30

1.6K 282 32
                                    

***

Saat seseorang mulai menyangkal kenyataan karena tidak sanggup menerimanya, ia akan menciptakan dunia ilusi. Hingga pada akhirnya, ia akan percaya kalau ilusi itu benar. Terkadang kejutan besar, membuat seseorang ingin menyangkal hidupnya. Ini yang terjadi pada Lisa selama tiga bulan terakhir.

Kau bukan manusia, kau hanya setumpuk sampah yang busuk.

Pelacur yang bahkan lebih busuk dari sampah.

Bau busuk darimana ini? Ah... Ini bau si pelacur yang menjajakan selangkangannya untuk selisih satu poin.

Lisa sanggup menerima semua komentar itu. Lisa tidak bisa menerima kenyataan kalau ia dihina karena sesuatu yang tidak pernah ia lakukan. Bahkan tidak pernah terfikir di kepala Lisa kalau ia bisa tidur dengan separuh panelis dalam acara itu. Kini, jangankan berdiri di atas panggung dan mulai bernyanyi di sana, bahkan berdiri di atas kakinya saja ia kesulitan, bahkan bicara saja ia takut– ia khawatir kalau akan ada bau busuk yang keluar dari mulutnya. Seluruh tubuhnya membusuk– pikir Lisa, membangun dunia ilusi yang mengerikan dalam kepalanya sendiri.

Semua orang di sekitar Lisa sekarang benar-benar prihatin melihat kekacauan ilusinya. Seandainya Lisa membuat dunia ilusi yang indah, mungkin mereka tidak akan sekhawatir sekarang. Seandainya saja.

"Membawanya ke Thailand?" tanya Dokter Ji, begitu ia selesai menyuntikkan satu dosis obat penenang pada Lisa. Sang pasien kini berbaring di ranjangnya, tertidur karena obat pemenangnya. "Bisa saja membawanya kesana, tapi keadaannya- bagaimana kalau Lisa kambuh di bandara?" tanya dokter Ji, mencari-cari alasan agar tuan Manoban tidak membawa putrinya pulang dan menjauhkannya dari Jiyong.

"Paman, bagaimana kalau membawa Lisa ke Pension milik Jiyong oppa saja? Di sana sepi dan-"

"Sedang musim liburan sekarang, di sana sangat ramai," potong Jiyong, menyela ucapan Jisoo sebelum gadis itu mulai menyinggung masa lalunya. Sebelum memutuskan untuk mengugurkan kandungannya, sampai kemudian ia mengugurkan janinnya, Jisoo bersembunyi di Pension itu. Tentu ia bersembunyi di sana karena Jiyong yang menyarankannya– karena saat itu Jisoo adalah sahabat kekasihnya. Namun kali ini Jiyong justru tidak bisa mengirim Lisa ke sana. "Akan kucarikan penerbangan paling aman kalau memang tidak ada jalan lain lagi. Tetap di sini sama sekali tidak membantunya, pergi ke tempat baru juga akan tidak nyaman baginya, sepertinya pulang memang satu-satunya jalan," ucap Jiyong, dengan berat hati.

Ia akan kesulitan menemui Lisa kalau gadis itu pulang ke negaranya. Bukan karena tiket pesawat atau biaya akomodasi lainnya. Biaya akomodasi tidak akan jadi masalah bagi Jiyong, yang jadi masalah adalah pandangan orang-orang terhadap hubungan mereka. Kenapa G Dragon rutin pergi ke Thailand setelah Lisa sakit dan pulang ke sana?– orang-orang tentu akan sangat penasaran karenanya. Orang-orang itu bisa saja menyambung-nyambungkan keadaan, mengikat tali-tali cerita lalu membuat kisah yang ingin mereka percayai.

"Terimakasih, Jiyong, terimakasih banyak," ucap sang ibu, berterimakasih karena semala tiga bulan terakhir Jiyong selalu membantunya, membantu Lisa.

Kalau api unggun tidak bisa dipadamkan maka dibutuhkan kebakaran untuk menutupinya– begitu hukum yang berlaku di industri tempat Jiyong dan Lisa bekerja. Selalu dibutuhkan berita yang jauh lebih besar untuk menutup-nutupi masalah yang sudah ada. Kalau masalah Lisa tidak bisa diselesaikan, maka sebelum masalah itu diperhatikan orang lain mereka butuh masalah lain untuk menutupinya. Mereka butuh kebakaran untuk mengalihkan perhatian orang-orang dari api yang menyala di rumah Lisa.

Selama tiga bulan terakhir, pria itu sudah melakukan segalanya. Ia berusaha membersihkan nama Lisa, membuktikan kalau berita mengerikan itu adalah kebohongan, sampai melaporkan si penulis berita ke kantor polisi. Walau Jiyong masih tidak bisa menyentuh Suga– sebab sang reporter yang ia laporkan, sampai hari ini tidak mengakui Suga sebagai informannya. Namun semua itu tidak cukup, karena orang-orang masih sangat tertarik pada Lisa dan masalahnya. Orang-orang tahu kalau Lisa butuh bantuan seorang profesional karena berita palsu yang beredar itu. Banyak portal berita yang dituntut karena menyebarkan berita tak berdasar itu lalu membuat seorang anak depresi karenanya. Namun semua perhatiannya tetap mengarah pada Lisa. Semua orang tetap menaruh perhatian mereka pada api yang membakar hidup Lisa. Sebelum Lisa bisa pergi, Jiyong harus mengalihkan perhatian orang-orang. Pengalihan isu, itu istilah yang sering disebut orang-orang.

"Tahan dulu rencanamu," ucap Jiyong di luar rumah Lisa setelah dokter Ji pergi dengan mobilnya. Pria itu bilang ia akan mengantar dokter Ji ke tempat parkir dimana sang dokter menyimpan mobilnya, Jisoo ikut bersamanya dan sekaranglah ia punya kesempatan untuk berdiskusi lagi dengan Jisoo. Ia tidak bisa membicarakan rencana Jisoo di depan orangtua Lisa. "Sampai Lisa berada di tempat yang benar-benar aman, tempat dimana ia tidak bisa mengakses apapun, jangan menyinggungnya. Dia khawatir dengan apa yang orang-orang tulis tentangnya. Kalau kau membicarakan Suga sekarang, dan reporter menulis berita itu, lalu Lisa melihatnya, masalah ini tidak akan selesai," ucap Jiyong, berusaha terdengar tenang walau rasanya seperti ada sekelompok marching band di dalam kepalanya. 

"Tapi orang-orang harus tahu kalau semua yang terjadi pada Lisa itu karena Suga," desak Jisoo.

"Mana yang lebih penting? Membalas Suga atau menyelamatkan temanmu?" tanya Jiyong. "Aku tidak peduli mana yang lebih penting bagimu, tapi bagiku menyelamatkan Lisa lebih penting sekarang. Dia bisa benar-benar mati kalau terus menyemprot pengharum ruangan sialan itu-" Jiyong berhenti bicara. Ia menutup mulutnya sebelum nada bicaranya jadi semakin tinggi karena emosinya. "Apapun itu rencanamu, tunggu sampai Lisa benar-benar siap. Begitu dia siap, aku sendiri yang akan menemanimu membalas Suga. Aku akan membantumu, akan ku buat dia hancur seperti bagaimana dia membuat hidup semua orang hancur," janji Jiyong, meyakinkan Jisoo untuk menunda sebentar rencananya.

"Kalau begitu, bagaimana rencanamu, oppa? Aku akan membantumu."

"Akan aku bicarakan dengan agensi lebih dulu, kau hanya perlu datang sesekali untuk menghibur Lisa. Dia butuh dukungan darimu," jawab Jiyong yang setelahnya kembali menemui orangtua Lisa.

Lisa masih tidur ketika Jiyong kembali, pria itu meminta izin agar ia bisa menemui Lisa sebentar sebelum pulang dan orangtua Lisa tentu membiarkannya. Begitu pintu kamar Lisa terkunci dan Jisoo berpamitan untuk pulang, orangtua Lisa pun meninggalkan rumah itu. "Kami akan berbelanja sebentar, tolong temani Lisa sampai kami pulang," teriak sang ibu di depan kamar Lisa, berpamitan pada Jiyong yang hanya bisa menganggukan kepalanya– tanpa suara.

Hanya orang gila yang punya pikiran untuk menyetubuhi Lisa saat gadis itu sedang tidak sadarkan diri sekarang. Bahkan untuk memeluk Lisa saja Jiyong tidak sanggup. Kulit Lisa yang kasar akibat cairan pengharum ruangan membuat dada Jiyong sangat sesak, membuat Jiyong sangat sedih, sangat hancur. Dengan hati-hati, tanpa suara, Jiyong duduk di tepian ranjang, memandangi wajah Lisa yang terbaring menyedihkan di sebelahnya. Kapan terakhir kali wajah itu tersenyum cantik padanya? Kapan terakhir kali tertawa di depannya? Jiyong tidak bisa mengingatnya karena saat ini kepalanya penuh akan rekaman-rekaman mengerikan tentang Lisa.

Meja di sebelah ranjang lacinya terbuka dan Jiyong bisa melihat setumpuk kantung plastik di sana. Kantung plastik yang Lisa simpan untuk mengatasi ledakan emosinya, Jiyong tidak menyadari keberadaan plastik-plastik itu sebelumnya, sebab ia terlalu sibuk memperhatikan Lisa. Perlahan, tangannya terulur, membuka laci itu semakin lebar lalu mengambil selembar kantung plastiknya.

Tangan Jiyong bergetar ketika ia membuka plastik itu. Tangan itu pun masih bergetar saat ia menempelkan bibir plastiknya pada mulutnya. Ditarik nafasnya dalam-dalam dan dengan suara yang bergetar, pria itu hendak mengeluarkan emosinya yang tertahan di kerongkongan, namun ia ragu untuk melakukannya. Hidup Lisa yang sekarang hancur, ia tidak berhak mengeluh– pikirnya di tengah keraguan itu. Kalau aku langsung menerimanya kembali ia tidak akan mengalami semua ini– sesal Jiyong walau kekacauan ini tidak benar-benar terjadi karenanya. Bahkan walaupun Jiyong menerima Lisa kembali, kalau Suga tetap gila, hal seperti tetap akan terjadi.

"Aku tidak tahu harus bagaimana," isak Jiyong kemudian. Setelah ia memegang kantung plastik itu, seperti terhipnotis, ia tidak bisa menahan sesaknya lebih lama lagi.  "Ini menyakitkan. Aku takut dan sakit," bisik pria itu, berusaha agar ia tidak membangunkan Lisa, namun suaranya justru bergetar hebat karenanya.

***

HampirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang