***
Lisa baik-baik saja. Lisa hampir baik-baik saja. Fisiknya baik, sangat baik. Kecelakaan tiga bulan lalu tidak sampai membuat fisiknya cacat, hanya saja, kesehatan mentalnya makin mengkhawatirkan hari demi hari. Kini gadis itu hanya duduk di lantai kamarnya, menatap keluar jendela sementara Jiyong duduk di sebelahnya, bersandar ke jendela itu. "Bagaimana harimu?" tanya Jiyong, dan Lisa hanya tersenyum lemah di sebelahnya. "Apa saja yang kau lakukan hari ini?" tanya Jiyong sekali lagi dan Lisa memutar bola matanya, mengingat-ingat apa aktifitasnya seharian ini.
Tidak ada banyak hal yang bisa Lisa ingat, karena ia memang tidak melakukan banyak hal. "Aku hanya duduk disini, kakiku sakit," bisik Lisa dengan suara yang luar biasa pelan. Jiyong tidak bisa mendengar suara gadis itu dengan jelas.
Selama hampir tiga bulan ini Lisa tidak bisa bicara dengan normal. Suaranya mengecil dan terus mengecil setiap harinya. Lama kelamaan, Jiyong mulai merindukan suara ceria gadis itu. Jiyong mulai merindukan omong kosong yang biasa Lisa ucapkan. Jiyong mulai merindukan Lisa yang sebelumnya, Lisa yang tidak setiap saat mengeluhkan sakit di tubuhnya.
Setelah membaca gerak bibir Lisa– karena ia tidak benar-benar bisa mendengar suaranya– Jiyong memalingkan wajahnya. Pria itu menarik dalam-dalam nafasnya, meyakinkan dirinya kalau ia cukup kuat untuk mengatasi rasa sedihnya sendirian. Setelah cukup yakin kalau ia bisa berpura-pura kuat, pria itu kembali bicara. "Seberapa sakit?" tanyanya.
"Aku tidak bisa berjalan," bisik Lisa.
Jiyong tidak bisa berkata-kata lagi. Lisa tidak cacat, kaki gadis itu benar-benar sehat. Namun secara misterius, tanpa penyebab yang benar-benar jelas kaki dan beberapa bagian tubuh Lisa terasa nyeri. Dokter tidak menemukan keanehan apapun dalam tubuh Lisa, tidak ada bagian tubuh Lisa yang rusak, namun gadis itu terus mengeluh kalau tubuhnya terasa sakit. Sesekali Lisa juga merasa kalau tubuhnya berbau busuk, seperti sampah. Dan saat bau busuk itu datang, Lisa mulai histeris, ia menyemprotkan semua jenis pengharum ke tubuhnya, berharap bau busuk itu akan hilang.
"Aku akan membantumu berjalan," tawar Jiyong, namun Lisa menolaknya. Gadis itu bilang umurnya tinggal sebentar lagi dan ia tidak ingin pergi kemanapun. Ia bilang, ia ingin mati di kamarnya sendiri. Aku akan mati disini– ucapnya tanpa mengeluarkan suara apapun.
Jiyong tidak tahan lagi. Pria itu tidak bisa menahan dirinya dan memutuskan untuk bangkit. Jiyong mengatakan pada Lisa kalau ia haus dan bergegas berjalan keluar– sebelum air matanya jatuh di sana. Ia menemui Lisa setiap hari, selama tiga bulan terakhir ini, namun setiap kali Lisa menyerah karena rasa sakit palsu yang dialaminya, Jiyong selalu kesulitan.
"Lisa tetap tidak mau pergi ke rumah sakit?" tanya orangtua Lisa, yang bergegas datang begitu mendengar Lisa terlibat kecelakaan tiga bulan lalu. Sudah satu minggu ini Lisa enggan keluar dari kamarnya, dan itu membuat semua orang jadi semakin khawatir padanya. Semua orang tahu kalau rasa sakit yang Lisa alami adalah imajinasi gadis itu sendiri, semua orang di tempat itu juga tahu kalau bau sampah yang Lisa cium dari tubuhnya hanyalah delusi– akibat dari beberapa komentar yang menyebut Lisa pelacur karena berita palsu yang Suga sebarkan tiga bulan lalu.
"Aku akan meminta dokter Ji datang ke sini saja," ucap Jiyong, yang kemudian melangkah melewati kedua orangtua Lisa. Pria itu berjalan dengan menundukkan kepalanya, menyembunyikan raut wajahnya yang sedih dari dua orang paruh baya di depannya.
Tiga bulan lalu, para panelis memilih Lisa karena mereka bisa melihat kemajuan dalam penampilan gadis itu. Dalam acaranya, beberapa panelis yang di wawancarai memang mengatakan kalau mereka memilih Lisa bukan karena Lisa lebih baik daripada Jiyong. "Aku memilih Lisa, bukan karena ia sebanding atau justru lebih baik dari G Dragon. Sejauh ini G Dragon masih jadi yang terbaik dalam urusan aksi panggung, tapi di panggungnya tadi, usaha Lisa terlihat begitu jelas. Melihat penampilannya, aku tahu kalau ia berusaha sangat keras untuk acara ini. Karena itu aku memilih Lisa, karena ia berusaha dan aku menghargai usahanya," itu alasan lima puluh satu panelis memilih Lisa sebagai pemenangnya.
Sayangnya, berita bohong yang Suga sebarkan ke seorang reporter, justru membuat orang-orang berfikir kalau Lisa benar-benar menjual tubuhnya agar menang. "Ah... Jadi usaha keras yang Lisa lakukan adalah melacur? Menjijikan, dia seperti sampah," komentar orang-orang untuk Lisa setelah berita bohong itu tersebar di seluruh negeri. Bahkan sebagian dari mereka menyayangkan kecelakaan itu– sayang sekali Lisa si sampah tidak mati dalam kecelakaan itu.
Berita bohong yang Suga sebarkan membuat komentar yang awalnya memuji justru jadi bumerang untuk Lisa dan karirnya. Suga benar-benar menghancurkan Lisa dan hidupnya. Cinta yang Suga besar-besarkan justru menghancurkan hidup orang lain.
Kembali pada Jiyong yang baru saja keluar dari rumah Lisa untuk menenangkan dirinya sendiri– sekaligus menelepon Dokter Ji Youngwon dan memintanya datang untuk memeriksa Lisa di rumah. "Untuk konseling hari ini Lisa tidak bisa pergi ke klinik, bisakah anda yang kesini?" pinta Jiyong kepada sang dokter.
"Apa terjadi sesuatu?"
"Pagi tadi Lisa jatuh dari ranjangnya, katanya kakinya semakin sakit, katanya kakinya mulai membusuk. Lalu siang ini dia bilang, dia ingin mati di kamarnya," cerita Jiyong membuat Dokter Ji kemudian bersedia untuk datang. "Dokter Ji, apa benar Lisa baik-baik saja? Maksudku, apa benar tubuhnya baik-baik saja? Dia terus mengeluh kalau kakinya sakit, apa anda yakin kalau itu hanya halusinasinya?"
"Anda bisa melihatnya sendiri tuan Kwon, kakinya tidak membusuk, kakinya benar-benar sehat. Ada yang disebut gangguan gejala somatis, dia merasa sakit padahal tubuhnya baik-baik saja. Itu yang membuatnya tersiksa selama ini. Berita tiga bulan lalu membuatnya kehilangan kepercayaan diri. Ia merasa perfomanya terus menurun dan itu membuat tingkat stresnya terus naik. Stres yang membuat tubuhnya tiba-tiba terasa sakit padahal tubuhnya baik-baik saja," jelas dokter Ji sebelum kemudian ia mengakhiri panggilan itu, dokter Ji berencana untuk segera pergi ke rumah Lisa siang hari ini.
Begitu panggilan berakhir, Jiyong bersandar pada pintu apartemen Lisa. Terlalu lelah, terlalu gelisah, terlalu khawatir, karena awalnya kedua orangtua gadis itu ingin membawa putri mereka ke Thailand. Namun Jiyong tidak menyetujuinya– ia akan sulit menemui Lisa kalau gadis itu pergi ke rumah asalnya. Namun kini rasanya Jiyong harus membiarkan Lisa pergi. Ia tidak bisa meminta pihak agensi juga dokter Ji untuk terus berbohong pada orangtua Lisa, kalau keadaan putri mereka tidak memungkinkan untuk berjalanan jauh. Keadaan Lisa tidak kunjung membaik disini.
"Kau datang?" gumam Jiyong, ia mengangkat kepalanya karena pintu lift yang terbuka kemudian melihat Jisoo berjalan keluar dari lift itu untuk menghampirinya. "Lisa tidak bisa pergi ke rumah sakit, dia ada di kamarnya, aku akan menunggu dokter Ji disini, masuklah," lanjutnya, sembari memberi akses bagi Jisoo untuk melangkah masuk.
"Oppa, aku sudah membuat keputusan, aku sudah memberi tahu pihak agensi tapi mereka menolak rencanaku," ucap Jisoo, sebelum ia membuka pintu apartemen di depannya.
"Rencana apa?"
"Aku tidak bisa menerima keadaan ini. Karena Suga, Blackpink kehilangan Lisa. Aku tidak bisa membiarkannya. Bagaimana bisa hidupnya baik-baik saja setelah membuat Lisa jadi seperti ini?! Akan ku beritahu orang-orang kalau Suga yang menyebarkan rumor jahat-"
"Kau sudah gila?" kesal Jiyong, hampir sama dengan seperti reaksi beberapa orang di agensi. "Orang-orang sudah mulai melupakan rumor itu, kalau kau membicarakannya sekarang, bagaimana dengan Lisa?! Orang-orang akan membicarakannya lagi! Agensi sudah mengkonfirmasi kalau berita itu palsu, tunggu saja sampai semuanya tenang, Lisa akan baik-baik saja."
"Kalau publik tidak tahu siapa Suga sebenarnya, dia akan terus berkeliaran di TV dan dipuja orang-orang. Big Hit akan memeriksakan kesehatannya? Tidak akan! Suga seperti tambang uang untuk mereka, mana mungkin mereka akan membawanya ke rumah sakit jiwa? Ini tidak adil-"
Lagi-lagi Jisoo tidak bisa menyelesaikan ucapannya. Kali ini bukan karena Jiyong yang menyela ucapan jisoo, namun karena suara jeritan dari dalam rumah Lisa. Lagi, gadis itu mengamuk, menjerit, mengatakan kalau tubuhnya busuk seperti sampah lalu bertengkar dengan orangtuanya karena Lisa berusaha menyemporkan pengharum ruangan ke seluruh tubuhnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Hampir
FanfictionApa kata yang paling menyedihkan di dunia? Hampir. Aku hampir cukup baik. Dia hampir mencintaiku. Aku hampir bisa. Kita hampir berhasil. Kita hampir bertahan.