***
Masih di hari yang sama. Berita yang Jisoo bawa malam ini masih hangat. Gadis itu tidak tahu apa yang Jiyong lakukan di kamar Lisa, namun melihat keadaan agensi yang masih sama seperti kemarin– dunia tetap berputar sebagai mana mestinya walaupun Lisa hancur– Jisoo yakin kalau Jiyong belum datang ke agensi. Dengan langkah terburu-buru usai menyelesaikan tanggung jawab pekerjaannya, Jisoo melangkah masuk ke studio rekaman.
Begitu Jisoo membuka pintu studio rekaman itu, gadis yang ia cari ada di sana– Jennie– tengah duduk dan menyelesaikan lagunya bersama Teddy. Karena Jiyong yang memutuskan untuk menghentikan semua pekerjaannya, Teddy juga beberapa teman lainnya mengambil alih pekerjaan Jiyong. Jiyong hampir tidak pernah menginjakan kakinya di agensi selama tiga bulan terakhir ini. Tempat-tempat yang Jiyong kunjungi selama tiga bulan terakhir ini justru rumah sakit, rumah Lisa, rumahnya sendiri, kantor pengacara juga rumah seorang detektif senior yang membantunya mencari reporter-reporter penulis berita mengerikan itu.
Selain Jennie dan Teddy, di dalam studio itu juga ada Tablo, Jiwon dan Hanbin, mereka semua sedang berkumpul di sana, sengaja datang untuk membantu Jennie dan lagunya. Jennie sedang berusaha keras mengasah kemampuannya agar Blackpink bisa segera mandiri– seperti grup lain yang mampu membuat lagu-lagu mereka sendiri. Karena di antara mereka berempat belum ada yang benar-benar ahli membuat lagu sendiri, fans sering kali menyalahkan agensi perihal frekuensi rilis albumnya dan Jennie sempat sangat tertekan karenanya. Tapi beruntungnya, wanita itu bertemu seseorang yang bisa membantu mengatasi stresnya. "Bagaimana keadaan Lisa?" tanya Jennie begitu Jisoo duduk di salah satu kursi dekat tempat Hanbin duduk.
"Aku tidak bisa bicara dengannya," jawab Jisoo. "Tapi kurasa dia jadi semakin buruk. Saat aku datang dia sedang menyemprotkan pengharum ruangan ke wajahnya," cerita Jisoo, sedikit terbata karena sesak yang ia alami. "Harusnya ku bunuh saja mahluk berengsek itu!" kesal Jisoo– yang bulan lalu sempat menyalahkan dirinya sendiri karena apa yang menimpa Lisa. Ia sudah menepati janjinya, ia sudah menemui Suga, bicara padanya dan menjelaskan segalanya. Jisoo sudah menuruti kemauan Suga untuk bertemu dan makan malam bersama, gadis itu bahkan menahan dirinya saat Suga menyentuh tangannya. Namun pria tidak tahu malu itu tetap menyebarkan rumor tentang Lisa karena sekali lagi Jisoo menolak kembali padanya.
"Jiyong ada di sana saat kau datang?" tanya Teddy, yang justru lebih khawatir pada pria yang dulu menjadi adik kecilnya. Lebih khawatir pada bocah yang dulu harus menahan malunya dan memakai bathrobe putih dalam MV 1TYM– grup hip-hop Teddy dan teman-temannya. Teddy sudah lebih lama mengenal Jiyong di banding Lisa, jadi wajar saja kalau ia lebih mengkhawatirkan Jiyong.
"Hm... Kurasa dia juga masih di sana sekarang. Lisa akan di bawa ke Thailand, ke tempat yang tidak bisa mengakses berita apapun, ke tempat yang bisa membantunya untuk cepat sembuh. Katanya semalam Lisa sempat sadar– maksudku menjadi dirinya sendiri– lalu dia melihat berita sialan itu di laptop dan pagi ini dia tidak bisa berjalan. Dia bilang dia akan mati karena tubuhnya sudah mulai membusuk,"
"Jiyong setuju? Akan sulit baginya untuk menemui Lisa kalau Lisa pergi ke Thailand," kali ini Tablo yang bertanya dan Jisoo hanya bisa mengangkat bahunya. Mau tidak mau Jiyong harus setuju, sudah tiga bulan ia menentang ide itu dan keadaan Lisa tidak juga membaik. Sebelum sesuatu yang lebih buruk terjadi, Jiyong harus setuju.
Jisoo mengatakan semua yang Jiyong katakan padanya. Gadis itu menebak-nebak apa yang sedang Jiyong rencanakan namun Teddy dan Tablo– yang sudah lama mengenal pria itu– tahu kalau Jiyong belum punya rencana apapun. Sampai tadi pagi, Jiyong masih menentang usulan itu, ia masih belum ingin berpisah terlalu lama dengan Lisa. Walau sebenarnya Jiyong bisa saja terbang beberapa bulan sekali ke Thailand, ia bisa berpura-pura bekerja di sana.
"Apa berita yang paling ampuh untuk menarik perhatian orang-orang?" tanya Jennie kemudian. "Kurasa Jiyong oppa sedang memikirkan itu," susulnya, karena Jisoo masih bertanya-tanya apa maksud Jiyong tadi.
"Ah... Kalau ada berita yang lebih menarik, orang-orang tidak akan peduli kalau Lisa pulang ke Thailand?" tanya Jisoo dan Jennie menganggukan kepalanya untuk mengiyakan pertanyaan itu.
"Skandal," celetuk Jiwon.
"Uhm... seperti pemerintah yang membayar beberapa artis untuk mengalihkan isu politik, Jiyong hyung akan melakukan itu?" tanya Hanbin. "Seperti Britney Spears yang katanya dibayar untuk mengalihkan isu?"
Jiwon mengangguk untuk menjawab pertanyaan Hanbin itu, sementara Jennie justru bertanya apa kabar itu bisa di percaya. Apa benar-benar ada artis yang sudi di bayar untuk membuat skandal pengalihan isu. "Tidak tahu, tapi aku mempercayainya, karena ada banyak hal dari pemerintahan yang tidak diberitakan. Atau hanya diberitakan satu kali lalu kalah terkenal dengan skandal artis yang berkencan," komentar Jiwon atas pertanyaan Jennie.
"Kalau begitu, Jiyong oppa mungkin akan meminta pemerintah untuk membantunya mengalihkan isu?" tanya Jennie, namun pertanyaannya itu langsung dibantah Tablo. Si ayah beranak satu itu bilang kalau Jiyong yang memang kaya tidak cukup hebat untuk menggerakkan pemerintahan dan jajarannya hanya untuk sebuah pengalihan itu. "Lalu bagaimana? Dia akan membayar reporter? Semua reporter di negeri ini? Pasti butuh banyak sekali uang kalau begitu," oceh Jennie, lebih seperti sedang bicara pada dirinya sendiri.
"Apa kau memikirkan apa yang kupikirkan sekarang?" tanya Tablo, kepada Teddy yang kemudian menganggukan kepalanya. "Kalau begitu dia mungkin harus menjual satu asetnya," susul Tablo tapi kali ini Teddy mengangkat bahunya, tidak benar-benar yakin karena tidak ada yang tahu pasti berapa total uang Jiyong sebenarnya. Yang mereka tahu pasti, Jiyong sudah menghabiskan banyak uang untuk membayar biaya pinalti dari pekerjaan-pekerjaan yang ia batalkan– sayangnya mereka tidak tahu kalau Jiyong juga membayar sebagian besar biaya pinalti yang dibebankan pada Lisa.
"Apapun yang Jiyong oppa rencanakan, aku akan membantu!" seru Jisoo, yang sedari tadi diam karena sibuk dengan rencananya sendiri.
"Bagaimana?" tanya Jiwon, dengan senyum yang tidak bisa ia tahan– senyum aneh seolah ia tahu apa yang Jisoo rencanakan. "Kau tidak akan memberikan uangmu pada Jiyong kan? Dia pasti menolak," susul Jiwon dan Jisoo menganggukan kepalanya, Jisoo menyetujui ucapan Jiwon dan itu membuat senyum Jiwon semakin lebar.
"Tidak, tidak ada yang mau menerima uangku. Lisa atau Jiyong oppa, mereka akan menolak uangku. Tapi aku ingin tetap membantu mereka. Aku akan jadi artis yang mengalihkan isu pemerintah– aku akan mengalihkan perhatian orang-orang dari Lisa," yakin Jisoo. "Aku akan membuat skandal, kau juga buat skandal, kau juga, oppa juga, oppa juga, oppa juga," jelasnya sembari menunjuk Jennie, kemudian Hanbin, Jiwon, Teddy dan Tablo. "Kalau semua orang membuat skandal di waktu yang hampir bersamaan, mereka akan lupa pada rumor itu, iya kan? Mereka tidak akan peduli kalau Lisa pergi bersama orangtuanya ke Thailand."
"Lalu orang-orang akan bertanya, ada apa dengan YG? Kenapa semua orang di sana punya skandal? Apa ini karena YG sudah mulai hancur? Pasti karena rumor Lisa waktu itu. Bagaimana kalau ada teori konspirasi seperti itu?" tanya Tablo dan karenanya Jisoo kembali menundukkan kepalanya. Kembali berfikir.
"Aku bisa minta bantuan teman-teman yang lain," ucap Jennie, mendukung rencana Jisoo. "Ten, Bambam dan teman-temanku yang lain pasti mau membantu," yakin Jennie.
"Kenapa kalian mengambil jalan sulit?" tanya Jiwon kemudian. Apa yang ia harapkan ternyata tidak Jisoo ucapkan. "Ancam manager BTS, suruh mereka membuat skandal atau kau sebarkan pesan Suga padamu. Kau masih menyimpan pesan-pesannya kan?"
"Tidak- untuk apa aku menyimpan pesan darinya? Itu menyebalkan!" kesal Jisoo. "Tapi ternyata pesan menyebalkan itu bisa sangat bermanfaat," rengek Jisoo kemudian– ia sudah sangat kecewa pada dirinya sendiri karena pesan yang Suga kirim padanya sebenarnya bisa dipakai sebagai bukti ancaman Suga, kalau saja ia tidak menghapus pesan-pesan itu.
"Kalau begitu berpura-pura saja kau punya pesannya," saran Jiwon, namun Teddy melarang Jisoo melakukannya. Kalau Jisoo ketahuan mengancam manager BTS, itu bisa jadi bumerang baginya, terlalu berbahaya.
"Kalau begitu aku akan bicara pada Namjoon," celetuk Hanbin. "Dia pasti punya sedikit hati nurani, dia leader di grupnya, dia akan merasa ikut bertanggung jawab."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Hampir
FanficApa kata yang paling menyedihkan di dunia? Hampir. Aku hampir cukup baik. Dia hampir mencintaiku. Aku hampir bisa. Kita hampir berhasil. Kita hampir bertahan.