***
Rose membaca secarik kertas yang Lisa berikan padanya. Kertas itu sudah kusut sejak keluar dari saku jaket Lisa hingga gadis itu perlu meluruskannya dulu sebelum mulai membaca isinya. "Woah... Ini baru misi kedua? Bagaimana dengan misi kesepuluh nanti? Kalian mungkin akan melawan rapper sekelas PSY atau GDTOP," komentar Rose setelah ia membaca tulisan di kertas itu.
Malam ini, sudah lewat tengah malam, Lisa berkunjung ke rumah Rose. Suasana hatinya yang tidak begitu baik membuatnya tidak ingin pulang dan tidur sendirian di rumah. Lisa yakin ia akan menangis semalaman kalau harus menghabiskan waktu sendirian di rumah. Ia sangat merindukan Jiyong, ia pun sangat kesal karena terlalu iri pada Stella Jang yang bahkan tidak melakukan apapun. Malam ini, Lisa membenci dirinya sendiri. Malam ini, Lisa membenci semua bisikan yang muncul di kepalanya.
"Jadi kau akan melawan Hyolyn eonni?" tanya Rose dan Lisa menganggukan kepalanya. "Kenapa kau memilih Hyolyn eonni? Kenapa tidak melawan Twice saja? Atau Bobby oppa saja?"
"Gray oppa bilang aku penari terbaik di antara mereka dan dia merekomendasikanku untuk melawan Hyolyn eonni," cerita Lisa tapi Rose tidak mempercayainya. Rose pikir, Lisa sengaja memilih Hyolyn karena ia ingin lebih baik dari Stella Jang– karena di misi pertama tadi, Lisa kalah dari Stella. "Sungguhan! Aku dapat giliran terakhir untuk memilih karena hanya dapat enam O. Sebenarnya Suga dapat lima O tapi Jaeduck oppa yang dapat sembilan O menaruh Suga di tim satu, melawan Twice. Katanya idol harus dilawan dengan idol. Padahal aku juga idol, sebenarnya apa yang dipikirkan Jaeduck oppa? Augh! Menjengkelkan! Aku yakin aku pasti kalah," rengek Lisa.
Padahal saat pembagian misi tadi ia begitu bersemangat. Ia begitu percaya diri juga begitu yakin kalau ia akan menang melawan Hyolyn. Di depan Dindin dan sembilan peserta lainnya tadi, Lisa bisa luar biasa percaya diri. Tadi ia bahkan bisa membicarakan beberapa konsep yang mungkin berhasil mengalahkan Hyolyn.
"Tapi Minggu depan aku, Jennie dan Jisoo eonni akan jadi panelisnya. Aku akan mendukungmu, aku janji. Aku akan memilihmu, pasti," ucap Rose, memberi semangat walau Lisa tetap menghela nafas karenanya. "Tapi aku penasaran, antara Bobby oppa dan Stella Jang, kira-kira siapa yang akan menang?"
"Aku tidak akan terlalu terkejut kalau Stella yang menang. Dia bisa merubah lagunya di tengah-tengah penampilannya. Karena dia memainkan alat musiknya sendiri, dia jadi sangat bebas. Kalau dia bukan mantan kekasih Jiyong oppa, aku pasti mau berteman dengannya," cerita Lisa.
"Kenapa kau tidak mau berteman dengannya? Tapi memperhatikannya seperti orang bermuka dua? Aku yakin kau tersenyum dan tertawa di depannya," tanya Rose kemudian, mengungkapkan apa yang sebenarnya Lisa pikirkan tentang dirinya sendiri.
Lisa tidak tahu. Hanya karena ia tahu kalau Stella dan Jiyong pernah punya sebuah hubungan romantis, ia tidak menyukai Stella. Ada kecemburuan tanpa dasar yang membuatnya merasa begitu. Ada kecemburuan tanpa alasan yang membuatnya ingin menjauhi sekaligus mengetahui semua tentang Stella. Tanpa alasan Lisa ingin tahu bagaimana cara Stella itu memperlakukan Jiyong, bagaimana cara mereka berkencan dan alasan mereka harus putus, apakah Jiyong yang Stella kencani sama dengan Jiyong yang ia kencani? Lisa ingin tahu semuanya, tapi ia juga tahu kalau semua itu hanya akan melukai dirinya sendiri.
"Aku tahu alasanmu putus dengan Jiyong oppa, aku memahami keputusanmu waktu itu. Tapi melihatmu sekarang, aku jadi bertanya-tanya, kenapa kau meninggalkannya? Kau masih mencintainya. Kau masih serisau ini karenanya. Jangan membual dengan bilang kalau kau melepaskannya karena mencintainya."
"Aku tidak tahu," ucap Lisa. "Aku mencintainya karena bla bla bla. Aku membencinya karena bla bla bla. Dia baik karena bla bla bla. Dia jahat karena bla bla bla. Aku tidak bisa mengatakan itu seperti semua tokoh-tokoh dalam cerita. Aku tidak bisa setegas itu. Perasaanku berubah setiap saat. Ada banyak sekali tapi dalam kepalaku. Aku mencintainya, tapi... Aku membencinya, tapi... Dia baik, tapi... Dia jahat, tapi... Aku selalu bertemu tapi di semua sudut kepalaku. Aku tidak bisa benar-benar yakin dengan jawabanku. Aku tidak bisa membuat sebuah kesimpulan pasti seperti ya atau tidak, apa kau bisa memahaminya?"
Rose mengangguk untuk menjawab pertanyaan Lisa. Ia memutuskan untuk memahami Lisa– untuk sekarang– karena besok, ia mungkin akan meragukan Lisa lagi. Bisa jadi, Lisa akan berubah pikiran lagi, besok atau mungkin lusa. Bagi Rose, Lisa adalah gambaran sempurna bagi sosok orang plin-plan sejati.
"Kalau harus merangkum semua perasaanmu saat ini, apa yang kau rasakan sekarang?" tanya Rose kemudian, karena memahami Lisa saja tidak cukup untuk bisa membantunya.
"Aku merindukan Jiyong oppa," bisik Lisa, dengan bola mata yang sengaja di putar untuk menghindari mata Rose.
Sementara itu, di tempat lain, tepatnya di studio rekaman gedung YG, Jiyong sedang duduk di salah satu kursi. Pria itu sedang memperhatikan seorang pria bernyanyi. Sechskies sedang merekam salah satu lagu untuk album mereka dan Jiyong ada di sana hanya untuk menonton proses rekaman itu.
"Bagaimana menurutmu?" tanya Jiwon, menegur Jiyong yang hanya duduk dengan tatapan kosongnya.
"Apa?"
"Tentu saja lagunya," jawab Jiwon. "Tapi kalau kau mau bicara mengenai cerita Jaeduck– tentang dua mantan kekasihmu yang ada di satu acara– kami akan mendengarkanmu,"
"Tidak perlu khawatir hyung, Lisa tidak akan tiba-tiba memusuhi Stella. Dia bukan gadis yang seperti itu," ucap Jiyong, yang sekarang menatap Jaeduck dengan tatapan yang masih tetap kosong. Jiwa Jiyong tidak ada di dalam ruangan itu. "Lisa hanya penasaran pada Stella karena kami tidak pernah membicarakannya. Hanya- maksudku, biarkan saja Lisa bertingkah semaunya. Dia akan mendekati Stella, mencari tahu tentang Stella dan sakit hati karena usahanya sendiri. Dia tidak akan merugikan siapapun, jangan khawatir,"
"Kau yang mengkhawatirkannya," celetuk Jaeduck. "Aku tidak khawatir Lisa akan bertengkar dengan Stella atau mereka akan bersaing untuk merebutkanmu. Aku bahkan tidak khawatir Lisa akan sakit hati karena tahu tentang masa lalumu. Tapi kau mengkhawatirkannya. Kau tidak ingin Lisa menebak-nebak kemudian sakit hati karenanya."
"Aku tidak tahu kapan Lisa dan Jiyong berkencan. Aku bahkan tidak tahu kalau mereka sudah putus–"
"Kau memang tidak tahu apapun, kau bahkan tidak menyimpan nomor telepon kami, jadi diam saja," ucap Jiwon, menyela Jaejin yang selalu ketinggalan berita-berita di agensi.
"Aku lebih khawatir karena aku menandatangani kontrak dua episode untuk acara itu," ucap Jiyong kemudian. "Aku lupa kalau aku pernah bercerita tentang Stella pada Jieun. Ku pikir Lisa tidak lagi penasaran dengan Stella, karena kami sudah lama sekali putus. Aku bahkan tidak mengira kalau mereka- kalau kalian akan membicarakanku, jadi kemarin lusa aku setuju untuk jadi produser di misi ketiga dan jadi lawan di episode terakhir. Bagaimana? Haruskah ku batalkan saja?"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Hampir
FanfictionApa kata yang paling menyedihkan di dunia? Hampir. Aku hampir cukup baik. Dia hampir mencintaiku. Aku hampir bisa. Kita hampir berhasil. Kita hampir bertahan.