***
Hari ini Lisa pergi ke agensi. Gadis itu sudah kembali ke Korea sejak beberapa hari lalu. Ia kembali bersama Jisoo, Jennie juga Rose. Menurutnya ia sudah merasa cukup sehat untuk kembali bekerja, menurutnya ia harus segera kembali sebelum orang-orang mulai melupakan Blackpink. Semua fans BTS sedang berkabung sekarang, sangat banyak hingga rasanya seluruh negeri tengah berkabung selama beberapa waktu ini. Kepolisian masih memburu sang pembunuh, sedang publik mendesak mereka untuk segera menangkap seseorang yang bisa bertanggung jawab atas banyaknya kasus pembunuhan.
Namun hal itu tidak lantas membuat YG berhenti sibuk. Bahkan, saat seorang bintang meninggal, bintang-bintang lain tetap dituntut untuk terus bersinar, terus bekerja keras. Dunia tetap berputar meski seseorang berpulang lebih dulu. Seolah tidak ada yang terjadi, semua orang bekerja dan hidup seperti hari-hari sebelumnya. Mereka menyapa Lisa saat gadis itu tiba di agensi, tersenyum padanya juga menanyakan bagaimana keadaanya namun tidak satupun yang menyinggung tentang Suga terlebih rumor yang sempat menerpa.
"Sudah ku bilang aku akan menjemputmu," seru Jiyong, yang baru saja keluar dari lift dengan setengah berlari, menghampiri Lisa yang baru saja menginjakan kakinya di lobby agensi.
"Aku sudah dalam perjalanan kesini saat oppa bilang akan menjemputku," balas Lisa yang tiba-tiba saja menutup hidungnya. Gadis itu terlihat gugup, menatap Jiyong dengan penuh harap, penuh kekhawatiran sampai kemudian Jiyong menatap sekeliling mereka dan menemukan seorang staff yang berjalan melewati lobby dengan sekeranjang sampah.
Sebenarnya keranjang sampah itu tidak mengeluarkan bau busuk seperti yang Lisa rasakan. Sebenarnya Jiyong tidak mencium bau apapun di sana, namun keberadaan sang keranjang sampah lantas membuat Jiyong menghela nafasnya– lega karena ia punya alasan untuk menenangkan Lisa.
"Bukan darimu, lihat itu," ucap Jiyong, sebelum tangan Lisa mulai bergerak tanpa kendali, merogoh tasnya mencari wewangian di sana. Pria itu menunjuk keranjang sampah yang melewati mereka kemudian meraih tangan Lisa untuk menggenggamnya. "Hari ini kau mandi dengan sabun citrus, benar kan? Aku bisa mencium aroma citrusnya, aku suka aromanya," lanjut Jiyong membuat Lisa merasa sedikit lebih tenang. Gadis itu masih sangat khawatir kalau-kalau tubuhnya mengeluarkan bau busuk seperti beberapa bulan lalu.
Setelah yakin kalau Lisa sudah merasa lebih tenang, Jiyong mengajak gadis itu ke studio rekaman tempatnya bekerja. Pria itu tidak melepaskan tangan Lisa hingga mereka tiba di dalam studio yang tidak begitu terang. Cahaya redup di dalam studio itu menunjukan sebuah kue juga orang-orang yang menyayangi Lisa. Jiyong juga beberapa orang di agensi memberi Lisa pesta selamat datang kembali hari ini. Mereka menunjukkan pada Lisa kalau masih ada orang-orang yang peduli padanya, kalau masih ada orang-orang yang menyayanginya. Tapi hari itu Jisoo tidak ada di sana. Jisoo harus ke kantor polisi untuk memberikan kesaksiannya.
Pertanyaan Lisa tentang keberadaan Jisoo membuat mereka mau tidak mau menyinggung Suga dan kematiannya. "Sebenarnya sebelum aku pergi ke Thailand, Suga menghubungiku," ucap Lisa kemudian, ditengah-tengah obrolan mereka. "Dia mengirimiku pesan, dia meminta maaf padaku. Aku meneleponnya, tapi aku tidak ingat apa yang terjadi setelahnya. Mungkin saat itu aku hilang kendali, saat aku sadar aku sudah ada di Thailand," cerita Lisa, tentang minggu-minggu terakhirnya di Korea beberapa bulan lalu.
"Kau akan datang ke upacara pemakamannya?" tanya Mino kemudian.
"Aku akan datang, besok atau lusa," jawab Lisa, mengatakan kalau ia akan datang di minggu kedua upacara pemakaman itu, karena keluarga Suga mengadakan upacara pemakamannya selama dua minggu, juga karena diminggu kedua upacara pemakamannya pasti lebih sepi dibanding pada minggu pertama. "Aku tahu oppa tidak setuju, tapi aku akan pergi dengan dokter Ji, dokter Ji bilang ini baik untukku," susul Lisa karena raut tidak senang yang tergambar jelas di wajah Jiyong.
Melihat suasana tidak menyenangkan di sana membuat Jennie merasa perlu melakukan sesuatu. Setelahnya, demi mengalihkan orang-orang dari Suga dan kematiannya, Jennie membuka mulutnya. Gadis itu bertanya pada Lisa kapan ia bisa mulai bekerja. "Kami sudah menyiapkan segalanya, hanya perlu merekam bagianmu kemudian menggabungkan semuanya, kapan kami bisa berhenti menunggu?" tanya Jennie membuat Lisa harus menarik dalam-dalam nafasnya. Rasanya udara di sana tiba-tiba saja lenyap bersamaan dengan pertanyaan itu.
"Minggu depan," jawab Lisa kemudian. "Beri aku waktu sampai minggu depan dan aku akan mulai kembali bekerja. Terlalu lama cuti membuatku lupa caranya menari dan bernyanyi," jujur Lisa membuat Jennie dan Rose mengembangkan senyum mereka. Tanpa sadar hampir semua teman dekat di sana pun melakukan hal yang sama, tanpa sadar mereka semua tersenyum setelah mendengar kalau penantian mereka ternyata tidak sia-sia, Lisa mau kembali bekerja.
"Aku akan membantumu berlatih lagi," susul Rose, yang kemudian menggoda Lisa dengan wajah jahilnya. "Aku akan melatihmu dengan sangat keras sampai kau tidak bisa berhenti menangis," goda Rose, mengembangkan senyum Lisa.
"Untuk apa kau yang melatihnya, dia sudah punya pelatih pribadi," celetuk Teddy, kali ini menggoda Jiyong yang masih berusaha menyembunyikan ketidaksukaannya. Jiyong benar-benar tidak setuju dengan keputusan Lisa menghadiri upacara pemakaman Suga. Bahkan Jisoo enggan datang kesana, untuk apa Lisa datang dan memberikan penghormatan terakhirnya? Jiyong benar-benar tidak mengerti.
"Siapa? Jiyong oppa? Dia kekasihku, bukan pelatihku," balas Lisa. Kini justru kepercayaan dirinya itu lah yang membuat orang-orang di sekitarnya merasa tenang. Lisa sudah kembali seperti sedia kala, pikir mereka yang sedih karena kehancuran gadis itu beberapa waktu lalu.
"Siapa yang bilang aku kekasihmu? Aku bukan kekasihmu," balas Jiyong, yang lantas bangkit dari duduknya, hendak melarikan diri dari raut-raut jahil semua orang di dalam studio rekaman itu.
"Oppa memperlakukanku seperti aku kekasihmu, akui saja kalau oppa sudah menganggapku sebagai kekasihmu," balas Lisa, gadis itu ikut bangkit, mengejar Jiyong yang pergi keluar untuk melarikan diri. "Ya! Kemana oppa akan pergi? Aku ikut!" seru Lisa, di lorong depan studio, gadis itu mengikuti Jiyong yang ada di depannya, berjalan ke lift tertutup di ujung lorong.
"Tetaplah di sana bersama teman-temanmu," balas Jiyong, tanpa berbalik, terlalu malu untuk menunjukkan senyumnya, rasa syukurnya karena Lisa sudah bersikap seperti Lisa yang ia kenal.
"Tapi oppa kekasihku kan?! Aku sudah diterima kan?! Aku lulus kan?! Usahaku sudah cukup kan?!" seru Lisa, ia merasa tidak perlu mengejar Jiyong yang kini sudah berada di dalam lift, mengangguk untuk mengiyakan pertanyaannya sebelum pintu liftnya tertutup. "Terimakasih! Aku akan berusaha lebih keras lagi untuk kembali ke panggung!"
"Aku akan sibuk, jadi berusahalah untuk tetap bahagia tanpaku," balas Jiyong dan Lisa menganggukan kepalanya tanpa ragu. Aku harus bahagia, agar bisa membuat Jiyong oppa bahagia dan menebus dosa-dosaku padanya– yakin Lisa dalam setiap anggukan kepalanya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Hampir
FanficApa kata yang paling menyedihkan di dunia? Hampir. Aku hampir cukup baik. Dia hampir mencintaiku. Aku hampir bisa. Kita hampir berhasil. Kita hampir bertahan.