7

1.8K 291 9
                                    

***

Di misi kedua kali ini Suga dan Jaewon berhasil mengalahkan dua rapper Twice. Tim Jaeduck, IU, Hyuna, Mad Clown dan Gray juga mampu mengalahkan para alumni Good Girl season satu. Kesepuluh peserta itu hampir saja gagal mendapatkan lima puluh juta mereka– kalau Stella tidak menang dalam pertandingannya. Di detik-detik terakhir gadis yang pernah hidup di Prancis itu berhasil mengalahkan Bobby dengan selisih satu poin. Benar-benar kemenangan yang tipis.

Sayangnya, disaat semua orang harusnya bersyukur karena mereka mendapatkan hadiah lima puluh juta itu, Lisa justru sangat kecewa. Ia kecewa pada dirinya sendiri yang lagi-lagi kalah dari Stella. Sejak Dindin mengumumkan kalau Stella menang melawan Bobby, sedangkan ia kalah saat melawan Hyolyn, Lisa terus diam. Pada dirinya sendiri, gadis itu bertanya-tanya– kenapa dia terus kalah dari Stella? Kenapa Stella yang bahkan tidak bergabung dalam agensi manapun terus menang? Kenapa Stella yang tidak begitu terkenal itu selalu berhasil mengalahkannya? Apa yang salah dengan dirinya?– Lisa terus bertanya-tanya.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tegur Suga, yang di tengah-tengah waktu istirahat melihat Lisa duduk sendirian di balkon lantai dua puluh, gedung stasiun TV itu. Lisa menoleh, menatap Suga yang berdiri selangkah di depannya kemudian mengalihkan lagi pandangannya.

"Kalau oppa mau menanyakan Jisoo eonni, telepon saja sendiri," balas Lisa, setelah ia yakin tidak ada kamera yang menyala di sekitar mereka. "Aku tidak ingin jadi kurir pengantar pesan di antara kalian berdua."

"Aku tidak menanyakan Jisoo, aku menanyakanmu. Ada apa? Kenapa kau duduk di sini sendirian? Mana Jaewon?"

"Tidak tahu," singkat Lisa. Ia sama sekali tidak menatap Suga yang ada di depannya. "Bisakah kau pergi? Aku sedang ingin sendirian sekarang," usir Lisa sekali lagi, membuat Suga hanya bisa menghela nafasnya kemudian meletakkan sekaleng kopi yang ia bawa di sebelah Lisa.

"Kalau kau begini karena kalah melawan Hyolyn noona, tidak apa-apa, tidak perlu sedih. Hyolyn noona memang bukan lawan yang mudah, dia sudah sangat berpengalaman. Tidak ada yang menyalahkanmu karena kau gagal," ucap Suga, yang sialnya justru membuat Lisa merasa semakin buruk.

Lagi, Lisa meminta Suga untuk pergi dan kali ini pria itu menurutinya. Suga belum melangkah terlalu jauh, kira-kira pria itu baru menjauh setidaknya sepuluh langkah, namun Lisa sudah lebih dulu berlari mendahuluinya. Gadis itu berlari, melewati Suga, juga melewati beberapa staff dan masuk ke dalam toilet.

"Lisa? Kau menangis?" tegur seorang wanita, di saat Lisa tiba-tiba masuk ke toilet tanpa sempat menduga kalau di toilet itu ada seseorang. "Ada apa? Kau sedih karena kalah?" tanya gadis itu sekali lagi– Heize.

Heize yang nama aslinya Jang Dahye berdiri di depan Lisa. Wanita kelahiran tahun 1991 itu beberapa sentimeter lebih pendek daripada Lisa, ia harus sedikit mendongak untuk bisa menatap wajah Lisa yang tertunduk– menangis. Di misi kedua ini, Heize juga gagal mengalahkan Ravi– sama seperti Lisa yang gagal mengalahkan Hyolyn. Tentu Heize kecewa karena ia tidak bersinar seterang orang-orang yang menang, namun kalah bukan hal baru baginya. Sedang untuk Lisa, kekalahan mungkin masih jadi hal baru, masih jadi hal yang begitu menyakitkan.

"Tidak apa-apa, kau akan dapat kesempatan lagi, tidak apa-apa, menangis lah, kau boleh menangis," ucap Heize kemudian. Wanita itu menanggapi gelengan kepala Lisa dengan sebuah pelukan. Isakan halus yang hampir tidak bersuara kini teredam oleh pelukan Heize.

Beberapa menit setelahnya, Lisa menghapus air mata itu. Heize membantu Lisa merapikan rambutnya, menyingkirkan anak-anak rambut yang menutupi wajah Lisa.

"Sudah merasa lebih baik?" tanya Heize dan Lisa hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan itu. "Atur nafasmu lalu rapikan riasanmu, kita harus syuting lagi setelah ini," tambah Heize sembari memberikan dompet persegi tempatnya menyimpan beberapa alat make up.

"Terimakasih, eonni," balas Lisa, yang kemudian memaksakan dirinya untuk tersenyum sembari menerima dompet biru dari Heize.

Setelahnya, Lisa berdiri di depan cermin. Ia baru saja selesai membasuh wajahnya, sedang menatap pantulan dirinya sendiri di cermin besar dalam toilet itu. Keheningan menyerang, namun beberapa detik kemudian Lisa membuka mulutnya. "Delapan tahun lalu usiaku lima belas tahun," ucap Lisa, mengeluarkan sesak di dadanya tanpa peduli pada siapa yang ia ajak bicara.

"Kau masih sangat muda, kau hebat Lisa," puji Heize, uluran tangan wanita itu menyentuh bahu Lisa, menyalurkan sepercik sengatan listrik yang anehnya terasa begitu nyaman. "Kau sudah bertahan selama ini, kau hebat."

"Tidak," jawab Lisa. "Aku memanfaatkan orang lain untuk bertahan. Apa kau mau mendengar ceritaku?"

"Ya, kalau itu bisa membuatmu merasa lebih baik," jawab Heize yang kemudian menaikan tubuhnya ke atas westafel, duduk di sana dan menunggu Lisa memulai ceritanya.

Lisa tidak langsung bicara. Gadis itu masih menatap pantulan dirinya sendiri sembari memegang sebuah kapas untuk membersihkan sisa maskara yang berantakan di matanya. Ingatannya kembali pada masa-masa itu, masa dimana ia ingin menyerah, ingin berhenti dengan mimpinya, ingin melarikan diri dari semua hal yang sebelumnya sudah ia perjuangkan.

"Pertama kali aku tiba disini, sembilan tahun lalu– usiaku baru empat belas. Waktu itu semuanya terasa begitu berat. Aku tidak bisa bicara, aku tidak mengerti apa yang orang-orang bicarakan. Setiap kali latihan, pelatih selalu memarahiku, dia menyuruhku untuk berlatih di sudut, sendirian, karena aku selalu mengacaukan latihan trainee-trainee lain," Lisa kembali meneteskan air matanya. Mengingat kembali masa itu membuatnya luar biasa sedih. Dengan hangat, Heize kemudian mengusap pipi Lisa, menghapus air mata gadis itu lantas mengatakan kalau Lisa sudah tidak lagi berada di situasi yang sama. Lisa sudah berhasil melewati masa-masa menyedihkan itu dan ia sudah jadi lebih baik sekarang. Heize bilang, Lisa sudah berhasil melewati masa-masa terberatnya dan ia hebat karena bisa bertahan.

"Seseorang menemuiku, dia orang yang awalnya merekomendasikanku agar bisa lolos audisi. Katanya aku berbakat, katanya aku cocok ada di YG, katanya aku hanya perlu mengasah sedikit kemampuanku untuk bisa debut dan jadi terkenal. Tapi apa yang dia bilang mengasah sedikit kemampuanku itu– yang baginya hanya sedikit, bagiku tidak sesederhana itu. Apa yang ia bilang sedikit ternyata sangat menyakitkan. Aku ingin menyerah. Setiap hari selesai latihan aku ingin menyerah. Kemudian ia memberitahuku– Lisa, apa kau tahu kata yang paling menyedihkan di dunia ini? Hampir adalah kata yang paling menyedihkan. Hampir berhasil, hampir sukses, hampir bertahan– begitu katanya. Jadi dia memintaku untuk tidak menyerah, katanya aku akan menyesal kalau aku menyerah."

"Siapapun orang itu, dia benar-benar baik, dia berhasil membuat seorang gadis kecil jadi sangat hebat sepertimu," komentar Heize, terus memuji Lisa karena ia pikir gadis itu hancur karena kekalahannya tadi. Heize pikir, Lisa sedang mengalami sebuah krisis besar dalam urusan harga dirinya. Seorang yang sudah berusaha begitu keras namun tetap gagal– begitu pendapat Heize tentang Lisa.

Lisa menganggukan kepalanya, gadis itu menarik dalam-dalam nafasnya kemudian berucap, "ya, dia sangat baik, sangat baik tapi aku justru memanfaatkannya. Aku memohon padanya agar ia mau berada di pihakku. Aku memohon padanya agar ia bisa terus jadi sosok yang mendukungku, di belakangku. Aku membuat orang-orang tidak lagi berani merundungku– karena aku punya dia yang hebat di belakangku. Tapi setelah aku mendapatkan segalanya, setelah aku tidak lagi membutuhkannya, aku membuangnya. Aku benar-benar tidak tahu diri, iya kan?"

Heize sempat diam. Mencerna cerita Lisa kemudian tanpa di duga wanita itu mengiyakan ucapan terakhir Lisa. Ya, Lisa benar-benar tidak tahu diri, pikir Heize.

"Menjadi baik bukan berarti kau tidak pernah salah," ucap Heize yang kemudian turun dari westafel dan meraih tangan Lisa untuk menggenggamnya. "Kita semua pernah melakukan kesalahan, tapi itu tidak serta-merta membuatmu jadi orang jahat yang paling buruk di dunia. Karena sekarang kau tahu kesalahanmu, bagaimana kalau kau menyelesaikannya sekarang? Minta maaf pada orang baik yang pernah membantumu, menyelesaikan kesalahpahaman kemudian hidup dengan lebih baik?"

"Eonni juga melakukannya? Pada Rosie?"

***

HampirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang