34

1.5K 240 8
                                    

***

Alih-alih Mino yang memberi keterangannya pada polisi, polisi justru memanggil Jisoo sebagai saksi. Pihak agensi sudah mengirim perwakilan mereka untuk memberitahu polisi kalau Mino bertemu dengan Suga malam itu, namun pihak kepolisian ingin menemui Jisoo terlebih dahulu karena Jisoo adalah orang terakhir yang Suga telepon sebelum kematiannya.

"Ya, dia meneleponku malam itu," ucap Jisoo di ruang interogasi kantor polisi yang terasa sangat dingin siang ini. Mereka pasti menurunkan suhunya agar Jisoo merasa tidak nyaman, lengah kemudian mengatakan yang sebenarnya. "Saat itu aku baru saja tiba di Thailand. Aku ingin menemui memberku, Lisa, kalian tahu kan? Aku pergi ke Thailand dengan Jennie dan Rose, juga dengan manager kami. Saat itu aku baru saja mendarat, aku menyalakan handphoneku dan ada banyak panggilan darinya. Karena hubungan kami aku tidak ingin meneleponnya, lalu aku menelpon Mino oppa, dia kekasihku."

"Kenapa kau menelepon kekasihmu?"

"Kenapa lagi? Aku ingin memberitahunya kalau aku sudah mendarat, dengan selamat dan akan langsung pergi ke rumah Lisa. Apa aneh? Ku pikir itu biasa dilakukan orang-orang yang berkencan," balas Jisoo yang kemudian menarik nafasnya dalam-dalam. Setelah menarik nafasnya, mengumpulkan kekuatan juga energi untuk menahan dingin di sana, Jisoo mengatakan kalau malam itu ia mendengar Mino membicarakan Suga. "Mino oppa bilang dia melihat Suga di rumah lamaku. Awalnya dia bertanya apa kode pintu rumah lamaku, dia bilang dia ingin mencari USB di sana, ada draft lagu-lagunya di USB itu. Aku memberitahu kode pintunya, kemudian dia bilang kalau dia sudah ada di depan rumahku dan melihat Suga di sana,"

"Apa dia memberitahumu apa yang Suga lakukan disana? Dia memberitahumu kalau dia ingin membunuh mantan kekasihmu? Mungkin karena cemburu? Biasanya pria akan cemburu kalau mantan kekasih wanita yang dikencaninya terus muncul di depan rumah kekasihnya,"

"Membunuh? Bukankah itu berlebihan? Mino oppa memang cemburu karena Suga terus datang dan memintaku kembali padanya. Tapi dia tidak bisa membunuh, dia bahkan tidak bisa berkelahi. Karena cemburu, Mino oppa memintaku untuk pindah dari rumah itu dan aku melakukannya. Beberapa hari sebelum malam itu aku sudah pindah dari rumah itu. Lagi pula setelah Mino oppa bilang kalau ia melihat Suga di depan pintuku, dia mengurungkan niat untuk masuk. Mino oppa pergi begitu ia melihat Suga di sana. Dia kembali ke agensi setelah itu,"

Sang polisi bertanya kenapa Jisoo sangat yakin kalau Mino kembali ke agensi, karenanya ia memberitahu polisi itu kalau setelah menelepon Mino, ia menjawab satu panggilan Suga– panggilan terakhir pria itu. "Kalau Mino oppa membunuh Suga setelah ia meneleponku, Suga tidak akan bisa meneleponku. Jadi aku yakin kalau bukan Mino oppa yang melakukannya. Bukankah ini kasus pembunuhan berantai? Kalian sudah punya tersangkanya, kenapa masih mencurigai Mino oppa? Kalian berfikir kalau Mino oppa peniru?" desak Jisoo, membuat cemas pengacara perusahaan yang duduk sebelahnya. Pertanyaan Jisoo ini tidak ada dalam rencana yang mereka susun kemarin.

"Kalau begitu, apa yang kau bicarakan dengan Suga malam itu?"

"Dia ingin aku putus dengan Mino oppa. Dia bilang, kalau aku tidak ingin kembali padanya, maka aku tidak boleh berkencan dengan orang lain. Aku marah dan takut saat mendengarnya, lalu managerku merebut handphone itu dan bicara padanya," ucap Jisoo membuat sang polisi bertanya di mana manager yang sedang Jisoo bicarakan itu. "Di rumah sakit, dia sakit sejak malam itu. Dokter bilang gangguan pencernaan,"

Menurut Jisoo, sang manager tidak banyak bicara pada Suga. Managernya hanya menyuruh Suga untuk berhenti mengganggu Jisoo dan setelah itu ia mematikan panggilannya. Menurut Jisoo tidak ada yang aneh malam itu, ia sama sekali tidak mengira kalau malam itu adalah malam terakhir Suga.

Interogasi itu berlangsung selama berjam-jam, mereka menahan Jisoo di ruang dingin itu, meminta Jisoo mengulang-ulang cerita yang sama sampai pada akhirnya mereka menyinggung Lisa dan rumor yang terjadi padanya. "Aku dengar selentingan kalau Suga yang menyebar rumor tentang Lisa beberapa bulan lalu,"

"Ya, Suga mengancamku, dia bilang kalau aku tidak menemuinya, dia akan menyebarkan rumor jahat itu. Dia mengirimiku pesan, tapi aku sudah menghapusnya. Waktu itu aku menemuinya tapi rumor tetap tersebar jadi ku pikir Suga yang menyebarkan rumor itu, tapi kami tidak punya bukti kalau Suga yang menyebarkan rumornya, kami sedang mencari bukti-bukti itu tapi Suga sudah lebih dulu meninggal jadi kami berhenti,"

"Apa menurutmu Lisa bisa membunuh Suga?"

"Sejak rumor itu dia bahkan tidak bisa berdiri. Tidak mungkin Lisa yang melakukannya," ucap Jisoo yang kemudian mengatakan kalau ia kecewa.

Jisoo kecewa karena Suga meninggal sebelum mereka bisa memenjarakannya. Jisoo kecewa karena Suga yang sudah menghancurkan hidupnya, hidup Lisa juga orang-orang di sekitar mereka justru tewas tanpa sempat membayar semua dosanya. Jisoo kecewa karena kini orang-orang tidak akan tahu sejahat apa Suga terhadapnya. Dan yang lebih membuat Jisoo kecewa adalah orang-orang yang tetap menangisi kepergian Suga tanpa tahu apa yang sudah pria itu lakukan untuk merusak hidup orang lain.

"Menurutmu dia belum mendapat ganjaran atas perbuatannya? Kenapa kau berfikir seperti itu? Dia tidak tewas dengan wajar, dia tidak bunuh diri, dia di bunuh," ucap sang polisi yang mengintrogasi Jisoo. "Ia dicekik dengan sangat kuat, tulang lehernya patah karena cekikan itu. Ia bahkan tidak bisa bicara saat di bunuh, ia tidak bisa meminta bantuan."

"Dia juga membuatku merasakan hal yang sama," bisik Jisoo, berharap tidak ada seorang pun yang mendengarnya. Ia mengasihani Suga, ia sedih karena pembunuhan mengerikan itu terjadi pada seseorang yang dikenalnya namun di saat yang sama ia pun belum bisa memaafkan Suga atas segala yang sudah pria itu lakukan padanya.

"Tapi kau bisa meminta bantuan. Kau bisa memilih untuk tetap sakit atau meminta bantuan, tapi dia tidak bisa memilih," balas sang polisi, terdengar cukup tenang sebelum kemudian ia mengakhiri interogasi itu. Hari itu sang polisi memutuskan untuk tidak menunjukkan foto-foto terakhir Suga. Ia tidak bisa menunjukkan luka silet yang memenuhi dada Suga. Ia tidak bisa menunjukkan luka sayat di leher Suga, lehernya sudah tersayat dan pria itu dicekik sampai tewas, pasti sangat menyakitkan. Entah apa yang Suga pikirkan saat itu, menahan sakit atau menyesali semua perbuatannya, tapi yang pasti, ia tentu merasa sangat kesakitan.

***

HampirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang