22

1.6K 249 5
                                    

***

Tiga hari sebelum hari H, hari Kamis, tepat di pukul sembilan malam, Lisa berjalan di depan studio rekaman agensinya. Sudah beberapa hari setelah malam ia bertengkar dengan Jiyong dan ini adalah pertemuan pertama mereka setelah malam itu. Dipagi hari setelah bertengkar dengan Lisa malam itu, setelah ia melihat Lisa berbicara dengan orang asing juga pada kantong plastik, Jiyong terbang ke Jeju– hanya untuk menghindari Lisa.

Setelah malam itu, ia perlu menenangkan dirinya sebelum melihat Lisa kembali. Ada banyak hal yang harus ia pertimbangkan sebelum bisa melihat wajah gadis itu lagi. Menata ulang perasaannya, kemudian meyakinkan dirinya kalau ia tidak akan menerima Lisa kembali– setidaknya sampai gadis itu tahu di mana letak masalahnya.

"Mencariku?" tanya Jiyong, yang berjalan lurus dari lift menuju studio rekaman yang membuat Lisa ragu untuk masuk.

"Tidak," jawab Lisa. "Maksudku, aku menunggu Mino oppa, tapi karena oppa di sini, aku ingin memberitahumu. Aku akan mulai menemui psikiater," gumam gadis itu tanpa berani untuk menatap Jiyong yang ada di depannya.

"Kerja bagus," puji Jiyong– satu bebannya baru saja terangkat. Ia tidak lagi perlu mencari cara untuk membujuk Lisa pergi ke rumah sakit seperti saran Stella juga psikiater yang gadis itu sarankan. "Semoga kau bisa segera memahami dirimu sendiri, akan ku panggilkan Mino," lanjut pria itu. Jiyong menepuk bahu Lisa, sedikit mengusapnya kemudian tersenyum dan berjalan melewati Lisa untuk masuk ke dalam studio rekaman itu. Jiyong punya janji untuk bertemu dengan Mino hari itu. Ia tahu Mino ada di dalam sana tapi Lisa tidak berani masuk dan menemuinya sendiri. Mungkin Lisa baru saja melukai Mino– pikir Jiyong.

Tepat sebelum pintu terbuka, Lisa menghentikan Jiyong. Gadis itu meraih ujung kaus Jiyong, kemudian memanggilnya. Masih sembari menundukan kepalanya, ia berucap, "seseorang memberitahuku, kalau cintamu tidak akan bisa merubahku. Dia bilang, cerita tentang cinta malaikat yang bisa merubah iblis jadi malaikat hanya omong kosong. Itu omong kosong yang sempat ku percayai. Oppa bukan psikiater, bukan juga pusat rehabilitasi, jadi untuk apa oppa menerimaku kemudian membalas sikap kasarku dengan cintamu? Terimakasih karena tidak memanjakanku dengan melakukannya. Aku akan berusaha untuk sembuh. Aku akan berusaha untuk jadi orang yang lebih baik dari sekarang. Jadi... Kecuali oppa membenciku atau menyukai gadis lain, bisakah oppa menungguku?"

Ada dua definisi tumpang tindih dari kalimat 'cinta dapat menyembuhkan segalanya'. Definisi yang sering publik gambarkan adalah mencintai seseorang dengan apa adanya. Bahkan, walaupun ia kasar, walaupun ia keji, cintai dia apa adanya. Dengan cintamu, yang tulus dan tidak ada habisnya itu, dia akan berubah, dia akan sembuh, dia akan menjadi sosok paling baik. Tapi definisi lain yang enggan orang-orang akui adalah berubah karena mencintai, berusahalah karena mencintai. Cintamu tidak akan merubah apapun, tapi cintanya padamu akan membuatnya berusaha untuk berubah. Karena terlalu sulit dilakukan, 'aku mencintaimu, karena itu aku akan berusaha' tidak banyak dibicarakan publik.

"Berapa lama? Satu tahun? Dua tahun?" balas Jiyong dan Lisa menggelengkan kepalanya, ia sendiri tidak tahu berapa lama waktu yang dibutuhkannya untuk berubah. "Jangan terlalu lama."

"Kenapa? Oppa menyukai orang lain? Stella eonni?"

"Tidak," jawab Jiyong. "Kau akan mati kalau terlalu lama hidup seperti ini. Cepat sembuh, berhenti merasa khawatir, nikmati hidupmu, nikmati masalahmu, nikmati kebahagiaanmu, bersenang-senanglah dengan teman-temanmu, makan dengan benar, tidur yang nyenyak, dengan begitu kita baru bisa benar-benar bahagia, seperti dulu," ucapnya dan setelah Lisa mengiyakannya, ia baru benar-benar masuk untuk memanggil Mino.

Lisa seharusnya bertemu dengan Mino malam ini. Tapi saat Mino keluar, Lisa justru menghindari pria itu. Ia merasa bersalah karena terlanjur setuju untuk bekerja sama dengan Suga tanpa tahu kalau Mino juga menyukai Jisoo. "Kenapa? Kau kesal karena aku tidak memberitahumu tentang hubunganku dengan Jisoo?" tanya Mino, yang mengikuti Lisa berjalan ke lift. "Jisoo tidak ingin membuat masalah lagi dengan agensi, dia bilang dia sendiri yang akan memberitahu kalian- memberitahumu. Aku tidak punya pilihan lain selain menghormati keinginannya. Mengertilah," bujuk pria itu– untuk kedua kalinya karena Jennie juga memprotesnya lewat telepon tiga jam lalu.

"Tidak, aku tidak kesal. Kita bicara lagi nanti, aku harus latihan-"

"Tidak, kita bicara sekarang," potong Mino. "Ada apa? Kenapa kau kesini kalau tidak ingin bicara sekarang? Aku yakin Jisoo sudah memberitahumu semua detailnya saat makan siang tadi, kau bahkan memberinya selamat, kenapa kau tidak memberiku ucapan selamat juga?"

Siang tadi Jisoo memang memberitahu segalanya pada Lisa, Jennie dan Rose. Sembari makan siang bersama, Jisoo memberitahu ketiga temannya kalau ia berkencan dengan Mino. Jisoo memberitahu mereka kalau selama beberapa tahun terakhir ini ternyata Mino diam-diam memperhatikannya, ia mengatakan kalau mereka berdua sering makan bersama, berbincang tentang banyak hal sampai Jisoo tidak ingat kapan tepatnya ia mulai menyukai Mino. "Kami berbagi banyak cerita, menghabiskan waktu senggang bersama, sampai tanpa sadar aku sudah menyukainya," ucap Jisoo disaat ia memberitahu teman-temannya kalau pergi ke Bali bersama Mino adalah hal paling mendebarkan yang pernah ia rasakan setelah kehilangan janinnya.

"Daripada ucapan selamat..." Lisa menggantung kata-katanya. Bukan karena ia sengaja ingin mengejek Mino, tapi karena ia merasa tidak mampu menyelesaikan kata-katanya. "... Aku justru harus meminta maaf padamu, juga pada Jisoo eonni," bisik Lisa, di depan pintu lift yang masih terbuka karena Mino menahan pintu itu.

"Kenapa? Apa kesalahanmu?" tanya Mino, yang sekarang melangkah masuk ke lift, tidak membiarkan Lisa pergi begitu saja. "Apa yang ku pikirkan sekarang tidak benar kan? Kau tidak mungkin menyukai- kau menyukai Jiyong hyung, iya kan?" desak Mino, berfikir kalau Lisa merasa bersalah karena menyukainya.

Ya, karena itu, pikir Lisa. Karena ia terlalu menyukai Jiyong, karena ia terlalu terobsesi pada Jiyong, tanpa sadar ia menjerumuskan dirinya pada seorang pria gila seperti Suga. Sayangnya, ia terlalu takut untuk mengaku di depan Jisoo. Ia terlalu takut menerima tatapan kebencian dari Jisoo. Lisa pikir, memberitahu Mino akan jauh lebih mudah daripada menghadapi Jisoo, namun ternyata Mino pun sama sulitnya. Mengakui kesalahannya, mengakui kebodohannya, pada orang yang bisa ia tebak reaksinya, ternyata sangat sulit bagi Lisa.

Saat ia mengambil keputusan untuk bekerja sama dengan Suga, ia tidak ragu sama sekali. Saat ia mengambil keputusan untuk melukai Jiyong sampai mengorbankan Jisoo, ia tidak ragu sama sekali. Tapi sekarang, disaat ia ingin mengakui kesalahannya, ia luar biasa ragu.

Bagaimana bisa Lisa memberitahu Mino kalau ia memberi kode pintu rumah Jisoo pada Suga? Mengaku kalau Suga mengancamnya dengan foto mereka di Bali juga tidak akan membenarkan perbuatannya. Baik Mino maupun Jisoo tidak akan memaafkannya dengan mudah. Di saat gadis itu masih sibuk mencari cara untuk mengaku pada Mino, handphonenya bergetar– panggilan dari Jisoo.

***

HampirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang