Jadi para tim penyelamat itu memulangkan kami ketempat asal kami masing-masing. Kedua gadis yg sudah nenek anggap sebagai putri nenek sendiri kembali ke kota asalnya di Semarang. Nenek pun diantarkan kemari dan di tempatkan di panti jompo kota ini. Mengingat nenek belum siap untuk menemui keluarga Sandy dan nenek pun tak memiliki penghasilan untuk menyambung hidup secara mandiri" jelasnya sembari menitihkan air mata.

Akupun merasakan bagaimana kesedihan nenek ini karena harus berpisah dengan orang-orang yg telah menyelamatkan nyawanya.

Kurasa dari cerita nenek ini aku percaya bahwa nenek ini benar-benar nenek ka Sandy yg dikira meninggal. Aku bisa membaca wajahnya selama bercerita dari tadi. Kurasa dia menceritakan dengan sejujur-jujurnya.

Dalam hati kecilku aku agak bahagia. Setidaknya walaupun keluarga ka Sandy telah kehilangan dirinya, namun nenek mereka telah muncul. Setidaknya ini akan sedikit mengalihkan rasa kehilangan keluarga itu.

"Jadi selama ini nenek sudah berada didekat keluarga nenek sendiri? Apa nenek ga rindu dengan mereka?" tanyaku

"Nenek sangat-sangat rindu dengan mereka, terlebih pada Sandy, cucu nenek yg sangat nenek sayangi. Tapi saat itu nenek belum siap bertemu mereka. Entah kenapa nenek lebih senang jika mereka menganggap nenek telah tiada" jelas beliau seraya tersenyum kecut.

"Makanya untuk melepas kerinduan, nenek hanya mengawasi dari jauh semua anggota keluarga Sandy, baik ayahnya, ibunya, dan anak-anak nenek yg lain, termasuk Sandy. Nenek pun mulai mengawasi kalian dan nenek tau Sandy bersama dengan wanita yg baik seperti kamu. Nenek sudah tau banyak tentang kamu. Apalagi saat tau kalian akan menikah. Nenek sangat bahagia, nenek........-" ucapannya kupotong.

"Lalu yg nenek bilang nenek melihat kalau kami tak akan hidup bersama karena ka Sandy akan meninggal itu gimana ceritanya, nek?" tanyaku dengan mata yg mulai berkaca-kaca.

"Nenek juga ga ngerti, Fa. Sejak nenek tau kalian akan melangsungkan pernikahan, setiap malam nenek selalu bermimpi Sandy tertabrak truk.

Dan ternyata benar kan? Sandy meninggal karena....... Terlindas truk. Mimpi itu setiap malam selalu saja sama, kadang ada sepintas terlihat kalian semua menangis di atas makam yg bernisan nama Sandy.

Jujur setelah itu nenek mulai mengawasi kalian lebih ketat lagi. Siapa tau nenek bisa mencegah kalau-kalau hal itu akan terjadi. Anggapannya seperti kejadian dipantai itu, nenek berusaha menyelamatkannya dari maut walaupun lain nenek yg menyelamatkannya secara langsung, paling tidak dengan nenek melompat ke laut memancing perhatian orang-orang dan bisa menyelamatkan Sandy.

Namun untuk kali ini nenek ga bisa menyelamtkannya. Nenek menyesal sekali....." jelasnya panjang lebar disambung tangisan yg cukup kencang. Akupun segera menopang kepala nenek ka Sandy itu dibahuku. Membiarkan beliau melepaskan kesedihannya.

"Nek, sudah jangan nangis lagi. Nanti ka Sandy sedih loh kalo liat nenek begini" ujarku menenangkannya. Jujur akupun sebenarnya juga sangat sedih. Namun aku kan berusaha terlihat tegar.

"Lalu nenek mau apa sekarang? Mau minta aku buat nemuin nenek sama keluarga ka Sandy?" tanyaku

"Jangan! Jangan sekarang! Nenek masih belum siap" balasnya panik.

Dear MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang