***
Semua orang sudah berkumpul, namun syuting belum benar-benar dimulai. Beberapa menit sebelum syuting itu di mulai, Dindin berdiri di depan Jiyong, mereka mengobrol dengan Dindin yang mendominasi obrolan itu. Sedang di tempat lain, lara peserta pun mengobrol dengan partner masing-masing, membicarakan masalah penampilan mereka yang sebentar lagi akan dinilai oleh sang mentor G Dragon.
Ditengah-tengah pembicaraan santai itu, Suga menatap Lisa. Gadis yang awalnya tidak sadar akan tatapan Suga perlahan-lahan mulai merasa tidak nyaman. Seperti ketika beberapa reporter tengah memata-matainya. Rasa tidak nyaman itu membuat Lisa menatap sekeliling, mencari seseorang yang tengah menatapnya, tapi ketika matanya bertemu dengan milik Suga, pria itu justru menatap ke arah lain, membuat Lisa mau tidak mau mengikuti arah mata Suga.
Berjarak sekitar tiga lima meter dari Lisa, Jiyong berdiri menghadap Stella. Lisa harus memalingkan wajahnya sekarang. Ia tidak boleh memperhatikan mereka berdua. Ia tidak boleh melihat Jiyong menyentuh rambut Stella dan melukai perasaannya sendiri. Sialnya, kesialan yang benar-benar sial, Lisa tidak bisa memalingkan wajahnya. Gadis itu terus menatap Jiyong yang tersenyum pada Stella.
"Jadi kau bertemu dengannya lagi? Bagaimana kabarnya sekarang?" tanya Jiyong, sembari menyelipkan beberapa helai rambut Stella ke belakang telinga gadis itu. "Kau tahu? Kau selalu begitu, maksudku rambutmu selalu berantakan, tidak bisakah kau mengikatnya dengan rapi atau potong saja rambutmu?" canda Jiyong membuat Stella pun ikut tertawa bersamanya. Padahal di sana ada Dindin, ada IU juga, tapi Jiyong bisa dengan nyaman menyentuh dan bercanda dengan Stella.
Ya, Jiyong pun melakukan hal yang sama pada Jieun. Pria itu juga bisa bercanda dan bercengkrama dengan sangat nyaman kepada Jieun namun justru di sanalah masalahnya. Lisa luar biasa iri karena Jiyong tidak melakukan hal yang sama padanya.
"Kau benar-benar tidak tertarik dengan tawaranku kemarin?" tanya Suga, yang tanpa aba-aba berdiri di depan Lisa, menghalangi pandangan gadis itu dengan tubuhnya sendiri.
"Pergi dari hadapanku," ucap Lisa, tentu berbisik karena ia enggan dirinya yang asli dikenali orang-orang dalam acara itu. Ia tidak perlu khawatir tentang kamera, tidak akan ada kamera yang merekamnya sekarang, namun kesan buruk di mata rekan-rekan kerjanya tentu menjadi kekhawatiran lain baginya.
Tanpa sempat membalas ucapan Lisa itu, seorang sutradara sudah lebih dulu meminta semua orang untuk pergi ke posisi mereka. Tempat mereka merekam adegan kini sudah siap. Ada dua belas kursi di sisi kanan dekat dinding untuk kesepuluh peserta juga Jiyong dan Dindin. Di hadapan kesepuluh kursi itu ada sebuah panggung kecil, dengan kursi juga microphone dalam penyangganya. Begitu sutradara memberi aba-aba, Dindin membuka acara itu, ia memberitahu Jiyong kalau seluruh peserta sudah menyiapkan rencana mereka dan Jiyong ada di sana untuk menilai persiapan itu.
"Peserta pertama yang akan menunjukkan kerja kerasnya selama beberapa hari terakhir ini adalah Heize dan Lisa, mereka akan melawan Chanyeol dan Sehun," jelas Dindin, kepada Jiyong dan mungkin orang lain yang belum tahu. "Bagaimana rencana kalian untuk mengalahkan mereka?" tanya Dindin, kali ini pada dua gadis yang sudah berdiri di atas panggung sembari membaca selembar kertas yang mereka bawa, mereka masih membagi beberapa bagian yang belum benar-benar pasti.
"Kami akan melakukan sesuatu yang lain," jawab Heize. "EXO terbiasa melakukan sebuah pertunjukan dengan aksi panggung yang megah, kami yakin Chanyeol dan Sehun pun akan membuat sebuah pertunjukan yang wah seperti biasanya. Jadi kami akan melakukan yang sebaliknya,"
"Lisa tidak akan menari?" tanya Jiyong, setelah ia melihat judul lagu yang akan Heize dan Lisa nyanyikan– Lost One dari Epik High.
"Kami masih mempertimbangkannya," jawab Heize yang kemudian meminta staff untuk memutar lagu pilihannya setelah melihat Jiyong mengangguk. Heize menyanyikan lagu itu, membuat suasana terasa begitu sedih dengan suaranya. Sembari membaca lirik di atas kertasnya, gadis itu membuat sebagian besar peserta menundukkan kepalanya– merasakan kesedihan dan pesan pada lagunya.
"Terasa terlalu menyedihkan," gumam Jiyong, yang sengaja menundukkan kepalanya untuk bisa benar-benar fokus pada Heize dan suaranya.
"Aku yang tersesat, semua yang ku sukai membuatku menangis. Karena aku yang tersesat, semua yang ku lakukan untuk hidup membuatku mati," nyanyi Heize yang kemudian mengoper kertasnya pada Lisa.
Kini giliran Lisa membawakan bagian rapp dalam lagu itu. Bahkan setelah suara Lisa mengalun di udara, kesedihan masih terasa dan Jiyong masih menundukan kepalanya– seolah ia enggan menatap Lisa yang berdiri di depannya.
"Mereka mencuri semuanya dariku. Mereka mencuri tanah di bawah kakiku. Mereka membunuh temanku, mematikan air kebahagiaanku. Mereka meninggalkanku di atas sini, sendirian dan kekeringan. Kosong. Karpet merah yang mereka bentangkan sudah diwarnai dengan darah dan keringat, olehku, oleh keluargaku. Mereka bertepuk tangan untuk darah itu, membuatku gila. Pujian mereka mengikatku dengan janji-janji penuh kebohongan. Mereka membuatku harus menjual kebohongan. Aku tersesat, mereka mengambil semuanya dariku. Mereka meninggalkanku untuk mati, sendirian. Selamat tinggal, fans," rapp Lisa membuat Jiyong lantas mengangkat kepalanya. Bahkan Jaeduck, IU, Suga dan Jaewon sedikit terkejut mendengar Lisa bisa melantunkan kata-kata itu dengan begitu lantang.
Mad Clown, Gray bahkan Dindin dan Heize mengacungkan ibu jari mereka. Terpukau atas keberanian Lalisa Manoban si idol yang selama ini menggambar kesan sempurna dalam dirinya. Jiyong tidak akan terkejut kalau Mad Clown atau Gray yang melantunkan lirik-lirik itu, namun saat ia mendengar lirik itu dari Lisa dengan konteks lirik itu akan ditayangkan di layar kaca, Jiyong sedikit terkejut, juga terganggu. Komentar jahat apa lagi yang akan Lisa terima kalau ia sampai membawakan lirik itu di atas panggung?
Setelah Lisa selesai, Jiyong meminta sutradara acara itu untuk memberinya sedikit jeda. Jiyong bilang dia perlu ke toilet setelah Lisa dan Heize selesai dengan lagu sepanjang lima menit yang mereka siapkan. Jiyong bahkan belum mengomentari pertunjukan yang punya beberapa perbedaan dengan lagu aslinya itu. Lisa merubah sebagian besar lirik rapp dalam lagu itu.
"Kau tidak bisa menyanyikan itu di atas panggung," ucap Jiyong setelah Lisa berdiri di hadapannya. Tadi ia memberi isyarat agar Lisa mengikutinya keluar dari keramaian lokasi syuting dan sekarang di depan pintu toilet yang sepi, mereka berdiri– berhadapan.
"Kenapa tidak bisa?"
"Bagaimana bisa kau mengomentari fans yang selama ini mendukungmu-"
"Tapi sebagian dari mereka memang mencekikku! Kenapa aku tidak boleh mengatakan itu pada mereka?! Kenapa aku tidak boleh mengatakan kalau sikap orang-orang yang mengaku fans itu membuatku dimusuhi banyak staff?! Kenapa aku tidak boleh melakukan apa yang ku inginkan?!"
Lisa menjerit, di hadapan Jiyong, mengejutkan Jiyong juga orang-orang di sekitar mereka. Sebagian besar dari orang-orang menoleh, melihat Lisa yang sekarang berusaha keras menahan dirinya, mengepalkan tangannya agar tangan itu tidak melukai siapapun.
"Aku... Sudah muak karena harus terus berbohong. Aku... Sudah muak karena harus selalu diam. Aku bersyukur karena mereka mencintaiku, tapi kenapa mereka harus menunjukkan rasa cinta itu dengan membenci orang-orang di sekitarku? Satu persatu orang di sekitarku pergi karena takut padaku," ucap Lisa. Kali ini lebih pelan dari sebelumnya, namun karena sudah terlanjur tertarik, orang-orang di sekitar mereka tetap berusha mendengar ucapan Lisa itu. "Oppa juga pergi dariku," tambah Lisa, dengan suara yang jauh lebih pelan dari suara-suaranya yang sebelumnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Hampir
FanfictionApa kata yang paling menyedihkan di dunia? Hampir. Aku hampir cukup baik. Dia hampir mencintaiku. Aku hampir bisa. Kita hampir berhasil. Kita hampir bertahan.